29 April 2025
09:48 WIB
Sineas Eksplorasi Genre Horor Soroti Isu-Isu Penting
Film horor Angkara Murka sebagai upaya eksplorasi bentuk untuk menyampaikan cerita yang dianggap penting bagi penonton.
Penulis: Andesta Herli Wijaya
Sesi konferensi pers film Angkara Murka di Epicentrum XXI, Jakarta, Kamis (24/4). Dok: Validnews/ Andesta.
JAKARTA – Ifa Isfansyah, sineas penggagas Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF), memperkenalkan produksi horor perdana, Angkara Murka. Film ini akan menjadi rilisan horor perdana bagi Forka Films—rumah produksi milik Ifa yang selama ini lebih banyak mengeksplorasi drama sosial.
Menggandeng sutradara muda Eden Junjung sebagai sutradara, Angkara Murka mengeksplorasi kisah horor dari dunia tambang—wilayah yang selama ini jarang dipotret dalam film. Film ini sekaligus menandai debut penyutradaraan Eden Junjung yang selama ini berkiprah di skena film pendek di Yogyakarta.
Ifa mengatakan, genre adalah pilihan cara suatu cerita disampaikan. Karena itu, film horor perdananya ini dipandang sebagai upaya eksplorasi bentuk untuk menyampaikan cerita yang dianggap penting bagi penonton. Dalam hal ini, Ifa hendak menyampaikan gambaran sosial dan juga tragedi di seputar kehidupan para pekerja tambang.
Horor menurut Ifa menjadi genre yang tepat untuk cerita Angkara Murka. Tak hanya secara kreatif, genre ini dipilih juga berdasarkan pertimbangan komersial, mengingat besarnya segmen penonton film horor Indonesia masa kini.
“Audiens film horor ini menarik untuk menjadi range genre yang pengen kita coba. Jadi kita pengen coba langsung menyasar sesuatu yang memang secara audiens udah kebentuk,” ungkap Ifa ditemui di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Ifa melanjutkan, horor merupakan salah satu genre yang potensial bagi industri film nasional saat ini. Film genre ini sudah memiliki karakter yang kuat, dengan tingginya intensitas perilisan film horor di bioskop setiap bulannya.
Sebagai produser, popularitas horor menurutnya adalah suatu modal tersendiri, sebab seorang produser bisa memulai produksi dengan berpijak pada orientasi pasar yang juga sudah jelas ada. Namun Ifa menekankan, pilihan genre itu pada akhirnya adalah pilihan cara untuk menyampaikan cerita yang dianggap penting kepada penonton.
“Benar ini adalah film horor, tapi apa yang kita sampaikan adalah perspektif yang berbeda,” ucap Ifa.
Angkara Murka membawa cerita kelam dan tragis tentang kehidupan para pekerja tambang di lereng Merapi. Dibintangi oleh Raihaanun, Aksara Dena dan Simhala Avadana, film ini menceritakan Ambar, seorang perempuan yang kehilangan suaminya di lokasi tambang di lereng Gunung Merapi. Demi menyambung hidup sekaligus mencari kebenaran tentang hilangnya sang suami, Ambar pun menjadi pekerja di tambang tersebut.
Ambar menjadi satu-satunya perempuan di tengah kerasnya keseharian para pekerja laki-laki di sana. Dalam prosesnya itu, dia pun mengungkap fakta mengerikan tentang teror dan rahasia gelap yang terkubur di dalam tambang, terkait dengan ritual sesat pemilik tambang tersebut.
Cerita film Angkara Murka yang ditulis sendiri oleh Eden Junjung, berangkat dari pengamatan sang sutradara seputar kehidupan pekerja tambang di lereng Merapi, tak jauh dari desa tempat dia tumbuh.
Potensi di Pasar Internasional
Ifa menyebutkan, Angkara Murka juga menjadi proyek dengan tujuan strategis bagi Forka Films. Film ini membawa misi untuk memberi warna lebih beragam di sinema Indonesia dengan cerita yang penting dan relevan disampaikan dalam cerita horor. Misi selanjutnya, adalah untuk memperkenalkan bakat sutradara baru Indonesia, dalam hal ini adalah Eden Junjung.
Angkara Murka utamanya akan dirilis di bioskop-bioskop Indonesia. Namun Ifa dan tim juga tengah mengupayakan jalan untuk membuka pasar mancanegara bagi film ini.
Sejauh ini, sebagai jalan menjajal pasar internasional, Angkara Murka (judul internasional Mad of Madness) sudah dipastikan akan melakukan world premiere di Far East Film Festival (FEFF) 2025 di Udine, Italia, pada 30 April 2025 dan sekaligus berkompetisi di kategori White Mulberry Award for Best Debut Feature. Film ini sebelumnya juga telah terseleksi dalam NAFF Project Market Bucheon International Fantastic Film Festival (BIFAN) 2024.
Menurut Ifa, dengan ekosistem industri yang terus menguat, ditambah semakin terbukanya jejaring industri perfilman global, maka semakin besar kini peluang film Indonesia untuk menjangkau pasar internasional. Horor menurutnya adalah salah satu genre film Indonesia yang paling potensial untuk dilirik pasar luar negeri.
“Bukan hanya di festival, bahkan di wilayah distribution, justru film-film indonesia yang jenis seperti itu (horor) yang banyak diminati distributor,” ujar Ifa seraya menyebutkan pihaknya juga sudah berkomunikasi dengan sejumlah distributor luar negeri yang tertarik dengan Angkara Murka.
Di tanah air, Angkara Murka akan mulai tayang di bioskop seluruh Indonesia 22 Mei mendatang.