22 April 2025
12:35 WIB
Siapa Kandidat Pengganti Paus Fransiskus?
Setelah prosesi hingga pemakaman Paus Fransiskus, baru akan digelar Konklaf, pemilihan Paus baru. Ada sejumlah kandidat, termasuk dari kawasan Asia dan Afrika.
Paus Fransiskus bersiap menyampaikan pesan dalam kunjungannya di Gereja Katedral, Jakarta, Rabu (4/9 /2024). Antara Foto/Sulthony Hasanuddin
JAKARTA - Pemimpin umat Katolik dunia, Paus Fransiskus berpulang pada Senin (21/4). Ada sejumlah prosesi dan tradisi yang akan dilakukan dengan aturan yang ketat selama Sede Vancante yang berarti tahta kosong.
Jenazah Paus akan disemayamkan selama beberapa hari di Basilika Santo Petrus, memberikan kesempatan bagi umat Katolik dunia untuk memberikan penghormatan terakhir. Masa berkabung atau Novemdiales biasanya dilakukan sembilan hari.
Setelahnya, di hari ke-15, para kardinal dari seluruh dunia dipanggil ke Vatikan untuk melakukan proses Konklaf atau pemilihan Paus baru.
Dilansir Antara, proses konklaf yang khidmat dan rahasia dimulai di Kapel Sistina Vatikan. Para kardinal berusia di bawah 80 tahun yang memiliki hak pilih akan melakukan beberapa putaran pemungutan suara, hingga seorang calon paus mendapat dua-per-tiga suara dukungan.
Dan untuk pertama kalinya, 1,3 miliar umat Katolik sedunia bisa jadi akan memiliki seorang pemimpin yang berasal dari Asia ataupun Afrika, dua kawasan yang biasanya kurang terwakili dalam hierarki tertinggi Gereja Katolik.
Setelah selama ini kardinal yang terpilih sebagai Paus didominasi oleh tokoh Eropa, perhatian kali ini tersorot kepada para calon dari Negara-negara Selatan, yang menunjukkan adanya pergeseran pengaruh dalam Gereja Katolik.
Peter Turkson (Ghana)
Kardinal Peter Turkson dikenal sebagai salah satu pemimpin gereja dari Afrika yang paling energetik dan dihormati di kancah internasional. Mantan Uskup Agung Cape Coast berusia 76 tahun itu ditunjuk sebagai Kardinal oleh Paus Yohanes Paulus II pada 2003 dan memainkan peranan penting di era Paus Fransiskus sebagai kepala Dewan Pontifikal untuk Keadilan dan Perdamaian.
Turkson dikenal di lingkaran gereja sebagai pembela respons perubahan iklim, kemiskinan, dan keadilan ekonomi. Ia ditugaskan Paus Fransiskus sebagai duta perdamaian untuk Sudan Selatan. Jika terpilih, Turkson akan menjadi Paus berkulit hitam pertama dan menjadi langkah bersejarah yang akan semakin mengeratkan jalinan antara Gereja Katolik dan Afrika.
Luis Antonio Tagle (Filipina)
Seorang calon kuat lainnya adalah Luis Antonio Tagle, mantan Uskup Agung Manila yang kerap dijuluki "Fransiskus dari Asia". Kardinal berusia 67 tahun itu kini bertugas sebagai Prefek Kongregasi untuk Evangelisasi Bangsa-Bangsa.
Dikenal sebagai kardinal yang liberal, Tagle senantiasa membela keadilan sosial dan inklusivitas serta kasih bagi kaum papa dan terpinggirkan. Jika terpilih, Tagle akan menjadi Paus pertama dari Benua Asia, sebuah titik baru dalam sejarah Gereja Katolik.
Pietro Parolin (Italia)
Kardinal Pietro Parolin bertugas sebagai Kardinal Sekretaris Negara di bawah Paus Fransiskus sejak 2013. Ia berperan besar dalam negosiasi antara Vatikan dengan pemerintah China dan negara-negara Timur Tengah.
Sebagai salah satu pejabat yang paling berpengalaman di Vatikan, Kardinal berusia 70 tahun itu juga telah bertugas di Dewan Kardinal sejak 2014.
Parolin dikenal sebagai seorang yang terus membela respons perubahan iklim, kemiskinan, dan keadilan ekonomi.
Peter Erdo (Hongaria)
Seorang kardinal dari Hongaria, Erdo merupakan Uskup Agung Esztergom-Budapest sejak 2003. Apabila terpilih, Erdo akan menjadi paus kedua yang berasal dari bekas negara komunis Eropa setelah Paus Yohanes Paulus II dari Polandia.
Selain keempat kardinal di atas, calon-calon lain yang berpotensi menjadi Paus adalah Robert Sarah dari Guinea, Matteo Zuppi dari Italia, dan Mario Grech dari Malta.