c

Selamat

Selasa, 18 November 2025

KULTURA

12 Desember 2024

19:41 WIB

Selisik Kekuatan Teleskop Observatorium Timau Untuk Amati Fenomena Luar Angkasa

Teleskop optik di observatorium tersebut didesain secara modern dengan menggunakan teknologi cermin segmentasi seperti pada James Webb Space Telescope.

Editor: Rendi Widodo

<p>Selisik Kekuatan Teleskop Observatorium Timau Untuk Amati Fenomena Luar Angkasa</p>
<p>Selisik Kekuatan Teleskop Observatorium Timau Untuk Amati Fenomena Luar Angkasa</p>

Observatorium Timau yang terletak di Gunung Timau, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur. Dok. Antara 

JAKARTA - Observatorium Gunung Timau di Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur dilengkapi teleskop optik berukuran 3,8 meter dan sensor geomagnet untuk pengamatan fenomena antariksa.

"Alat utama yang terbesar adalah teleskop optik dengan diameter 3,8 meter dalam jendela optik untuk studi antariksa jauh atau paling populer dikenal dengan ilmu astronomi," kata Kepala Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Emanuel Sungging Mumpuni dikutip dari Antara, Kamis (12/12).

Menurut dia, teleskop optik di observatorium tersebut didesain secara modern dengan menggunakan teknologi cermin segmentasi seperti pada James Webb Space Telescope. Teleskop ini terdiri atas 18 cermin yang digabungkan dengan desain menyerupai kelopak bunga.

Berbekal teknologi canggih, teleskop ini disebut dapat mengamati benda astronomi yang nampak jauh lebih redup apabila diamati dengan mata telanjang.

"Cermin ini bekerja pada jendela dari optik sampai dengan inframerah. Jadi kelebihannya dia bisa melihat benda yang jauh lebih redup daripada kemampuan mata kita," ujar dia.

Selain teleskop, Observatorium Gunung Timau juga memiliki sensor geomagnet yang dapat mendeteksi dan mengukur interaksi kemagnetan di luar angkasa seperti badai matahari.

Emanuel mengungkapkan, NTT dipilih sebagai lokasi observatorium setelah melewati sejumlah kajian dan penelitian, di mana wilayah tersebut dinilai cocok untuk melakukan pengamatan antariksa.

"Ditetapkan memang yang paling ideal itu ada di wilayah Kupang, NTT. Beberapa kajian berkelanjutan juga memperkuat bahwa di Kupang memang bisa sampai lebih dari enam bulan langitnya kering dan 66 persen langitnya bersih," kata dia menerangkan.

Ia menjelaskan, BRIN ke depannya akan mengembangkan Observatorium Gunung Timau menjadi lokasi pengamatan astronomi yang didukung oleh teknologi optik, inframerah, sampai radio untuk mengamati fenomena antariksa dari jarak yang lebih jauh.

"Radio lebih panjang lagi dari inframerah untuk informasi yang sangat sangat jauh. Harapannya memang observatorium ini idealnya menjadi observatorium multipanjang gelombang dari optik, inframerah, sampai dengan radio," kata Emanuel.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar