c

Selamat

Senin, 17 November 2025

KULTURA

06 Februari 2025

19:13 WIB

Selain Indonesia, Pernikahan Arwah Tayang Di 7 Negara Asia

Film horor Pernikahan Arwah (The Butterfly House) juga akan tayang di tujuh negara lain, yakni Vietnam, Kamboja, Malaysia, Filipina, Laos, Brunei Darussalam, dan Myanmar.  

Penulis: Andesta Herli Wijaya

Editor: Satrio Wicaksono

<p>Selain Indonesia, <em id="isPasted">Pernikahan Arwah</em> Tayang Di 7 Negara Asia</p>
<p>Selain Indonesia, <em id="isPasted">Pernikahan Arwah</em> Tayang Di 7 Negara Asia</p>

Sejumlah pemeran film Pernikahan Arwah (The Butterfly House) saat hadir dalam Press Conference launching trailer dan poster, di Metropole XXI, Jakarta Pusat, Rabu (05/02/2025). (ANTARA/Sri Dewi Larasati)

JAKARTA - Film horor Pernikahan Arwah (The Butterfly House) garapan sutradara Paul Agusta, dijadwalkan tayang pada 27 Februari mendatang. Bukan hanya di Indonesia, film ini juga akan tayang di tujuh negara lain, yakni Vietnam, Kamboja, Malaysia, Filipina, Laos, Brunei Darussalam, dan Myanmar.  

Diproduksi Entelekey Media Indonesia dan Relate Films, Pernikahan Arwah (The Butterfly House) membawa pendekatan dengan 'elegant horor', di mana rasa takut muncul dari atmosfer yang kuat bukan hanya jumpscare semata.

"Kami merasakan antusiasme yang luar biasa dari berbagai negara. Film horor bertema Tionghoa yang dibuat di Indonesia masih sangat jarang, dan ini menjadi daya tarik tersendiri bagi penonton luar negeri," kata Direktur Utama Entelekey Media Indonesia, Patricia Gunadi, dikutip dari Antara

Patricia menjelaskan, dipilihnya tanggal 27 Februari untuk tayang film bernuansa budaya Tionghoa itu atas saran dari orang feng shui dinilai sebagai hari yang bagus.

"Kenapa kita memilih tanggal 27 Februari adalah karena temanya peranakan China kita ke orang feng shui. Jadi kebetulan 15 hari setelah Imlek itu ada namanya Cap Go Meh. Jadi katanya kalau menurut orang feng shui lebih baik nungguin setelah itu," ujar Patricia.

Sementara itu, produser sekaligus founder Relate Film, Perlita Desiani mengatakan bahwa film ini mengangkat genre horor dengan nuansa budaya Tionghoa.

"Kami tidak hanya ingin membuat film horor yang menakutkan, tetapi juga menghadirkan sebuah cerita yang berakar pada budaya dan kepercayaan. Film ini mengeksplorasi bagaimana tradisi Tionghoa bisa menjadi sesuatu yang indah sekaligus menyeramkan," kata Perlita.

"Saya ingin penonton menyadari bahwa ketakutan terbesar seringkali bukan berasal dari hal yang tak kasat mata, tetapi dari warisan, kepercayaan, dan konsekuensi dari pilihan yang kita buat. Film ini menggali bagaimana masa lalu tetap hidup di sekitar kita, bagaimana seseorang bisa terjebak dalam takdir yang sulit dihindari," lanjut Paul.

Trailer film Pernikahan Arwah (The Butterfly House) menampilkan momen-momen menegangkan dengan visual yang menggambarkan suasana rumah keluarga Salim yang penuh misteri. Potongan adegan bersama dengan musik, serta elemen-elemen budaya Tionghoa yang kuat, memberikan gambaran tentang ancaman supranatural yang akan dihadapi oleh para karakter.

Dibintangi Morgan Oey, Zulfa Maharani, Jourdy Pranata, Brigitta Cynthia, Puty Sjahrul, Amagerald, Alam Setiawan, Verdi Soaliman dan Bonita, film ini mengangkat genre horor dengan nuansa budaya Tionghoa.

Film Pernikahan Arwah (The Butterfly House) mengikuti kisah sepasang calon suami istri Salim (Morgan Oey) dan Tasya (Zulfa Maharani) memutuskan untuk memindahkan proses foto pre-wedding mereka ke rumah keluarga Salim, setelah bibinya meninggal dunia.

Selain mengurus pemakaman bibinya, Salim ternyata harus melanjutkan ritual keluarganya untuk membakar dupa setiap hari di sebuah altar yang misterius atau nyawanya akan terancam.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar