14 November 2025
08:51 WIB
Sama Seperti Manusia, Monyet Bisa Merasakan Kesepian
Saat kesepian, saraf simpatik pada monyet menjadi lebih aktif, sementara respons terkait kekebalan tubuh menurun. Akibatnya, mereka menjadi lebih rentan terhadap penyakit dan infeksi.
Penulis: Annisa Nur Jannah
Editor: Andesta Herli Wijaya
Monyet rhesus. Sumber foto: Freepik/wirestock.
JAKARTA - Selama ini, kesepian sering dianggap sebagai pengalaman emosional yang hanya dialami manusia. Ternyata, hewan juga bisa merasakannya, khususnya monyet rhesus atau resus (Macaca mulatta).
Fenomena ini dikenal sebagai loneliness atau persepsi terisolasi secara sosial, terjadi pada hewan yang hidup secara kelompok, terutama primata yang memiliki struktur sosial kompleks.
Melansir National Library of Medicine, sebuah studi yang dilakukan oleh John P. Capitanio, Stephanie Cacioppo, dan Steven W. Cole pada tahun 2019 menemukan bahwa monyet resus jantan dewasa menunjukkan banyak kesamaan dengan manusia dalam merasakan kesepian. Monyet yang kesepian biasanya sering mencoba berinteraksi dengan sesamanya, tetapi jarang terlibat dalam interaksi sosial yang lebih kompleks. Mereka merasa terisolasi meski berada di tengah kelompok.
Monyet resus adalah makhluk sosial alami. Mereka hidup dalam kelompok besar yang terdiri dari beberapa pejantan, betina, dan anak-anak, dengan struktur hierarki yang jelas.
Interaksi sosial bagi mereka bukan hanya soal bermain atau bercengkerama, tetapi juga berkaitan erat dengan keselamatan, akses terhadap sumber daya, dan kelangsungan hidup keturunan. Ketika seekor monyet tidak dapat terlibat dalam interaksi sosial yang kompleks, misalnya karena berada di pinggiran kelompok atau tidak memiliki teman dekat, otak dan tubuhnya merespons seperti manusia yang merasa kesepian.
Sistem saraf simpatiknya menjadi lebih aktif, sementara respons interferon Tipe I, bagian penting dari sistem kekebalan tubuh, menurun. Akibatnya, monyet yang kesepian menjadi lebih rentan terhadap penyakit dan infeksi.
Penelitian ini juga menjelaskan mengapa monyet bisa merasakan kesepian. Beberapa monyet memang memiliki kecenderungan bawaan untuk kurang berinisiatif memulai interaksi sosial, sehingga meski tetap berada dalam kelompok, mereka merasa kesepian.
Analisis genetik dan imunologis yang dilakukan mencakup puluhan hingga ratusan gen yang menunjukkan perbedaan ekspresi antara monyet kesepian dan non‑kesepian, memperkuat bukti bahwa kesepian memengaruhi tubuh secara biologis. Temuan ini selaras dengan penelitian pada manusia.
Orang yang merasa kesepian memiliki risiko lebih tinggi terhadap penyakit dan kematian, mengalami gangguan sistem imun, serta peningkatan inflamasi dalam tubuh. Meta-analisis terbaru menunjukkan bahwa kesepian, isolasi sosial, dan tinggal sendiri dapat meningkatkan risiko kematian hingga sekitar 26–32%.
Selain itu, orang yang kesepian cenderung memiliki perilaku kesehatan yang kurang optimal, seperti merokok lebih banyak, kurang aktif secara fisik, dan pola makan yang kurang sehat. Namun, dampak kesepian tidak sebatas gaya hidup karena ada mekanisme biologis yang jelas, mulai dari peningkatan aktivitas sistem saraf hingga gangguan respons imun, yang membuat tubuh lebih rentan terhadap infeksi dan penyakit.
Oleh karena itu, temuan ini mengingatkan akan pentingnya hubungan sosial. Interaksi sederhana, seperti bercakap dengan teman, berkumpul dengan keluarga, atau ikut komunitas, ternyata bukan hanya menyenangkan secara emosional, tetapi juga menyehatkan secara biologis.