09 Juni 2025
15:24 WIB
Raja Ampat, Geopark UNESCO dengan Ekosistem Terumbu Karang Terbesar
Raja Ampat merupakan salah satu kawasan konservasi bawah laut paling penting di dunia. Lebih dari 75% terumbu karang yang ditemukan di dunia ada di kawasan ini.
Penulis: Arief Tirtana
Editor: Andesta Herli Wijaya
Pulau Misool, Raja Ampat. Shutterstock/dok.
JAKARTA - Raja Ampat belakangan ini menuai perhatian luas karena isu kerusakan lingkungan. Ada ancaman kerusakan serius pada ekosistem perairan dan pesisir sekitar kawasan Raja Ampat imbas dari aktivitas penambangan nikel yang masif.
Ada sejumlah perusahaan yang teridentifikasi beroperasi di kawasan tersebut, salah satunya yakni PT GAG Nikel dengan luasan wilayah konsesnsi sekitar 13.136 hektare di Pulau Gag, salah satu pulau di bagian terluar Raja Ampat yang berbatasan dengan Maluku Utara.
Kekhawatiran luas soal kerusakan lingkungan di Raja Ampat sangat beralasan, karena tambang bisa memberi dampak buruk bagi ekosistem di darat maupun laut. Terlebih lagi, Raja Ampat merupakan salah satu warisan alam paling bernilai di planet Bumi ini.
Bagaimana tidak, kawasan perairan Raja Ampat merupakan rumah bagi lebih dari 75% terumbu karang dunia. Ini menjadikan Indonesia sebagai rumah utama bagi ekosistem terumbu karang yang merupakan penopang kehidupan bawah laut hingga penjaga daratan dari abrasi.
Selain itu, kawasan istimewa memiliki berupa gugusan kepulauan karst yang terletak tepat di garis khatulistiwa. Keunikan geologisnya berskala internasional, belum lagi keanekaragaman hayati yang tinggi, membuat Raja Ampat menjadi salah satu yang terkaya di dunia.
Karena itu, Raja Ampat pun dicatat oleh UNESCO sebagai kawasan warisan alam dunia. Kawasan ini mendapat sertifikat UNESCO Global Geopark Raja Ampat dalam pertemuan UNESCO di Maroko pada September 2023. Kawasan ini sebagian besarnya mencakup bagian tengah Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat Daya, dengan total 2.173 pula, merujuk laman resmi Geopark Raja Ampat.
Sejarah geologisnya yang tinggi membuat kawasan Raja Ampat, baik perairan, pesisir maupun daratan, memiliki keragaman yang tinggi. Hal tersebut yang menjadikan Raja Ampat menjadi kawasan mega-biodiversitas dan berbagai jenis flora dan fauna endemik yang tidak bisa ditemui di belahan bumi manapun.
Mulai dari laut, Raja Ampat merupakan pusat dari Segitiga Terumbu Karang Dunia. Ini kawasan seluas hampir 4 juta mil persegi yang meliputi lautan dan perairan pesisir Asia Tenggara dan Pasifik yang mengelilingi Indonesia, Malaysia, Papua Nugini, Filipina, Timor Leste, dan Kepulauan Solomon. Kawasan ini merupakan rumah bagi keanekaragaman hayati laut terbesar di bumi. Kawasan ini merupakan rumah bagi 75% spesies karang dunia dan sekitar 2.500 spesies ikan. Keanekaragaman hayati dan lingkungan ini terbentuk oleh kompleksitas geologi dan aktivitas vulkanik yang dikenal sebagai "Cincin Api".
Sebagai jantung segitiga terumbu karang dunia, kawasan laut ini memiliki kekayaan yang tak tertandingi, meliputi: 540 spesies terumbu karang keras (lebih dari 75% spesies terumbu karang dunia); 60 jenis udang karang; 1.070 jenis ikan karang; 699 jenis hewan lunak (moluska).
Tak hanya itu, kompleksitas geologi bawah laut Raja Ampat juga menciptakan gua-gua bawah laut yang memiliki nilai estetika tersendiri. Gua-gua bawah laut dan saluran rekahan serta rembesan yang menghubungkan gua-gua tersebut menjadikan kawasan ini sebagai salah satu spot menyelam terbaik di dunia.
Sebagai bukti keunikan bawah lautnya, di Raja Ampat pula, ditemukan "fosil hidup", yaitu ikan Raja laut atau Coelacanth yang punah 66 juta tahun lalu. Ikan ini hanya tersisa dua spesies di dunia, dan sebelumnya hanya pernah ditemukan di Afrika dan Sulawesi utara pada 2018.
Itu baru laut. Jika bicara daratan, pulau-pulau Raja Ampat merupakan pusatnya spesies flora dan fauna endemik. Di sini, terdapat 874 spesies tumbuhan yang 9 diantaranya adalah spesies endemik dan 6 spesiesnya dilindungi; 114 spesies herpetofauna dengan 5 spesies diantaranya adalah spesies endemik dan 5 spesies lainnya dilindungi; serta 47 spesies mamalia di mana diantaranya terdapat 1 spesies endemik dan 3 spesies lainnya dilindungi.
Dari jenis yang terbang di udara, Raja Ampat adalah rumah bagi 274 spesies burung dengan 6 spesies diantaranya adalah endemik, dan 8 spesies juga masuk dalam kategori dilindungi. cendrawasih hingga kehicap kofiau adalah dua jenis burung endemik dari kawasan ini.
Baca juga: Optimisme Kaimana Kembangkan Ekowisata Setara Raja Ampat
Wisata Unggulan
Sebagai geopark dunia, Raja Ampat juga unggul dalam hal warisan ekspresi budaya, yang dibentuk oleh sejarah interaksi manusia dengan alam selama ini. Kawasan ini kaya dengan ekspresi seni dan budaya yang diwariskan ratusan tahun, baik dalam bentuk lukisan dinding, tari-tarian hingga upacara adat.
Maka itu, Raja Ampat adalah salah satu destinasi pariwisata paling kaya di dunia, terutama wisata diving. Para penyelam bisa menyambangi kawasan perairan antara Pulau Waigeo dan Pulau Batanta untuk menyaksikan salah satu kawasan terumbu karang terbaik, dengan persentase tutupan karang hidup mencapai 90 persen.
Beberapa spesies yang unik yang bisa dijumpai pada saat menyelam di antaranya beberapa jenis kuda laut katai serta ikan pari Manta. Pengunjung bisa menyelam dengan ditemani beberapa ekor Pari Manta yang jinak, kadang kumpulan ikan tuna. Hiu karang juga sering terlihat, dan kalau beruntung Anda juga bisa melihat penyu sedang diam memakan sponge atau berenang di sekitar.
Karena daerahnya yang banyak pulau dan selat sempit, maka sebagian besar tempat penyelaman pada waktu tertentu memiliki arus yang kencang. Hal ini memungkinkan juga untuk melakukan drift dive, menyelam sambil mengikuti arus yang kencang dengan air yang sangat jernih sambil menerobos kumpulan ikan.