c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

KULTURA

24 Agustus 2021

14:40 WIB

Ragam Tas Tradisional Dari Suku-suku Di Indonesia

Setiap suku di Indonesia memiliki kekhasannya, termasuk tas yang terbuat dari bahan-bahan alam

Penulis: Arief Tirtana

Editor: Satrio Wicaksono

Ragam Tas Tradisional Dari Suku-suku Di Indonesia
Ragam Tas Tradisional Dari Suku-suku Di Indonesia
Permintaan tas koja Baduy di pedalaman Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Antarafoto/dok

JAKARTA – Pakaian adat Suku Baduy sukses menjadi perbincangan banyak pihak, setelah dikenakan Presiden Joko Widodo di Sidang Tahunan MPR RI, Senin (16/8), lalu. Penjualannya pun langsung melonjak drastis, tak terkecuali aksesoris, tas Koja. 

Dari yang tadinya per hari hanya laku sekitar lima buah, permintaan tas Koja Baduy di pedalaman Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, meningkat drastis hingga 60 buah. Melonjaknya penjualan itu tentu menjadi angin segar bagi para pengrajin, di samping semakin dikenalnya budaya lokal di mata masyarakat luas. 

Namun bukan hanya tas Koja, ada beberapa tas tradisional dari berbagai suku di Indonesia yang juga memiliki bentuk dan desain yang tak kalah menarik. Yang sayangnya, belum banyak diketahui secara luas oleh banyak masyarakat umum secara luas.

Untuk itu, berikut Validnews rangkum beberapa tas tradisional yang ada di Indonesia. Yang bukan hanya berasal dari Pulau Jawa, namun juga Kalimantan, Sulawesi hingga Papua. 

Noken

Bicara mengenai tas tradisional Indonesia, Noken dari Papua bisa dibilang merupakan salah satu yang paling populer selama ini. Kepopulerannya terbukti dengan terpilihnya tas yang sudah menjadi identitas keseharian masyarakat Papua itu ke dalam daftar Warisan Budaya Tak Benda UNESCO. Sejak 4 Desember 2012.

Noken terbuat dari serat kayu, khususnya bagian kulit pohon Manduam dan pohon Nawa (Anggrek hutan). Bahan dasar tersebut, membuat Noken memiliki daya tahan yang sangat kuat dan juga kelenturan yang tinggi, sehingga bisa digunakan untuk membawa berbagai macam benda dari yang kecil hingga yang berukuran besar.

Masyarakat Papua biasanya menggunakan Noken untuk membawa hasil-hasil pertanian seperti sayuran, umbi-umbian, hingga hewan ternak seperti babi untuk di jual ke pasar. Dengan fungsinya tersebut, Noken memiliki filosofi sebagai simbol kehidupan yang baik, perdamaian, serta kesuburan bagi masyarakat Papua.

Dan yang paling menarik, tak seperti kebanyakan tas yang penggunaannya dikaitkan ke bahu, Noken identik digunakan dengan cara disangkutkan di kepala, dengan bagian kantungnya menjuntai ke punggung.

Selain itu, ada aturan tak tertulis bahwa Noken hanya boleh dibuat oleh orang perempuan asli Papua. Hanya merekalah yang berhak membuatnya. Karena Noken juga merupakan tolok ukur kedewasaan seorang perempuan Papua.  Hanya mereka yang telah menguasai pembuatan Noken, yang diakui sebagai seorang perempuan dewasa dan boleh menikah.
 
Anjat

Selanjutnya ada Anjat, tas tradisional dari masyarakat suku Dayak di Pulau Kalimantan. Khususnya Kalimantan Timur. Sedikit berbeda, Anjat ini memiliki bentuk selayaknya tak punggung, alih-alih tas selempang seperti Noken dan Koja.

Terbuat dari rotan, anjat identik dengan bentuknya yang seperti tabung. Dengan diameter sekitar 50cm dan tinggi sekitar 70cm. Pada bagian atas yang dilengkapi dengan gelang-gelang kecil yang terbuat dari anyaman rotan lalu dipasangi tali. Bila tali ditarik, bagian atas anjat akan mengerucut sehingga membuat anjat tertutup bagian atasnya.

Sementara di bagian badan tas, berbagai pilihan motif unik menjadi daya tarik dari tas ini. Motifnya beragam. Misalnya anjat yang dibuat oleh pengrajin Dayak Benuaq di Pepas Eheng, biasanya bermotif dedaunan, seperti daun benawa bingkas.

Namun ada juga Anjat yang bermotif binatang berupa Naga, mataq punei, jatuk mantuku, tempilih. motif bunga yakni bunga Naga. Hingga yang bermotif sederhana, bentuk motif lingkaran dan segi empat yaitu lurang lomo, tumpang dara, selengkau gelang, kelolong.

Sedangkan untuk teknik ayaman dalam pembuatan Anjat menggunakan teknik anyaman yang menjadi identitas dari suku Dayak itu sendiri. Anyaman ini memiliki pola lompatan kecil dua-dua, dan menggunakan lompatan yang lebih besar untuk membentuk sebuah ragam hias, dan lompatan satu-satu sebagai isian pada motif. Ragam hias pada Anjat juga umum ditemukan pada anyaman Kalimantan lainnya.

Oleh masyarakat Dayak, Anjat ini umumnya digunakan oleh laki-laki yang telah dewasa. Di sana, tas ini dipakai untuk menaruh perbekalan ketika mereka berkebun atau berburu hewan yang ada di hutan.

Sepu

Dari Pulau Sulawesi, ada juga tas tradisional masyarakat adat Toraja, tas Sepu. Tas ini seperti Koja, merupakan tas selempang dengan ukuran yang tak terlalu besar. Bedanya, tas Sepu ini umumnya memiliki warna-warna yang cerah, dengan motif yang menghiasi bagian badan tas. Dengan ukuran sekitar 30cm x 25cm.

Tas sepu terbuat dari pa'tannun atau kain tenun khas Toraja, yang bahan dasarnya juga berasal dari material alami, serat daun.

Umumnya tas sepu ini digunakan oleh orang-orang tua, untuk menyimpan daun sirih yang biasa dikunyah sehari-hari. Tetapi di luar itu, tas Sepu juga digunakan oleh perempuan Toraja untuk mengikuti pesta adat perkawinan atau Rambu Tuka, pesta kematian (Rambu Solo), juga pesta syukuran rumah (Ma'rara Banua).

Dengan desain menarik yang sangat cocok digunakan dalam keseharian, sekarang ini sendiri di Tanah Toraja, tas sepu sudah banyak dibuat dan dijual bebas sebagai salah satu suvenir. Buat turis-turis yang datang kesana, dengan harga sekitar Rp400 ribu.
 
Koja
Terakhir ada koja. Seperti disebutkan di atas, koja merupakan tas tradisonal dari masyarakat Baduy yang tinggal di daerah pedalama Lebak, Banten.

Tas koja terbuat dari kulit pohon teureup yang dikeringkan, dibelah kecil-kecil, kemudian dianyam menjadi benang. Sehingga bentuknya seperti jaring-jaring dengan rongga yang berukuran kecil.

Biasanya Suku Baduy menggunakan tas ini untuk mengangkut alat-alat pertanian atau membawa perlengkapan saat bepergian. Termasuk digunakan oleh suku Baduy Luar ketika menjual berbagai hasil perkebunan dan pertaniannya ke kota Jakarta.

Selain dimanfaatkan oleh masyarakat asli Baduy, tas ini juga sudah diproduksi dan dijual untuk para pelancong yang datang ke Badut. Dengan harga bervariasi mulai dari Rp45 ribu hingga Rp100 ribu.

 


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar