c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

KULTURA

13 November 2024

20:56 WIB

Quincy Jones, Sang Pencetak Bintang Dunia

Menjadi musisi kulit hitam Amerika Serikat yang benar-benar diakui, Quincy Jones punya kredibilitas berbeda. Dia adalah sosok di balik lahirnya banyak musisi besar di dunia.  

Penulis: Arief Tirtana

Editor: Rendi Widodo

<p>Quincy Jones, Sang Pencetak Bintang Dunia</p>
<p>Quincy Jones, Sang Pencetak Bintang Dunia</p>

Quincy Jones. Wikipedia/Dok

Di tengah akhir pekan yang tenang, Minggu (3/11), kabar duka datang dari dunia musik saat seorang musisi, komposer, dan produser rekaman, Quincy Jones dilaporkan meninggal di kediamannya yang berlokasi di kawasan mewah Bel Air, Los Angeles, Amerika Serikat.

Tak diungkapkan secara pasi apa yang menjadi penyebab meninggalnya pria berusia 91 tahun itu. Namun yang jelas, kepergian Quincy Jones menjadi sebuah kehilangan besar bagi dunia musik internasional. Sebab, meski namanya tak banyak dikenal oleh penikmat musik generasi muda saat ini, ia merupakan sosok yang memiliki banyak catatan emas di dunia musik internasional.
Catatan sukses Quincy Jones salah satunya bisa dilihat dari keberhasilannya 80 kali masuk nominasi Grammy Award. Dari jumlah tersebut, 28 kali di antaranya, Jones keluar sebagai pemenang.

Jumlah tersebut juga merupakan salah satu jumlah kemenangan terbanyak yang berhasil seorang seniman musik dapatkan di ajang Grammy Awards. Jumlahnya hanya kalah dari Beyonce yang 32 kali memenangkan Grammy Awards, dan Georg Solti yang sebanyak 31 kali.

Di luar catatan prestasi tersebut, Quincy Jones juga dikenal sebagai sosok yang ada di balik sukses sejumlah musisi besar dunia. Termasuk salah satunya, ketika ia mampu mengantarkan seorang Michael Jackson bertransformasi dari penyanyi cilik menjadi raja musik pop dunia, sejak album Off the Wall.

Kedekatan Dengan Frank Sinatra
Jauh sebelum berurusan dengan Michael Jackson, nama Jones sudah terkenal sebagai salah satu pemain terompet dan musisi Jazz ternama di Amerika Serikat sejak tahun 50-an. Bahkan ia dipercaya menjadi arranger dan konduktor musik di album kedua Frank Sinatra dengan Count Basie, It Might as Well Be Swing (1964). Serta di album live Frank Sinatra dengan Basie Band, Sinatra at the Sands (1966).

Jones juga dipercaya menjadi arranger dan konduktor di sejumlah konser Frank Sinatra, termasuk yang melibatkan banyak musisi Jazz ternama kala itu. Lebih dari sekadar rekan kerja, Jones memiliki kedekatan yang spesial dengan Sinatra. Sejak dekat di tahun 50-an itu, keduannya terus bersahabat, hingga kepergian Sinatra untuk selamanya di tahun 1998 silam. Bahkan saking dekatnya, Sinatra sampai mewariskan cincin yang selalu ia pakai, untuk diberikan ke Jones setelah ia meninggal.

"Frank Sinatra membawa saya ke dunia yang sama sekali baru. Saya bekerja dengannya hingga ia meninggal pada tahun 1998. Ia mewariskan cincinnya kepada saya. Saya tidak pernah melepaskannya," kata Jones di suatu wawancara pada April 2013 silam.

Setelah dipercaya terlibat dalam album Frank Sinatra, karier Jones di dunia musik semakin meluas. Pada tahun 1961, ia dipromosikan dan menjadi wakil presiden Mercury Record, perusahaan rekaman yang dimiliki oleh  Universal Music Group.

Posisi ini menjadi spesial, sebab ia menjadi orang Afrika-Amerika pertama yang bisa memegang jabatan penting di salah satu perusahaan rekaman ternama di Amerika Serikat itu.

Karier musiknya pun semakin meluas, ketika ia dipercaya untuk menjadi komposer sejumlah film dan tayangan televisi. Mulai dari film The Pawnbroker,  Walk, Don't Run, The Deadly Affair, In Cold Blood, In the Heat of the Night, Mackenna's Gold, hingga yang paling terkenal The Italian Job.

Pada tahun 1960-an, Jones juga sukses menjadi arranger karya musik musisi Jazz ternama seperti Billy Eckstine, Ella Fitzgerald, Shirley Horn, Peggy Lee, Nana Mouskouri, Sarah Vaughan, Dinah Washington, dan tentunya Frank Sinatra.

Ia juga sempat mengeluarkan karya solonya, mulai dari Walking in Space, Gula Matari, Smackwater Jack, You've Got It Bad Girl, Body Heat, Mellow Madness, I Heard That!!, hingga album-album Big Band Bossa Nova.

Pada tahun 1975, Jones akhirnya mendirikan label rekamannya sendiri, Qwest Productions, tempat ia mengaransemen dan memproduksi album-album sukses karya Frank Sinatra dan sejumlah musisi lainnya.

Transformasi Michael Jackson
Meski memang sudah banyak berkontribusi besar dalam karya banyak musisi di Amerika Serikat kala itu, kebanyakan mereka adalah musisi Jazz. Aliran musik yang memang sejak awal didalami oleh Jones. Berbeda saat kemudian Jones diminta oleh Michael Jackson untuk memproduseri album solo perdananya sebagai musisi pop dewasa di tahun 1978.

Jones dan Michael Jackson saat itu pertama kali bertemu, ketika keduanya terlibat dalam proyek The Wiz, adaptasi musikal dari novel anak-anak The Wizard of Oz, yang dibintangi oleh Michael Jackson dan Diana Ross. Sata itu Jones dipercaya untuk memproduksi soundtrack-nya. Michael Jackson yang memang sudah memiliki niat untuk membuat album solo, pada awalnya hanya meminta Jones untuk mencarikannya produser yang mau menggarap albumnya. Namun, setelah Jones mengajukan sejumlah nama dan tak cocok, ia menawarkan namanya sendiri kepada Michael Jackson.

Dalam sebuah pengakuannya di tahun 2009, Jones mengaku tergerak untuk mau menjadi produser album Michael Jackson karena merasa terkesan dengan kepribadian sang superstar. Jackson diperhatikannya selama proses latihan drama musikal itu.

Salah satunya, bahwa Jackson biasa menyimpan secarik kertas berisi kutipan dari para pemikir terkenal bersamanya di lokasi syuting. Jones bercerita, bahwa ia pernah bertanya tentang satu bagian yang ditulis oleh Socrates, yang diucapkan Jackson sebagai “SO-crayts”. Pelafalan yang kemudian coba dikoreksi oleh Jones, dengan berkata, “Michael, itu SOCK-ra-tees,”.

"Tatapan yang ia berikan kepada saya saat itu, mendorong saya untuk berkata, karena saya terkesan dengan semua hal yang saya lihat dalam dirinya selama proses latihan, Saya ingin mencoba memproduseri albumnya," kata Jones, seperti yang diceritakannya dalam wawancara bersama Time.

Meski Michael Jackson dengan senang hati mau menerima Quincy Jones sebagai produser albumnya, jalan kerja sama keduanya tak lantas mulus begitu saja. Penolakan sempat muncul dari orang-orang di balik label Michael Jackson saat itu, Epic Record. Di mana alasannya pun sebenarnya cukup masuk akal, bahwa Jones dinilai terlalu Jazzy untuk Michael Jackson yang akan menggarap album musik pop.

"Semua orang berkata, Anda tidak bisa membuat Michael lebih besar dari saat ia bersama Jackson 5'. (Namun) saya berkata, kita lihat saja nanti," Jones menceritakan responnya kala itu kepada Los Angeles Times.

Didukung Michael Jackson yang terus juga bersikeras mau agar Jones yang memproduseri album itu, hasilnya pun terbukti. Album Off the Wall berhasil terjual sekitar 20 juta copy. Hingga menjadi salah satu album terlaris di kalangan orang kulit hitam Amerika saat itu. Momen itu juga menjadikan Quincy Jones sebagai produser rekaman paling terpandang dalam industri saat itu. "Album itu menyelamatkan semua pekerjaan orang-orang yang mengatakan bahwa saya orang yang salah," kata Jones.

Sukses tersebut pada akhirnya memang berhasil menutup semua keraguan. Apalagi ternyata, sukses penjualan album Off the Wall itu ternyata tak seberapa jika dibandingkan dengan sukses luar biasa yang berhasil ditorehkan Jones ketika menggarap album Michael Jackson berikutnya Thriller pada tahun 1982.

Dengan lagu hits seperti Thriller itu sendiri, Baby Be Mine, Beat It,  Billie Jean, hingga Human Nature, album Thriller berhasil terjual hingga 65 juta kopi pada awalnya.Kemudian perlahan menembus 70 juta copy, hingga akhirnya 109 juta copy. Menjadikannya album dengan penjualan tertinggi sepanjang masa, hingga saat ini.

"Secara musikal, kami tahu kami telah 'mencapainya' dengan Thriller. Hingga hari ini saya dapat mendengar para seniman mencoba meniru kekuatan soniknya,” kata Jones dalam sebuah wawancara dengan Library of Congress pada bulan Juni 2016.

Jones juga menambahkan, bukan menjadi suatu kebetulan bahwa setelah lebih dari tiga dekade diluncurkan, di hampir semua tempat yang ia kunjungi di dunia, ia masih kerap mendengar lagu Billie Jean, Beat It, Wanna Be Starting Something, dan Thriller diputar. "Dalam setiap bahasa di planet ini, dari halaman penjara di Thailand hingga Thrilltheworld.com, Thriller masih membuat orang-orang merinding. Itu cukup mencengangkan dan sangat memuaskan sebagai seorang seniman," ungkap Jones.

Jones sempat sekali lagi memproduseri album Michael Jackson, Bad di tahun 1987, meski tak bisa melampaui kesuksesan album Thriller, penjualan album ini juga relatif sukses dengan terjual hingga 45 juta copy saat itu.


We Are The World
Selain di tiga album Michael Jackson, kerjasama Quincy Jones dengan muisis yang dikenal sebagai King of Pop itu juga sempat menjadi perhatian dunia, ketika keduanya menginisiasi lagu We Are the World guna mengumpulkan uang bagi para korban kelaparan di Ethiopia pada tahun 1985. Saat itu Michael Jackson bersama Lionel Richie menciptakan lagu tersebut, dan Jones bersama Michael Omartian berperan sebagai produsernya. Sebagai produser, Jones menggunakan pengaruhnya untuk mengajak sebagian besar musisi terbaik Amerika Serikat saat itu untuk mau terlibat menyanyikan lagu We Are the World  dalam rekaman.

Hasilnya, selain Michael Jackson dan Lionel Richie, nama-nama penyanyi besar seperti Stevie Wonder, Kenny Rogers, Tina Turner, Billy Joel, Diana Ross, Willie Nelson, Bruce Springsteen, Cyndi Lauper, Ray Charles, Bob Dylan dan lainnya mau terlibat. Bukan hanya sekadar terlibat, musisi dengan nama besar tersebut mau diatur oleh Quincy Jones untuk menghilangkan egonya sebagai superstar.

Dalam ceritanya, Jones mengungkapkan bahwa salah satu cara untuk membuat para superstar dunia musik itu mau menurunkan egonya, dilakukannya dengan menempelkan tuliskan "Check Your Ego at the Door" di depan pintu masuk studio.

Selain itu, Jones juga menekankan bahwa ia tidak ingin mereka membuat sebuah lagu untuk membantu masyarakat yang kelaparan dengan menggunakan tuksedo. Karena itulah, semua musisi yang terlibat akhirnya mengenakan pakaian kasual selama melakukan rekaman di studio. We Are the World akhirnya dirilis pada tanggal 7 Maret 1985, sebagai single pertama dari album oleh Columbia Records. Lagu ini langsung sukses menduduki puncak tangga lagu di seluruh dunia dan menjadi single pop dengan penjualan tercepat sepanjang sejarah.

“We Are the World” berhasil meraih quadruple platinum, menjadi single pertama yang disertifikasi multi-platinum. Serta meraih penghargaan, mulai dari empat Grammy Awards, satu American Music Award, dan People's Choice Award.

Seperti tujuan awalnya untuk membantu masyarakat di Afrika yang menderita kelaparan, album kemanusiaan ini juga berhasil mengumpulkan lebih dari US$80 juta (atau setara dengan US$222 juta pada tahun 2023). Setelah sukses bersama Michael Jackson, Jones melebarkan kiprahnya di dunia hiburan Amerika Serikat dengan masuk ke dunia film dan televisi. Itu terjadi salah satunya berkat langkahnya menggabungkan Quincy Jones Productions dengan Time Warner, untuk membuat Quincy Jones Entertainment (QJE).

Di perusahaan ini, ia berhasil menandatangani sejumlah kesepakatan besar untuk memproduksi tayangan televisi. Di antaranya 10 tayangan bersama Warner Bros, kesepakatan dua seri dengan NBC Productions, memproduksi acara televisi The Fresh Prince of Bel-Air dan lainnya.

Di dunia musik, salah satu sukses Jones adalah berhasil meyakinkan Miles Davis untuk menghidupkan kembali musik yang direkamnya pada beberapa album klasik di tahun 1950-an. Upaya tersebut sebenarnya sudah dilakukan Jones sejak tahun 70-an, namun Davis baru luluh di tahun 1991.

Deretan lagu populer Davis akhirnya diaransemen ulang oleh Gil Evans, dan meskipun telah menderita pneumonia, Miles Davis akhirnya membawakan aransemen baru lagunya di Montreux Jazz Festival. Penampilan tersebut juga direkam dan menghasilkan album Miles & Quincy Live at Montreux. Album ini menjadi monumental, sebab merupakan album terakhir sebelum Miles Davis meninggal beberapa bulan kemudian.

Sebagai musisi dan produser, kehebatan Quincy Jones memang telah mendapatkan pengakuan banyak pihak. Produser senior NPR News, Walter Ray Watson misalnya, menggambarkan bakat Jones sebagai seseorang yang menghasilkan musik yang memikat telinga, menghangatkan hati, dan menggerakkan kaki untuk berdansa.  Lebih dari itu, sejarawan dan kritikus sastra dari Harvard University, Henry Louis Gates Jr. bahkan menilai pengaruh dan tonggak karier Quincy Jones setara dengan inovator dan pemikir besar Amerika Serikat seperti Henry Ford, Thomas Edison, dan Bill Gates. Karena menurutnya, Quincy Jones memiliki jalur kehidupan yang bisa membangun kesadaran kolektif masyarakat Amerika.

Pujian juga sempat datang dari beberapa Presiden Amerika Serikat. Mulai dari Joe Biden yang memuji Jones sebagai "seorang pemersatu yang hebat, yang sangat percaya pada kekuatan penyembuhan musik untuk memulihkan harapan dan mengangkat mereka yang menderita kelaparan , kemiskinan , dan kekerasan , di Amerika dan benua Afrika"

Barack Obama memuji Jones karena mampu membangun karier yang membawanya dari jalanan di kota Chicago hingga ke puncak Hollywood, sehingga mampu membuka jalan bagi generasi masyarakat kulit hitam Amerika untuk masuk ke dalam industri hiburan. Sedang Bill Clinton menyebut bahwa Quincy adalah orang yang dengan kehebatannya telah mampu mengubah wajah industri musik dunia untuk selamanya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar