c

Selamat

Senin, 17 November 2025

KULTURA

28 April 2025

09:03 WIB

Puisi Sebagai Seni Sastra Bernilai Ekonomi Kreatif

Nilai seni dan sastra yang terkandung dalam setiap puisi ini, selain sebagai media ekspresi tapi juga bernilai komersial.

<p>Puisi Sebagai Seni Sastra Bernilai Ekonomi Kreatif</p>
<p>Puisi Sebagai Seni Sastra Bernilai Ekonomi Kreatif</p>

Seniman dari Komunitas Ngaos Art menampilkan musikalisasi puisi dan drama bertajuk The Marriage Prop osal di Padepokan Sobarnas Martawijaya, Tarogong Kaler, Kabupaten Garut, Jawa Barat. ANTARA FOTO/Candra Yanuarsyah/agr

JAKARTA - Puisi merupakan salah satu bentuk kaya sastra dalam gaya bahasa yang unik dan kreatif untuk menggambarkan sesuatu. Nilai seni dan sastra yang terkandung dalam setiap puisi ini, selain sebagai media ekspresi tapi juga bernilai komersial.

Menteri Ekonomi Kreatif (Menteri Ekraf), Teuku Riefky Harsya mengatakan, puisi yang dibacakan juga bisa masuk dalam subsektor seni pertunjukan, dan puisi yang dicetak dalam bentuk buku bisa tergolong dalam lingkup penerbitan, sehingga puisi juga punya nilai ekonomi kreatif atau komersial.

"Puisi dan syair ini sebagai bagian dari warisan budaya para pendahulu kita sebelum ada media sosial. Puisi pun digunakan untuk gerakan-gerakan sosial kemasyarakatan. Tentu sangat beririsan antara kebudayaan dan ekonomi kreatif," ujar Menekraf Riefky dalam keterangan resmi di Jakarta, Sabtu.

Karenanya, dia menyambut baik inisiatif Hari Puisi Nasional sebagai pendorong kreativitas. "Kalau budaya itu harus dikonservasi, sementara ekonomi kreatif sudah bersentuhan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga bisa diakselerasi kekayaan intelektualnya," lanjutnya.

Hari Puisi Nasional yang diperingati pada tanggal 28 April, sudah dideklarasikan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa dalam Musyawarah Nasional Sastrawan Indonesia. Biasanya, masing-masing daerah memiliki cara tersendiri untuk menyelenggarakan perayaan Hari Puisi Nasional.

Sedangkan untuk tahun ini, Hari Puisi Nasional akan mengangkat tema Semangat Pemberontakan Si Binatang Jalang. Nantinya akan ada upacara Hari Puisi Nasional di Taman Ismail Marzuki (TIM), Cikini, Jakarta hingga musikalisasi puisi Derai-Derai Cemara karya Chairil Anwar.

Fikar W Eda sebagai Inisiator Hari Puisi Nasional, menyampaikan bahwa para penyair hanya bisa menciptakan puisi sebagai sebuah karya kreatif, namun belum bisa menciptakan puisi sebagai bagian dari ekonomi kreatif.

"Maksud kedatangan kami ke sini juga untuk memohon kesediaan Menteri Ekonomi Kreatif bisa hadir saat Hari Puisi Nasional nanti," kata Fikar.

Selain itu, para perwakilan pegiat sastra ini juga mengajukan konsep inovatif Sengkewe Kebun Kopi Kreatif agar lokasi itu akan menjadi kebun sekaligus pusat edukasi budaya, seni dan ekonomi kreatif dari masyarakat yang terhubung dengan pertanian kopi dalam satu kawasan terpadu.

"Kami ingin mendorong kebun kopi di Aceh menjadi kawasan ruang kreatif dalam penciptaan seni dan pendidikan masyarakat. Di sana akan disiapkan panggung seni pertunjukan rutin bersama komunitas dan 'workshop' teater, musikalisasi puisi, film, sastra, tari, musik, dan lain-lain. Kami mohon bimbingan dan arahan dari Kementerian Ekonomi Kreatif untuk menggerakkan dan mendapat pencerahan atas pengembangan semua itu," ujar Fikar.

Dalam pertemuan itu, Menteri Ekraf Teuku Riefky didampingi Deputi Bidang Kreativitas Media Agustini Rahayu beserta Direktur Penerbitan dan Fotografi Iman Santosa.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar