c

Selamat

Senin, 17 November 2025

KULTURA

05 Desember 2024

18:11 WIB

Psikolog: Canda Bisa Menyakiti Psikis Jika Kelewat Batas

Candaan tidak sesuai konteks dan diucapkan pada orang yang tidak akrab dengan pelaku juga merupakan ciri candaan yang melewati batas.

Editor: Rendi Widodo

<p>Psikolog: Canda Bisa Menyakiti Psikis Jika Kelewat Batas</p>
<p>Psikolog: Canda Bisa Menyakiti Psikis Jika Kelewat Batas</p>

Ilustrasi psikis terganggu. Unsplash

JAKARTA - Kalimat candaan yang sudah melewati batas bisa menimbulkan dampak psikis bagi seseorang yang menerimanya. Hal ini ditekankan psikolog klinis dari Universitas Padjajaran Anggie Harmalia.

“Dampak pada penerima candaan jika candaan yang diterima melewati batas bisa menurunkan rasa percaya diri, memicu stres, kecemasan, dan atau tekanan psikologis lainnya,” kata Anggie dikutip dari Antara, Kamis (5/12).

Psikolog Klinis dari Tiga Generasi Psychology Center ini mengatakan seseorang yang tersinggung dengan candaan yang dilontarkan juga bisa berdampak pada munculnya perilaku menghindari orang lain sehingga dapat mengganggu relasi dan memunculkan trauma yang pernah ada.

Ia menambahkan candaan yang melewati batas biasanya dilontarkan seseorang dengan ciri-ciri menghina fisik, intelektual atau status sosial seseorang. Candaan tidak sesuai konteks dan diucapkan pada orang yang tidak akrab dengan pelaku juga merupakan ciri candaan yang melewati batas.

Selain itu, Anggie juga mengatakan seseorang yang menggunakan stereotip seperti gender, ras, agama dan kondisi sosial tertentu juga bisa dianggap sebagai candaan yang minim empati, serta mengabaikan reaksi orang yang dijadikan objek candaan meskipun sudah terlihat tidak nyaman.

“Mengabaikan reaksi penerima, jika penerima candaan terlihat tidak nyaman tetapi pelaku tetap melanjutkan candaan,” katanya.

Anggie pun menyarankan ada batasan candaan agar tidak berujung ke penghinaan terhadap seseorang, yakni menghindari tema sensitif seperti trauma tidak mengenakkan seseorang, menghindari membahas ras, agama atau kekurangan fisik, serta sesuaikan dengan hubungan keakraban antara pemberi dan penerima candaan.

Agar bercanda tetap mengedepankan empati, pahami konteks dan situasi tempat, dan peka dengan reaksi penerima.

“Penggunaan situasi umum atau pengalaman pribadi sebagai obyek candaan akan lebih netral dan meminimalisasi menyinggung atau menyakiti perasaan orang lain,” saran Anggie.

Agar penerima candaan tidak terbawa perasaan, ia dapat menegur pelaku dengan sopan jika dirasa sudah mengganggu. Anggie juga menyarankan untuk mengalihkan pikiran dari kalimat candaan yang dilontarkan dan fokus pada pengembangan rasa percaya diri serta toleransi terhadap humor.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar