12 Februari 2025
18:57 WIB
Proof of Human, Teknologi Deteksi Manusia Asli Atau Bot Di Era AI
Penipuan daring yang memanfaatkan AI dilaporkan melonjak sangat signifikan, karenanya sebuah teknologi Proof of Human dihadirkan untuk dapat mendeteksi manusia atau bot yang dibuat dengan AI.
Penulis: Arief Tirtana
Editor: Satrio Wicaksono
Peluncuran Proof of Human, teknologi yang mampu membedakan manusia asli dengan identitas yang dibuat oleh AI. Foto: Validnews/ Arief Tirtana.
JAKARTA - Perkembangan teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) yang semakin canggih, membuat banyak pengguna internet terkecoh mengenai keaslian sebuah video atau akun di media sosial. Belum lagi munculnya bot atau perangkat lunak yang dirancang untuk melakukan tugas secara otomatis, yang belakangan banyak disalahgunakan.
Penipuan daring yang memanfaatkan AI dilaporkan melonjak sebesar 1.550% sejak 2022. Kasus pencurian identitas pun juga meningkat 25% pada 2023, yang mengakibatkan kerugian ekonomi lebih dari Rp500 miliar.
Berangkat dari kondisi tersebut, sebuah teknologi mutakhir yang dinamakan Proof of Human dihadirkan di Indonesia. Teknologi dari World ini mampu membedakan manusia asli dengan identitas yang dibuat oleh AI. Sesuai tujuan World sendiri yang menawarkan solusi untuk melindungi masyarakat dari pencurian identitas, penipuan deepfake, dan ancaman digital lainnya. Sekaligus mendukung visi Indonesia untuk ekonomi digital yang lebih aman dan inklusif.
Dalam teknologi Proof of Human, intinya adalah World ID, yakni sebuah sistem verifikasi manusia yang mengonfirmasi identitas unik seseorang tanpa mengumpulkan atau menyimpan data pribadi. Verifikasi ini dilakukan dengan menggunakan Orb, sebuah perangkat berbentuk bulat, yang dapat mendeteksi apakah seseorang merupakan manusia yang nyata atau bukan.
Dalam pemanfaatannya, pengguna cukup meng-install aplikasi World, kemudian melakukan verifikasi ke perangkat Orb. Di situ nantinya Orb akan membaca identitas unik orang tersebut, khususnya dari bagian mata, yang secara spesifik pasti ada perbedaan antara satu orang dengan lainnya. Adanya identifikasi spesifik tersebut, juga membuat seseorang nantinya hanya akan bisa membuat satu World ID, atau identitas yang akan bisa digunakan untuk membuktikan bahwa mereka manusia. Khususnya di dunia digital.
Keunggulan yang coba ditawarkan dalam teknologi Proof of Human atau World juga ada pada sektor privasi pembuat ID. Sebab mereka sama sekali tidak meminta nama, alamat, Nomor Induk Kependudukan, atau data pribadi lainnya dalam proses verifikasi. Data yang terekam pun kemudian tidak disimpan oleh World dalam sistemnya, melainkan akan masuk ke smartphone pengguna saja.
"World didirikan berdasarkan prinsip anonimitas, keamanan, dan privasi. Inovasi teknologi Proof of Human memberi kesempatan bagi masyarakat Indonesia untuk mempersiapkan masa depan AI secara bertanggung jawab. Hal ini juga memungkinkan partisipasi yang aman, inklusif, dan anonim dalam ekonomi digital global," terang Chief Executive Officer Tools for Humanity, Alex Blania dalam konferensi pers di jakarta, Selasa (11/2).
Proof of Human atau World ini sendiri bersifat open source, sehingga kode sumbernya dapat diakses dan dimodifikasi secara bebas oleh siapa saja. Sebab prinsip kerjannya, World hanya menjalankan proses verifikasi dan menciptakan ID yang membuktikan bahwa sebuah entitas itu merupakan manusia asli. Sementara pada penerapannya, akan sangat tergantung oleh pihak ketiga yang menggunakan World ID tersebut dalam sistem dan tujuan mereka masing-masing.
Seperti yang diterangkan oleh General Manager Tools for Humanity Indonesia, Wafa Taftazani, teknologi terbaru mereka ini bisa diterapkan untuk mencegah bot dalam penjualan tiket konser.
Jika pihak yang menjual tiket konser menggunakan teknologi Proof of Human, mereka akan bisa membatasi bahwa yang berhak membeli tiket hanya manusia asli yang telah memiliki World ID. Dari situ, penyelenggara konser akan dengan mudah membatasi bahwa satu orang hanya bisa membeli satu tiket atau maksimal berapa tiket sesuai kebijakan mereka.
Penerapan Proof of Human juga bisa dilakukan di berbagai aplikasi media sosial. Seperti misalnya Facebook atau X yang banyak terdapat akun palsu atau bot. Namun karena bersifat open-source, Wafa Taftazani menekankan bahwa kemungkinan adanya teknologi mereka di media sosial tersebut akan sangat tergantung oleh si perusahaan media sosial masing-masing. Kembali ke posisi Proof of Human sebagai sebuah teknologi yang terbuka atau open-source.
Meski demikian, Wafa juga memastikan bahwa World akan berkomitmen untuk berkolaborasi dengan regulator, komunitas, dan pemangku kepentingan lainnya untuk membangun ekosistem digital yang lebih aman dan inklusif di Indonesia.
Sebagai langkah awal dari wujud komitmen tersebut, World telah mulai bekerja sama dengan berbagai pihak di tanah air. Termasuk kemitraan dengan Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) untuk kompetisi esai AI berskala nasional. Selain itu, mereka juga melakukan diskusi dengan Kantor Komunikasi Presiden untuk memastikan adanya keselarasan dengan strategi sistem privasi dan inisiatif digital Indonesia.
Dalam upaya mengakomodir masyarakat yang ingin membuat World ID di Indonesia, World membuka 10 World Space di Jakarta. Di World Space tersebut, mereka menyediakan Orbs yang bisa digunakan masyarakat yang telah mendaftar di aplikasi World, untuk melakukan verifikasi proses pembuatan ID. Lokasi World Space tersebut, tersebar di seluruh daerah administrasi di Jakarta, dengan lokasi spesifiknya hanya diberikan ke mereka yang telah mendaftar di aplikasi World.