22 Februari 2022
10:59 WIB
Penulis: Tristania Dyah Astuti
Editor: Rendi Widodo
JAKARTA – Kelompok peneliti dari Departemen Konservasi Sumber Daya Hutan dan Ekowisata Institut Pertanian Bogor (IPB University) melakukan riset terhadap dampak perubahan iklim terhadap primata di Indonesia.
Ada lima famili primata yang hidup di Indonesia dengan keunikan masing-masing. Di antaranya monyet dunia lama (Cercopithecidae), kera besar (Hominidae), owa/ungka (Hylobatidae), kukang (Lorisidae), dan tarsius (Tarsidae).
Mayoritas jenis primata yang ditemukan di Indonesia pun dikategorikan ke dalam status rawan, terancam, dan kritis berdasarkan Uni Internasional untuk Konservasi Alam (International Union for Conservation of Nature atau IUCN).
Salah seorang peneliti IPB University, Aryo Adhi Condro mengungkapkan, sekitar 30 jenis primata di Indonesia akan punah pada 2050 akibat perubahan iklim, termasuk orang utan Sumatra dan kukang Jawa.
"Angka ini setara dengan separuh dari total spesies primata yang ditemukan di tanah air," kata Aryo, seperti dilansir dari theconversation.com.
Lebih rinci ia menjelaskan, Kepunahan orang utan Sumatra dan kukang Jawa disebabkan oleh ruang hidup yang kian menyempit akibat kebakaran ataupun pembangunan.
"Studi kami menunjukkan sekitar 37 jenis primata akan menyusut habitatnya sekitar 90% dari kondisi saat ini," tuturnya.
Selain penyusutan lahan, kenaikan suhu udara regional juga diyakini dapat menyebabkan penurunan metabolisme dan penurunan laju reproduksi primata-primata tersebut.
Beberapa wilayah di Indonesia yang diprediksi akan mengalami penyusutan habitat primata terparah, seperti di sepanjang Pegunungan Bukit Barisan, Sumatra, kawasan Kalimantan Barat, pesisir selatan dan pegunungan di Pulau Jawa, dan Sulawesi Utara.
Mengapa primata harus terus dilestarikan?
Primata merupakan salah satu komponen ekosistem yang memiliki nilai penting bagi kelangsungan keberadaan hutan dan kehidupan manusia. Hewan ini memberikan pengetahuan yang sangat krusial bagi ilmu biologi, perilaku, ekologi, dan kesehatan.
Di dalam ekosistem hutan, primata berperan penting dalam pemencaran biji. Penelitian terdahulu menyatakan bahwa lebih dari 75% penyebaran vegetasi dalam ekosistem hutan tropis dilakukan oleh satwa frugivora atau pemakan buah, termasuk beberapa famili primata.
Aryo menjelaskan, ada beberapa upaya yang dapat dilakukan area konservasi habitat primata untuk mencegah kepunahan primata akibat perubahan iklim. Salah satunya yakni upaya restorasi. Restorasi dapat dilakukan melalui penanaman vegetasi alami atau endemik kawasan konservasi.
"Vegetasi ini berguna sebagai sumber pakan dan perlindungan bagi primata maupun spesies yang hidup di dalam kawasan tersebut" ujarnya.
Selain itu, dalam studi yang ia lakukan, beberapa kawasan konservasi dapat dijadikan sebagai tempat penampungan atau refugia untuk habitat primata masa depan. Refugia adalah suatu area alami yang memiliki stabilitas iklim dan kualitas tutupan vegetasi yang baik untuk menjaga kelangsungan hidup primata.
Menurutnya, konservasi primata dapat menekan terjadinya penurunan populasi primata yang masif. Namun, hal ini juga bergantung pada implementasi kebijakan dan pengelolaan kawasan konservasi yang menjadi habitat primata di Indonesia.
"Jika kita tidak segera bertindak melindungi kelangsungan kawasan konservasi, maka ancaman lingkungan akan terus mengurangi populasi primata dengan cepat," tutupnya.