c

Selamat

Rabu, 5 November 2025

KULTURA

06 September 2025

16:47 WIB

Polemik Sponsor Berujung Mundurnya Puluhan Musisi Dari Pestapora 2025

Para musisi memilih mundur dari Pestapora 2025 ketimbang harus menormalisasi kehadiran sponsor dari entitas yang selama ini dianggap merusak alam, dalam hal ini PT Freeport.

Penulis: Arief Tirtana

Editor: Andesta Herli Wijaya

<p id="isPasted">Polemik Sponsor Berujung Mundurnya Puluhan Musisi Dari Pestapora 2025</p>
<p id="isPasted">Polemik Sponsor Berujung Mundurnya Puluhan Musisi Dari Pestapora 2025</p>

Panggung festival musik Pestapora 2025 di Gambir Expo & Hall D2 JIEXPO Kemayoran, Jakarta Pusat, Jumat (5/8/2025). (ANTARA/Pamela Sakina).

JAKARTA - Keberhasilan Pestapora tetap menyelenggarakan acaranya di tengah isu keamanan yang terjadi dalam seminggu ini, dinodai oleh polemik sponsor yang menyebabkan banyak musisi memilih mundur, atau batal tampil ambil bagian di festival musik yang berlangsung 5-7 september 2025 itu.

Polemik bermula dari munculnya nama perusahaan tambang terbesar di Tanah Air, PT Freeport Indonesia sebagai sponsor Pestapora. Bahkan pihak sponsor sempat menggelar parade di hari pertama festival itu dimulai.

Kemunculan perusahaan tersebut memantik reaksi sejumlah musisi yang dijadwalkan tampil. Salah satunya adalah Sukatani, band yang kini populer di kalangan anak muda. Melalui sejumlah unggahan di media sosial, band ini melaporkan bahwa mereka bersama sejumlah band lainnya, telah mendesak agar Pestapora memutus hubungan kerja dengan PT Freeport Indonesia.

"Kami bersama musisi yang lain, sudah melakukan mitigasi dan mendorong Pestapora untuk mengusir Freeport. Akhirnya Freeport berhasil diusir dari Pestapora," tulis band Sukatani menjawab pertanyaan netizen.

Pertapora akhirnya merespon isu tersebut lewat unggahan tertulis, Jumat malam (5/9), dan juga video keterangan Festival Director mereka, Kiki Aulia Ucup, Sabtu pagi, (6/9). Dua keterangan tersebut menekankan bahwa Pestapora akhirnya mendengar permintaan para musisi tersebut, dan langsung membatalkan kerja sama sponsor dengan Freeport Indonesia.

"Kami meminta maaf atas seluruh kejadian akibat kelalaian kami. Kami berupaya secepat mungkin dan sekuat tenaga untuk mewujudkan aspirasi dan suara teman-teman semua," kata Ucup dalam video yang diunggah akun Instagram Pestapora, Sabtu, (6/9).

Ucup juga memastikan bahwa pihaknya tidak ada menerima sepeserpun aliran dana dari PT Freeport Indonesia. Mereka juga memastikan bahwa tidak akan ada presence apapun lagi dari PT Freeport Indonesia di dua hari sisa pelaksanaan Pestapora 2025 ini.

"Dan segala beban terkait implikasi dari kejadian ini terkait pemutusan kerja sama ini menjadi beban Pestapora 2025 dan menjadi tanggung jawab kami sepenuhnya," terangnya.

Meski langkah pemutusan kerjasama telah diumumkan, langkah tegas tetap diambil oleh banyak musisi lantaran sudah terlanjur kecewa dan tak lagi bersimpati. Mereka memilih untuk mundur dari gelaran Pestapora 2025.

Tak tanggung-tanggung, hingga Sabtu siang (6/9), sudah ada sekitar 38 musisi yang memutuskan untuk mundur. Mereka mulai dari Sukatani, The Jeblogs, Navicula, The Cottons, The Panturas, Skandal, Silampukau, Bilal Indrajaya hingga Feast dan Hindia.

Hindia dalam keterangan resminya yang diunggah di Instagram, mengaku patah hati dan marah. Meksi sebenarnya ia sudah sempat tampil di gelaran hari pertama Pestapora 2025. Lagu-lagunya juga sempat dibawakan oleh bernadya di hari yang sama.

"Kami baru mengetahui keterlibatan sponsor PT Freeport Indonesia di malam hari penghujung selesainya acara hari pertama, pun begitu dengan banyak penampil lainnya. Hanya hitungan jam setelah kita bisa punya harapan sedikit di tengah situasi memanas, kita kembali dibuat kecewa," kata Hindia dalam keterangan tertulis.

Baca juga: Pestapora 2025 Cermin Luwesnya Komunitas Musik Tanah Air

Upaya Menolak "Artwashing"

Penolakan musisi-musisi tersebut tak lepas dari posisi PT Freeport Indonesia yang selama ini dinilai berkontribusi dalam pengrusakan alam di Tanah Papua secara besar-besaran. Termasuk isu negatif lain yang ada di dalamnya.

Apa yang dilakukan oleh perusahaan tersebut dinilai bertentangan dengan nilai yang selama ini dijalani dan diperjuangkan sejumlah musisi tersebut. Mulai dari upaya menjaga lingkungan, alam hingga terkait isu sosial dan politik, seperti yang sering digaungkan Hindia lewat lagu-lagunya.

Di dunia seni sendiri, munculnya entitas yang selama ini dinilai kerap melakukan tindakan negatif dalam apapun, untuk menjadi sponsor sebuah gelaran seni, kerap disebut sebagai upaya artwashing. Istilah ini merujuk pada praktik terselubung penggunaan seni, seniman, galeri, atau festival seni untuk menutupi atau melegitimasi tindakan negatif oleh individu, organisasi, atau pemerintah, terutama dalam konteks gentrifikasi atau ketika perusahaan ingin memperbaiki citra mereka.

Secara sederhana, perusahaan tersebut perusahaan memperbaiki citra negatif mereka, melalui keterlibatannya di acara seni sebagai sponsor. Pendekatan ini, serupa dengan sportswashing yang dilakukan di dunia olahraga, atau greenwashing yang dilakukan secara umum melalui kampanye industri masa kini.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar