c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

KULTURA

13 Juni 2024

20:31 WIB

Perempuan Lebih Rentan Terserang Migrain

Peningkatan hormon esterogen para perempuan meningkatkan risiko migran, karenanya lebih rentan ketimbang laki-laki. Selain itu, durasi migrain juga lebih lama.

Editor: Rendi Widodo

<p>Perempuan Lebih Rentan Terserang Migrain</p>
<p>Perempuan Lebih Rentan Terserang Migrain</p>

Ilustrasi Wanita mengalami migrain .Sumber: Shutterstock/PR Image Factory

JAKARTA - Dibanding laki-laki, perempuan lebih berisiko mengalami migran, bahkan berpotensi empat kali lebih sering. Penyebabnya adalah keterkaitan dengan hormon. 

Dokter Spesialis Neurologi, dr. Restu Susanti mengatakan, gejala migrain pada perempuan biasanya terjadi dalam durasi lebih lama serta memiliki risiko kambuh lebih tinggi dan waktu pemulihan lebih lama dibandingkan pada pria.

"Perempuan mempunyai peluang untuk menderita migrain tiga sampai empat kali lebih sering dibandingkan pria," katanya, Kamis (13/6). 

Ia menjelaskan, migrain adalah nyeri kepala berulang yang terjadi di satu sisi. Gejala migrain bisa bertambah berat apabila penderitanya melakukan aktivitas fisik intens.

"Biasanya disertai dengan gejala mual, muntah, ataupun pasiennya merasa sensitif terhadap suara atau cahaya terang," kata dr. Restu, seperti dikutip dari Antara.

Lebih lanjut dirinya menjelaskan, serangan migrain pada perempuan memiliki keterkaitan dengan hormon. Peningkatan hormon estrogen pada perempuan, terutama dalam siklus menstruasi atau kehamilan, berperan dalam peningkatan kadar calcitonin gene-related peptide (CGRP), yang bisa memicu serangan migrain.

"Pada wanita akan terjadi perubahan hormonal mulai dari pubertas, menstruasi, hamil, dan menopause. Dikatakan bahwa pada wanita estrogen memegang peran penting terhadap CGRP sebagai pencetus migrain," jelas Restu.

Menurut dia, intensitas migrain pada perempuan biasanya mulai meningkat pada masa pubertas, dan memuncak pada masa reproduksi serta menurun saat perempuan memasuki masa menopause. Serangan migrain terus-menerus dapat menyebabkan penurunan produktivitas dan gangguan emosional yang berujung pada masalah dalam bersosialisasi.

"Apabila hal ini (migrain) terus berlanjut, tentu dampak yang didapatkan adalah penderita yang memiliki anak akan mempengaruhi parenting dan prestasi akademik anaknya," katanya.

Dia mengemukakan bahwa gejala migrain bisa dicegah dengan menerapkan pola hidup sehat, yang mencakup olahraga teratur, makan sehat, serta tidur cukup dan teratur.

Selain itu, ia juga menyampaikan pentingnya menerapkan manajemen stres, membatasi konsumsi kafein, menghindari minuman beralkohol, berhenti merokok, dan minum obat teratur sesuai anjuran dokter dalam upaya mengatasi migrain.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar