c

Selamat

Senin, 17 November 2025

KULTURA

22 Agustus 2025

13:31 WIB

Peneliti ITB-BRIN Temukan Spesies Baru Tumbuhan Endemik Sultra

Penelitian kolaborasi peneliti SITH ITB dan BRIN berhasil menemukan spesies baru tumbuhan endemik Sulawesi Tenggara. 

Editor: Satrio Wicaksono

<p>Peneliti ITB-BRIN Temukan Spesies Baru Tumbuhan Endemik Sultra</p>
<p>Peneliti ITB-BRIN Temukan Spesies Baru Tumbuhan Endemik Sultra</p>
Syzygium rubrocarpum I. Martian., M.R. Hariri & A.S.D. Irsyam. (ANTARA/HO SITH ITB-BRIN)



 

JAKARTA - Spesies tumbuhan baru endemik Sulawesi Tenggara yang berasal dari keluarga Myrtaceae, ditemukan. Penemuan ini memperkaya keanekaragaman tumbuhan Indonesia.

Ditemukannya spesies tumbuhan baru ini merupakan hasil penelitian kolaborasi antara kurator Herbarium Bandungense SITH ITB, Arifin Surya Dwipa Irsyam; dengan dua peneliti BRIN, yakni dari Pusat Riset Botani Terapan, Irvan Martiansyah; serta dari Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi Muhammad Rifqi Hariri.

"Melalui kolaborasi, tim berhasil mengidentifikasi spesies baru dari genus Syzygium yang berasal dari Sulawesi Tenggara. Tumbuhan yang dikenal masyarakat lokal dengan nama Ruruhi ini kini resmi dideskripsikan sebagai Syzygium rubrocarpum," kata Arifin.

Penelitian ini, bermula dari Irvan Martiansyah yang mengamati koleksi hidup di Kebun Raya Bogor, yang dikoleksi sejak 1996 oleh almarhum Subekti Purwantoro, peneliti senior LIPI dari Kolaka, Sulawesi Tenggara. Koleksi hidup tersebut, ditanam di Blok XII. B. VIII.58.

Arifin yang juga corresponding author publikasi, menjelaskan bahwa hasil analisis morfologi menunjukkan perbedaan mencolok dibanding spesies Syzygium Wallacea lainnya, terutama buahnya yang bulat dan berwarna merah mencolok.

"Menariknya, pada waktu yang bersamaan, tim peneliti menemukan buah Ruruhi diperjualbelikan oleh warga lokal Kendari yang mengunggahnya melalui media sosial di Facebook. Ternyata buah tersebut cocok dengan koleksi hidup di Kebun Raya Bogor, sehingga semakin menguatkan bukti bahwa ini adalah jenis baru," ucap Arifin.

Selama ini, Ruruhi sering disebut sebagai Syzygium polycephalum (Miq.) Merr. & & L.M.Perry dalam berbagai penelitian. Padahal, keduanya adalah spesies yang berbeda.

Kesalahan identifikasi ini, katanya, membuat banyak publikasi ilmiah merujuk pada nama yang keliru. Penelitian terbaru dari BRIN dan ITB berhasil meluruskan hal tersebut dengan bukti morfologi dan molekuler.

Ada dua ciri utama yang membedakan Syzygium rubrocarpum dengan kerabat dekatnya, pertama pola perbungaan: Ruruhi memiliki perbungaan berbatas (cyme) yang tumbuh dari batang utama (cauliflorous), sedangkan S. polycephalum memiliki perbungaan malai (panicle) yang tumbuh di ranting.

Kedua, dari warna buah: Ruruhi menghasilkan buah bulat dengan warna merah terang, berbeda dengan buah S. polycephalum yang berwarna ungu kehitaman menyerupai kulit manggis. Warna inilah yang menginspirasi penamaan "rubrocarpum" yang dalam bahasa Latin, rubro berarti merah dan carpum berarti buah. 

Penemuan Syzygium rubrocarpum menegaskan betapa kaya dan belum terungkapnya semua keanekaragaman hayati Indonesia, sekaligus menjadi pengingat bahwa bahkan tumbuhan yang sudah diperdagangkan di masyarakat bisa saja merupakan spesies baru.

Oleh karena itu, riset taksonomi perlu mendapatkan perhatian lebih demi menjaga sekaligus memanfaatkan keanekaragaman hayati secara berkelanjutan.

"Jangan takut belajar taksonomi tumbuhan, meskipun nama-nama ilmiah mungkin terdengar sulit, mengerikan, dan susah dihafal, taksonomi adalah ilmu yang krusial untuk membuka tabir keanekaragaman hayati Indonesia yang melimpah," tutur Arifin.



KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar