07 Agustus 2024
16:59 WIB
Pemberian MPASI Terlalu Dini Berpotensi Bikin Pencernaan Bayi Bermasalah
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengatakan, MPASI seharusnya diberikan saat bayi memasuki usia enam bulan. Pemberian MPASI dinilai dini, jika sudah dilakukan ketika bayi baru berusia empat bulan
Ilustrasi ibu sedang menyuapi anaknya makanan pendamping ASI (MPASI). Shutterstock/Natee K Jindakum
JAKARTA – Sampai saat ini, masih ditemukan banyak orang tua sudah memberikan makanan pendamping ASI (MPASI) pada anak bayinya yang masih berusia di bawah 6 bulan. Padahal, Dokter spesialis anak lulusan Universitas Sumatera Utara dr. S. Tumpal Andreas Sp.A menyampaikan, pemberian MPASI terlalu dini bisa menyebabkan masalah pada pencernaan bayi.
"MPASI dini menyebabkan masalah di saluran pencernaan, salah satunya adalah nanti jadi sembelit, terus bisa menjadi intususepsi atau masuknya jaringan usus di bagian bawah ke usus yang atasnya," kata Andreas seperti dikutip dari Antara, Rabu (7/8).
Anggota Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) itu mengatakan, MPASI seharusnya diberikan saat bayi memasuki usia enam bulan. Pemberian MPASI dinilai dini, jika sudah dilakukan ketika bayi baru berusia empat bulan.
Menurut Andreas, pemberian MPASI harus dilakukan berdasarkan pada respons makan anak, yang biasanya bisa terlihat saat anak memasuki usia enam bulan.
"Prinsipnya adalah mengetahui yang namanya responsive feeding, di mana anak itu merespons secara baik atau tidak baik terhadap makanan yang kita berikan. Kedua, memantau hasil dari pemberian MPASI kita, apakah adekuat dengan pertumbuhan," cetusnya.
Selain melihat respons anak terhadap makanan, ia mengatakan, orang tua harus memperhatikan aturan dasar pemberian makanan pada anak dalam memberikan MPASI. Menurut Andreas, orang tua bisa memulai pemberian MPASI dengan menyiapkan sendiri makanan untuk bayi.
Penyiapan makanan pendamping ASI, semestinya juga dilakukan dengan memperhatikan pemenuhan kebutuhan bayi akan makronutrien, seperti karbohidrat, protein, dan lemak serta mikronutrien seperti vitamin dan mineral.
"Pemberian gula dan garam itu diperbolehkan saat awal MPASI untuk mempermudah anak menerima makanannya, jadi tidak masalah, tapi enggak wajib juga diberikan. Prinsipnya anak menyukai makanan yang kita berikan," kata Andreas.
Ia pun mengemukakan, orang tua juga bisa menggunakan produk MPASI berfortifikasi dengan nilai gizi yang sudah terukur. hanya saja, makanan pendamping instan semacam itu biasanya memiliki variasi rasa terbatas, sehingga malah bisa membatasi palet rasa lidah anak.
Bumbu Tambahan
Untuk kondisi ini, Dokter dan Ahli Gizi Masyarakat Dr dr Tan Shot Yen tidak menganjurkan penambahan bumbu pada MPASI yang dikonsumsi oleh bayi yang sedang belajar makan.
"Betul banget, MPASI itu akan meningkatkan khazanah rasa dari seorang anak. Tapi, asal tahu ya, anak ini bukan dewasa mini," serunya.
Tan mengatakan, para orang tua tidak perlu khawatir anak tidak mengenal rasa makanan tertentu jika tidak ditambahkan bumbu, seperti gula atau garam, karena beberapa jenis makanan mengandung gula atau garam alami. Menurutnya, bayi yang sedang belajar mengenal berbagai rasa makanan hanya memiliki organ yang kecil, sehingga akan berbahaya jika MPASI diberikan tambahan bumbu oleh orang tua.
"Itu ginjalnya belum berfungsi sempurna. Jadi kalau anda lihat, di poster Kemenkes, itu (usia) 6-8 bulan cuma butuh 0,1 gram garamnya," ungkapnya.
Ia mengatakan, 0,1 gram garam dapur atau natrium, sebanding dengan seperdelapan sendok teh garam yang tidak memiliki rasa apapun jika orang dewasa memasukkannya ke dalam makanan yang dimakan.
"Jadi, tolong diingat ya, natrium itu tidak selalu didapat dari garam dapur. Natrium itu sumbernya, kan, banyak, dari protein ada natriumnya. Jangan salah, anda punya bayam ada natriumnya, anda punya brokoli ada natriumnya. Justru yang barangkali anda perlu beri supaya anaknya juga punya rasa makanan yang mirip orang tuanya, itu adalah rempah," tambahnya.
Menurutnya, berbagai jenis rempah, seperti ketumbar dan kemiri bisa diberikan kepada anak untuk menambah kemampuannya dalam mengenal citarasa makanan. "Jadi, coba dikreasikan dengan memberikan berbagai macam makanan yang berkreasi dan pastinya panganan lokal," tutur Tan Shot Yen.
Tumbuh Kembang
Sebelumnya, Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI Lovely Daisy mengatakan, pemberian MPASI merupakan upaya intervensi untuk membantu tumbuh kembang anak agar dapat berkembang lebih baik, serta mencegah anak dari sejumlah penyakit dan stunting.
"Ternyata, MPASI yang diberikan oleh ibu, yang diberikan oleh pemasok, itu tidak mencukupi nutrisinya. Ini yang perlu kita perbaiki, kita sosialisasikan kepada masyarakat. Selain itu, saat ini kemungkinan anak-anak kita banyak yang sakit dan nutrisinya juga tidak cukup," tambahnya.
Untuk menghadapi hal tersebut, Kemenkes melakukan sejumlah upaya guna meningkatkan cakupan ASI eksklusif dan MPASI. Di antaranya mengadakan pelatihan konseling menyusui dan penyegaran konselor ASI, pembentukan Kelompok Kerja (Pokja) Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA), telekonseling menyusui, penyiapan indikator data rutin ASI dan MPASI, serta dukungan PMBA melalui Gizi Bencana.
Dokter spesialis anak dari RS UNS Surakarta dr Maria Galuh Kamenyangan Sari pun merekomendasikan makanan pendamping air susu ibu (MPASI) lengkap di awal pemberian.
"Banyak pro dan kontra mengenai MPASI. Biasanya orang zaman dahulu memberikan buah, misalnya pisang pada awal MPASI. Hal tersebut justru tidak relevan pada zaman sekarang. MPASI yang sehat adalah yang lengkap terdiri atas karbohidrat, lemak, protein, serta mikronutrian atau zat gizi penting yang lain," ucapnya.
Ia mengatakan, lengkap artinya mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan bayi, baik makronutrien maupun mikronutrien. Makronutrien terdiri atas karbohidrat, lemak, protein, sedangkan mikronutrien di antaranya zat besi, kalsium, magnesium, dan fosfor.
"Tetapi, ketika diberikan makan berupa pisang saja di mana termasuk golongan yang banyak serat, pasti mengenyangkan, tetapi bagi bayi yang diberikan serat menjadi kenyang. Artinya komposisi yang lain tidak masuk ke bayi," serunya.
Dengan demikian, lanjutnya, kebutuhan nutrisinya tidak terpenuhi. Apalagi, enam bulan ke atas ataupun kurang satu tahun kebutuhan lemak dan protein sangat penting, untuk menunjang pertumbuhan. "Untuk menjaga itu semua, sejak dini harus memperkenalkan makan harus menu lengkap," ucap Maria.
Dari sisi pemenuhan karbohidrat, dikatakannya, anak lebih baik diberikan beras putih daripada beras merah, beras coklat, maupun beras hitam. In karena nasi putih sebagai karborhidrat diolah menghilangkan zat-zat antinutrient yang akan menghambat penyerapan zat-zat penting.
"Sedangkan beras merah, beras coklat, beras hitam itu tidak melalui proses itu, justru menghambat zat-zat antinutrient yang bagus untuk diet. Tetapi, untuk anak-anak justru bagus beras putih, kemudian ditambahkan daging cacah, ikan cacah, telur. Buah boleh diberikan, tetapi bukan menu utama, hanya menu selingan," imbuhnya.