c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

KULTURA

31 Mei 2025

17:58 WIB

Parfum Lokal; Aroma Yang Membawa Cerita

Aroma membawa ingatan. Misalnya, wangi pandan, mengingatkan sebagian orang saat menyambut ibu pulang dari pasar membawa kue-kue pandan di masa kecil.

Penulis: Annisa Nur Jannah

Editor: Rikando Somba

<p>Parfum Lokal; Aroma Yang Membawa Cerita</p>
<p>Parfum Lokal; Aroma Yang Membawa Cerita</p>

Pekerja meracik dan mengemas parfum "minyeuk pret" dengan aroma kopi di salah satu Usaha Mikro, Keci l dan Menengah (UMKM) di Banda Aceh, Aceh, Kamis (9/9/2021). ANTARA FOTO / Irwansyah Putra.

JAKARTA - Perjalanan wewangian sejatinya melalui proses yang panjang. Sejak sekitar 4.000 tahun lalu, bangsa Mesopotamia menjadi pelopor pengguna wewangian yang kini kita kenal sebagai parfum. Namun, bentuknya saat itu bukanlah cairan dalam botol mewah, melainkan dupa. Ya, asap harum yang digunakan dalam ritual keagamaan.

Seiring waktu, praktik ini menyebar ke berbagai belahan dunia. Mulai dari Mesir, India, Tiongkok, hingga Eropa. Dalam perkembangannya, parfum menjelma menjadi barang mewah, identik dengan status sosial dan eksklusivitas.

Namun, zaman berubah. Industri parfum yang dulu eksklusif dan mahal kini lebih inklusif. Bentuknya pun semakin beragam; ada eau de parfum, eau de toilette, body mist, hingga solid perfume.

Barang yang dulunya hanya ada di balik kaca butik mewah kini bisa ditemukan dalam botol sederhana di rumah banyak orang. Dan yang lebih menggembirakan, Indonesia pun tidak ketinggalan dalam babak baru dunia wewangian ini.

Dalam beberapa tahun terakhir, parfum lokal Indonesia menunjukkan perkembangan pesat baik dari segi kualitas, konsep, maupun daya saing. Bahkan, bahan-bahan alami lokal pun seperti aroma rempah dan bunga berhasil diramu menjadi wewangian dengan karakter kuat dan cerita yang membumi.

Kebangkitan Parfum Lokal

Tahun lalu, perusahaan beauty tech ternama, Social Bella, merilis riset berjudul Beauty Consumer Behavior and Trend Report yang dibuat oleh Insight Factory by SOCO. Salah satu topik menarik dalam riset ini adalah parfum.

Penelitian tersebut menunjukkan bahwa parfum menjadi produk kecantikan paling diminati sepanjang 2023, khususnya oleh generasi Z dan milenial. Ini merupakan dua kelompok usia yang kini mendominasi pasar industri kecantikan.

Hal ini terlihat dari lonjakan penjualan parfum yang mencapai 304% di kalangan generasi Z dan 160% di kalangan milenial. Selain itu, pencarian kata kunci “parfum” di aplikasi kecantikan Sociolla juga meningkat signifikan, yakni sebesar 102% pada 2023 dibandingkan tahun sebelumnya.

Data ini diambil dari lebih dari 6 juta anggota melalui analisis big data di Beauty Super App SOCO, yang diperkaya dengan survei konsumen, analisis tren kecantikan, dan publikasi eksternal. Pun, Sociolla yang juga menjual berbagai produk skincare dan kecantikan lokal, termasuk parfum, mencatat adanya lonjakan minat Gen Z terhadap parfum lokal.

Kepopuleran parfum lokal itu tak lepas dari peran para influencer yang kerap mengangkatnya di media sosial. Lewat ulasan jujur, video pemakaian, hingga cerita personal, mereka ikut membentuk selera dan membuka mata banyak orang bahwa parfum buatan anak bangsa layak dicoba dan bahkan dibanggakan.

Salah satu yang aktif membagikan testimonial parfum lokal di TikTok adalah Abigail Raissa. Lewat kontennya, ia bisa dikatakan menjadi saksi tumbuh dan berkembangnya dunia parfum lokal. 

Kecintaannya pada wewangian bermula sejak kecil, saat ia melihat sang ibu yang selalu tampil harum ke mana pun pergi. Dari kebiasaan itulah Abigail tumbuh dengan kepekaan terhadap aroma.

Kini, ia telah mengoleksi lebih dari 500 botol parfum dan yang menarik, sebagian besar adalah parfum buatan lokal. Salah satu parfum lokal favoritnya adalah Irai Leima dari Saff&Co., yang menurut Abigail merepresentasikan wangi yang bersih, ringan, dan cocok untuk pemakaian harian.

"Aku anaknya suka banget aroma yang clean dan airy. Irai Leima itu sudah jadi signature aku, dan selalu dapet pujian setiap pakai itu," ungkap wanita yang dikenal dengan akun TikTok @abglraissa kepada Validnews, Selasa (27/5).

Abigail juga menyebut bahwa koleksi parfum baginya bukan sekadar hobi, tapi juga bentuk ekspresi diri, bahkan warisan memori. Salah satu aroma yang sangat personal baginya adalah Pandan Sticky Rice dari Mykonos, yang membawanya kembali ke masa kecil bersama almarhumah sang ibu. Dari wewangian pandan  ingatannya pun melayang pada pasar tradisional dan kue pandan yang selalu jadi camilan akhir pekan.

Berbeda dari Abigail yang mengoleksi sejak lama, Royan Marlene Damikha T memulai koleksinya baru beberapa tahun lalu saat pandemi. Tapi dalam waktu singkat, ia jatuh hati dan mulai menyusun koleksi yang bukan sekadar wangi enak, tapi punya cerita dan kedalaman emosi.

“Aku nggak pernah ngitung berapa jumlahnya. Tapi aku tahu, tiap parfum yang aku simpan pasti punya cerita. Ada yang mengingatkan aku pada pekerjaan pertama, ada yang membawa kembali memori bersama keluarga," ujar Royan kepada Validnews, Rabu (28/5).

Pria 30 tahun itu menyukai parfum yang berani dengan karakter bold, warm, dan spicy

Tapi ia juga tidak menutup diri pada aroma lembut seperti white floral atau aroma greeny dan creamy yang membangkitkan nuansa tropis dan tradisi Indonesia.

Salah satu parfum lokal favoritnya adalah Out West dari Alchemist, yang sudah menjadi ciri khasnya. Selain soal aroma, Royan juga sangat memperhatikan konsep di balik parfum.

"Kalau parfumnya punya narasi yang kuat misalnya terinspirasi dari adat, alam, atau budaya Indonesia itu langsung punya nilai lebih di mataku," ucapnya.

Pengalaman paling mengesankan bagi Royan adalah saat mencium sebuah parfum lokal yang langsung mengingatkannya pada upacara adat keluarga. Perpaduan pandan, bunga rampai, dan santan membuat Royan merasa seperti kembali ke kampung halaman.

Bagian dari Identitas Pribadi

Di balik setiap botol parfum, tersimpan cerita. Ada karakter, suasana hati, hingga harapan untuk dikenang. Itulah mengapa banyak orang mulai melihat parfum sebagai bagian dari jati diri. Itulah yang dirasakan M. Fiki, pendiri brand parfum Goodsniff.

Baginya, aroma bukan sekadar wangi semata, melainkan sesuatu yang memiliki kekuatan luar biasa, mampu membangkitkan suasana hati, membentuk kesan pertama, hingga menyimpan kenangan dalam ingatan.

Ketertarikan itu tumbuh saat ia rutin mengunjungi bazar dan pameran wewangian di Jakarta. Di sana, ia mencium beragam aroma unik dan bertemu banyak orang dengan kecintaan yang sama mulai dari kolektor hingga peracik parfum profesional.

Dari situ, ia mulai serius menekuni dunia parfum. Ia pun mengikuti kelas meracik parfum secara mandiri, belajar mengenali top notes, middle notes, hingga base notes. Dari lavender, mawar, hingga black pepper

Fiki mulai memahami bagaimana setiap aroma bisa membentuk karakter parfum yang kompleks dan personal. Namun, kecintaan terhadap aroma saja tidak cukup. 

Pria 29 tahun itu menyadari bahwa jika ingin menciptakan parfum yang benar-benar diterima, ia perlu memahami selera pasar. Maka itu, bersama tim, ia melakukan riset kecil-kecilan dengan menyebarkan kuesioner melalui media sosial, mewawancarai teman-teman, bahkan berbincang dengan orang asing di tempat umum.

Hasilnya menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat Indonesia menyukai kombinasi aroma yang segar, manis, dan sedikit pedas. Inilah yang kemudian menjadi dasar wangi dari Goodsniff, brand parfum lokal yang ia bangun dengan sepenuh hati sejak 2023.

"Buat saya, parfum menyimpan cerita, menggambarkan karakter, dan membawa kenangan,” ujar Fiki.

Dengan filosofi itu, ia kemudian mengembangkan merek parfum sendiri dengan kemasan yang kekinian. Fiki pun menggandeng pabrik maklon yang kredibel dengan mengutamakan kualitas, keamanan, dan sertifikasi agar setiap botol parfum juga punya nilai lebih.

Satu cerita lagi datang dari  perjalanan Try Wijayanti yang justru meracik parfum dari keresahan. Di balik kecintaannya pada aroma yang elegan dan khas, ia merasa bahwa parfum berkualitas tinggi, khususnya dari brand Eropa, kerap kali datang dengan harga yang sangat mahal.

Sebagai seorang entrepreneur, Try merasa perlu untuk selalu tampil rapi dan wangi dalam setiap kesempatan. Wanita yang akrab disapa Tewe ini pun menyimpan satu keinginan sederhana namun penting. Dia ingin menikmati keindahan aroma yang elegan, tanpa harus menguras kantong.

“Parfum dengan kualitas dan karakter khas brand Eropa itu luar biasa, tapi harganya juga luar biasa mahal. Dari situ aku mulai berpikir, kenapa nggak coba bikin sendiri?" ungkap Tewe kepada Validnews pada Jumat (30/5).

Tewe sendiri memulai bisnis parfum dari nol. Dia mengumpulkan pengetahuan terkait parfum lewat berbagai cara. Mulai dari membaca berbagai literatur tentang wewangian, mempelajari struktur aroma, mengikuti tren parfum global, dan tentu saja, mencoba banyak jenis parfum dari berbagai merek.

Tak hanya itu, Tewe juga mendalami proses kreatif para peracik parfum profesional lewat kelas-kelas meracik parfum. Dari situlah, perlahan tapi pasti, ia mulai menciptakan formulanya sendiri.

Salah satu bahan favoritnya adalah bunga mawar. Baginya, mawar punya aroma yang lembut, feminin, tapi juga segar dan elegan. Bukan cuma romantis, tapi juga hangat dan bersih.

"Aromanya bisa memberikan sentuhan manis yang nggak berlebihan di hidung, sehingga cocok banget buat daily use, apalagi kalau aktivitas padat tapi tetap pengin kelihatan rapi dan wangi,” tuturnya.

Setelah melalui berbagai eksperimen dan revisi, Tewe akhirnya melahirkan Tamora, sebuah brand parfum lokal yang ia konsep sebagai Luxury scent with local heart. Tujuannya jelas, ia ingin menghadirkan parfum lokal dengan kualitas tak kalah mewah dari brand luar, namun tetap ramah di kantong masyarakat Indonesia.

"Buatku, parfum adalah cerminan diri. Lewat wangi, aku ingin mengajak orang untuk merasa lebih percaya diri, lebih bahagia, dan lebih dekat dengan dirinya sendiri," ungkap Tewe.

Niche dan Keberanian Mengekspresikan Diri

Melihat fakta bahwa parfum kini menjadi produk yang paling dicari, Tewe menyatakan bahwa kesadaran konsumen terhadap produk dalam negeri semakin meningkat. Hal ini terlihat jelas dari banyaknya orang yang kini dengan bangga memilih dan memakai parfum buatan anak bangsa.

Yang menarik, tren parfum bergaya niche mulai mendapat tempat tersendiri di hati konsumen. Parfum niche memiliki karakteristik unik dan dibuat khusus untuk segmen kecil yang mencari sesuatu berbeda dan personal.

"Parfum ini biasanya menggunakan bahan-bahan langka atau kombinasi aroma yang tidak umum,  sehingga menghasilkan kesan eksklusif dan khas yang sulit ditemukan di parfum komersial biasa," jelas Tewe.

Wangi-wangi yang unik dan punya karakter kuat makin diminati, sehingga mendorong main banyaknya merek lokal muncul dengan menawarkan karakter berbeda-beda. Namun, tantangan utama justru bukan hanya soal aroma, melainkan juga bagaimana mengemasnya agar terasa eksklusif dan memiliki cerita yang kuat. Karena pada akhirnya, parfum itu menjadi sebuah pengalaman dan identitas yang dibawa.

Hal senada juga diungkapkan Fiki. Ia juga melihat perubahan signifikan dalam selera konsumen lokal.

"Menurut saya, konsumen saat ini sudah mulai terbuka, bahkan semakin tertarik dengan wangi-wangian yang berbeda dari biasanya," katanya.

Fiki menuturkan bahwa konsumen tidak lagi mencari aroma yang aman atau umum, melainkan lebih unik dan dapat mencerminkan identitas pribadi sekaligus memberikan kesan mendalam. Parfum dengan karakteristik niche seperti berbasis rempah, bunga langka, atau komposisi aroma yang tidak biasa kini makin mendapat tempat.

"Ini pertanda positif karena menunjukkan selera konsumen Indonesia semakin beragam dan berkembang ke arah eksplorasi yang lebih berani,"  tegas pria 29 tahun itu.

Salah satu tren yang kini semakin populer adalah aroma bernuansa spicy. Fiki mencontohkan parfum racikannya, Suavico, yang menggunakan top notes black pepper.

Dari cerita Tewe dan Fiki, jelas bahwa tren parfum lokal kini bergerak ke arah yang lebih berani dan personal. Bahkan, tren ini menunjukkan bahwa dunia parfum Indonesia semakin kaya dengan warna dan karakter yang beragam, menciptakan pengalaman aroma yang penuh makna.

Menyimpan Cerita Indonesia

Kedua peracik parfum di atas, Fiki dan Tewe memiliki pandangan sama, bahwa pasar parfum di Indonesia kini sedang berkembang pesat dan menunjukkan potensi yang luar biasa. Dari tahun ke tahun, makin banyak konsumen yang mulai membuka diri dan menghargai produk-produk lokal dengan kualitas yang semakin mumpuni.

Ini jadi tanda bahwa dunia wewangian Indonesia mulai “naik kelas” dan mampu bersaing dengan pasar global.

Sebenarnya, Indonesia punya banyak sekali wewangian khas yang unik dan penuh warna. Mulai dari aroma rempah yang hangat, bunga-bunga tropis yang harum semerbak, hingga tanaman-tanaman yang hanya tumbuh di tanah nusantara.

Salah satu favorit Tewe yang juga ada pada parfum miliknya adalah aroma mawar potong lokal. Baginya, wangi mawar itu terasa lembut serta punya karakter kuat dan memikat hati.

“Wangi rose bisa menghadirkan kesan elegan, segar, bahkan kadang sedikit misterius," ujarnya.

Tewe menjelaskan bahwa mawar potong lokal yang tumbuh di daerah pegunungan Indonesia menawarkan aroma yang lebih ringan dan segar, cocok untuk iklim tropis dan kehidupan sehari-hari. Karakter aromanya yang tidak terlalu berat justru membuatnya fleksibel, sehingga bisa tampil kalem atau mencolok tergantung bagaimana dipadukan.

Bagi Tewe, itulah yang membuat aroma mawar terutama dari bunga lokal begitu istimewa dan layak diangkat dalam karya parfum lokal yang modern.

Sementara itu, Fiki juga menceritakan tentang salah satu kreasi parfumnya yang diberi nama Ocean Melody. Parfum ini diciptakan khusus untuk perempuan dengan sentuhan aroma melati putih, bunga yang sangat akrab dan banyak ditemukan di Pulau Jawa.

Melati memang sudah lama menjadi simbol keanggunan dan sering dipakai dalam upacara adat Jawa, terutama oleh pengantin wanita, karena wanginya yang khas dan menawan.

Dalam komposisi Ocean Melody, melati ditempatkan di middle notes sehingga aroma lembut, creamy. Kadang ada sedikit nuansa animalic yang akan muncul setelah semprotan pertama menguap, lalu bertahan cukup lama di kulit.

Baca juga: Tips Memilih Parfum Lokal Agar Tidak Salah Beli

Dari pilihan bahan hingga komposisi yang disusun dengan cermat, keduanya menunjukkan bahwa parfum lokal kini mampu berbicara banyak di tengah persaingan industri wewangian. Bahkan. Proses kreatif yang mereka jalani mulai dari riset bahan, eksplorasi aroma, hingga pemilihan nama dan kemasan menjadi bukti bahwa parfum buatan anak bangsa punya nilai lebih.

“Semoga ke depan, industri parfum Indonesia terus berkembang pesat dan mampu membawa aroma khas nusantara semakin dikenal, dicintai, serta diapresiasi oleh banyak negara di dunia,” tutup Fiki dan Tewe sepemikiran.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar