c

Selamat

Senin, 17 November 2025

KULTURA

02 Oktober 2023

15:50 WIB

Pakar Tata Kota: BKT Bisa Dikembangkan Menjadi Wisata Air Ruang Publik

Jika dirancang seperti di Singapura atau di Kuala Lumpur, BKT bisa menjadi destinasi wisata malam. Syaratnya, sungainya harus bersih, penataan pencahaayan harus rapi dan bebas preman

Pakar Tata Kota: BKT Bisa Dikembangkan Menjadi Wisata Air Ruang Publik
Pakar Tata Kota: BKT Bisa Dikembangkan Menjadi Wisata Air Ruang Publik
Pemandangan bantaran Banjir Kanal Timur di Jakarta. dok.Shutterstock/AMA Studio

JAKARTA - Pakar tata kota dari Universitas Trisakti Nirwono Joga berpendapat kawasan Kanal Banjir Timur (KBT) atau yang lebih akrab disebut BKT, bisa dikembangkan menjadi wisata air ruang publik. Potensi ekonomi yang besar bisa diraih di BKT, apabila dikelola dengan baik.
 
"Jika dikerjakan dengan serius, sebenarnya peluang besar menata ulang sepanjang KBT. Jika dikelola dengan baik tidak hanya pinggirannya saja, tetapi aliran sungainya ikut dibersihkan, bisa mengembangkan jadi semacam tempat wisata air ruang publik baru di situ,” kata Nirwono Joga seperti dilansir Antara, Senin (2/10).

Nirwono Joga mengatakan, pembenahan di kawasan BKT bisa berpeluang bersaing dengan destinasi wisata malam di negara-negara maju lainnya.
 
 "Kalau dirancang seperti di Singapura atau di Kuala Lumpur, bisa menjadi tempat destinasi wisata malam karena banyak perumahan dan rumah susun juga, kalau ditata dengan baik dan dengan kelas premium," tuturnya.
 
Kendati demikian, menurut dia, penataan BKT harus dimulai dengan membersihkan aliran sungai. Kemudian melakukan pengawasan untuk menekan potensi tindakan kriminal di lokasi itu.
 
"Tapi dengan syarat, sungainya harus bersih, penataannya harus rapi, harus bebas preman. Kemudian tata lampu pencahayaannya harus bagus supaya kalau malam tidak ada tindakan kriminal, bahkan kalau perlu disediakan pos jaga, ada petugas yang patroli, bisa hidup 24 jam,” katanya.
 
BKT yang terbentang sepanjang 23,5 km melintasi 13 kelurahan yakni 2 kelurahan di Jakarta Utara dan 11 di Jakarta Timur. BKT digunakan untuk mengurangi luapan air dari Kali Ciliwung, Kali Cililitan, Kali Cipinang, Kali Sunter, Kali Buaran, Kali Jati Kramat, dan Kali Cakung.
 
Adapun wilayah yang menjadi ruang publik bagi warga adalah di sekitar Kelurahan Pondok Kelapa hingga Cipinang Besar Selatan sejauh 5,1 km. Sepanjang jalur itu, KBT diramaikan dengan deretan kios pedagang kali lima yang mulai menjajakan dagangannya pada sore hingga malam hari.


Pemandangan bantaran Banjir Kanal Timur di Jakarta. Shutterstock/rindfoto 

Umumnya, kawasan wisata malam KBT buka setiap sore pukul 16:30 WIB hingga pukul 22:00 WIB. Meski begitu, tidak sedikit pedagang yang masih membuka kiosnya hingga tengah malam, terutama saat malam hari libur.

"Dari 2014, (berjualan) di sini. Paling libur kalau pas pulang, sama pas covid-19 kemarin,” kata Agung Penjual Satai Taichan di pinggiran saluran air BKT.

Neng, ibu dua anak yang menjadi penjual minuman ringan juga mengatakan hal senada. "Kadang jam sepuluh beres, pernah juga sampai jam setengah satu (dini hari). Tergantung yang nongkrong, sih, biasanya kalo yang ramean suka pada betah," ucapnya.

Bebas Kendaraan
Selain di aliran air, Nirwono pun berpendapat, jalan di bantaran BKT berpotensi menjadi wilayah percontohan zona bebas emisi karbon. Terutama jika menerapkan aturan bebas kendaraan bermotor yang diawasi pemerintah, khususnya pada akhir pekan.
 
"Kalau BKT ingin dikembangkan jadi destinasi wisata, arus lalu lintasnya harus benar-benar diatur. Misalnya pada hari Sabtu dan Minggu daerah itu bisa dijadikan bebas kendaraan motor atau kendaraan pribadi, supaya orang pada hari Sabtu-Minggu tumplek-blek di situ. Itu akan lebih menggerakkan perekonomian warga sekitar dan kebutuhan ruang publik bagi warga Jakarta Timur dan sekitarnya" bebernya.

Dengan menerapkan zona bebas emisi karbon di wilayah yang dekat dengan alam, yakni aliran air BKT yang terhubung dengan sejumlah kali di Jakarta, maka masyarakat dapat lebih memahami pentingnya menjaga kelestarian lingkungan sambil menikmati ruang terbuka hijau.

"Jadi masyarakat dapat semua. Misalnya TransJakarta listrik khusus di daerah BKT. Kemudian mengembangkan trotoar dan jalur sepeda yang ditata ulang dan juga bangunan sekitar juga ikut ditata ulang," imbuhnya.  
 
Ia menjelaskan dengan sudah tersedianya terminal terpadu dan stasiun kereta api yang tidak jauh dari lokasi BKT, yakni sejumlah stasiun dan Terminal Pulo Gebang, maka diharapkan dapat lebih mengundang warga dari luar Jakarta Timur untuk datang dengan menumpang transportasi publik.
 
"Transportasi menjadi tulang punggung pengembangan di kawasan situ. Jadi, warga sekitar Jakarta Timur seperti di Bekasi contohnya, juga bisa datang menggunakan transportasi publik," kata Joga.
 
 


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar