13 Oktober 2025
10:20 WIB
Padpals, Kantong Ramah Lingkungan Untuk Atasi Masalah Limbah Pembalut
Bioplastik PadPals diperkaya mikroba jamur aspergillus niger dan bakteri bacillus subtilis yang dapat mendegradasi pembalut, sehingga mempercepat proses penguraian limbah pembalut.
Penulis: Arief Tirtana
Editor: Andesta Herli Wijaya
Padpals, kantong plastik ramah lingkungan karya mahasiswa Universitas Padjajaran. Dok: Unpad.
JAKARTA - Pembalut bekas pakai menjadi salah satu limbah yang keberadaanya cukup menjadi masalah bagi lingkungan. Namun dibanding jenis limbah lainnya, sampah pembalut bekas pakai ini masih relatif belum menjadi perhatian.
Pembalut bekas pakai itu mengandung darah yang bisa mencemari lingkungan. Selain itu, bahannya terbuat dari bahan polimer yang sulit terdegradasi, seperti PE (Polyethylene), PP (Polypropylene), SAP (Super Absorbent Polymer), dan juga selulosa pulp yang bisa tahan terhadap degradasi alami.
Berangkat dari kondisi tersebut, empat mahasiswi Universitas Padjadjaran, Kayyisah Amani (Biologi), Tasnim Mumtaza (Teknologi Pangan), Felisya Ataya Islami (Biologi) dan Karina Deswita Triandini (Kimia), berinisiatif membuat sebuah inovasi produk yang dinamakan Padpals.
PadPals merupakan sebuah inovasi kantong bioplastik terbuat dari singkong, yang bisa digunakan untuk membungkus limbah pembalut bekas pakai, atau sebagai pengganti kantong plastik, sebelum dibuang.
Dibanding kantong plastik biasa, desain Padpals lebih tahan bocor, sehingga limbah darah atau air yang ada pembalut tidak terececer kemana-mana saat dibuang. Selain itu, dalam kantong PadPals juga berisi bubuk konsorsium mikroba (jamur dan bakteri) yang mampu mendegradasi komponen-komponen penyusun pembalut (PE, PP, SAP, selulosa), sehingga bisa mempercepat penguraian pembalut yang dibuang.
"Sampah pembalut sering kali diabaikan karena dianggap masalah personal wanita. Kami berharap dengan produk kami, kami bisa mengurangi jumlah limbah pembalut dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan sampah yang bertanggung jawab," ungkap Kayyisah sebagai ketua tim pembuatan PadPals dilansir dari laman resmi Unpad, Senin (13/10).
Pada bubuk konsorsium mikroba yang ada di dalamnya, PadPals menggunakan dua jenis mikroba, yakni jamur aspergillus niger yang biasa ditemukan di tempe, dan juga bakteri bacillus subtilis. Bubuk mikroba ini dibuat di laboratorium menggunakan alat spray dryer yang mengubah mikroba cair menjadi bubuk.
Berdasarkan studi literatur, kedua mikroba ini terbukti dapat mendegradasi pembalut hingga setengahnya dalam tiga bulan, dan terurai sepenuhnya dalam enam sampai tujuh bulan. Dalam penelitian oleh Gayathri & Gayathri, (2018), aspergillus niger berhasil menurunkan berat pembalut dari 1,00 gram menjadi 0,35 gram dalam tiga bulan, menunjukkan tingkat degradasi sekitar 65%.
Sementara bacillus subtilis mampu menghasilkan penurunan berat menjadi 0,59 gram, atau sekitar 41% degradasi dalam periode yang sama. Data ini menunjukkan bahwa mikroorganisme tersebut memiliki potensi besar dalam mempercepat proses penguraian pembalut sintetis.
Baca juga: Gigi Palsu Dari Limbah Plastik Karya Mahasiswa USU, Mau Coba?
Kayyisah dan kawan-kawan juga telah melakukan uji coba produk selama sekitar satu bulan, dan hasilnya menunjukkan bahwa mikroba tersebut efektif untuk mengurai pembalut, bahkan lebih cepat dari studi literatur yang tertera.
Sebagai produk inovasi yang dikembangkan untuk mengikuti lomba Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKM-K), PadPals kini sudah dijual luas baik secara offline maupun online. Dibanderol dengan harga mulai dari Rp10.000 dalam satu paket berisi 16 kantong, penjualan PadPals kini sudah sampai ke hampir semua pulau besar yang ada di Indonesia.
Pengembangan produk PadPals juga tidak hanya berhenti sampai penjualannya saja. Tetapi Kayyisah dan kawan-kawan juga aktif melakukan edukasi publik melalui media sosial. Konten mereka di Instagram hingga TikTok terpantau menjaring audiens yang luas, menunjukan bahwa isu limbah pembalut mulai mendapatkan perhatian masyarakat.
"Dengan membeli produk kami, kalian tidak hanya mendukung usaha kami, tetapi juga ikut berkontribusi dalam menjaga lingkungan. Kami berharap orang-orang di luar sana bisa lebih peduli terhadap sampah yang mereka hasilkan, sekecil apapun itu," pesan Kayyisah.