Menurut United Nation The World Tourism Organization atau UN-WTO, rata-rata jumlah perjalanan wisatawan nasional per penduduk di Indonesia hanya 2,6 kali per tahun. Jumlah perjalanan tersebut lebih rendah dibandingkan wisatawan dari negara-negara lain di Asia.
Data yang dirilis pada 2019 tersebut menunjukkan bahwa wisatawan Malaysia memiliki rata-rata perjalanan 10,3 kali; Korea Selatan 6,6 kali; Cina 5,7 kali; Jepang 4,7 kali dan Thailand 3,6 kali.
Sementara, warga Australia tercatat memiliki rata-rata perjalanan 14,3 kali per tahun. Saat ini, posisi Indonesia tercatat masih lebih unggul dibanding Vietnam yang hanya sebanyak 1,7 kali, India 1,1 kali dan Filipina 1,0 kali.
Oleh sebab itu, peningkatan perjalanan yang bisa dilakukan oleh masyarakat ke destinasi wisata di Indonesia setidaknya dapat mengurangi perjalanan berwisata ke luar negeri. Pasalnya, destinasi wisata yang terdapat di Indonesia cukup memiliki potensi yang baik dan bisa terus meningkat.
Badan Pusat Statistik atau BPS mencatat, ada 603,2 juta perjalanan wisatawan nusantara sepanjang 2021. Jumlah ini naik dari tahun sebelumnya (2020) yang hanya sebanyak 524,57 juta perjalanan atau naik sekitar 14,95℅.
Jika dilihat berdasarkan tujuan perjalanan, Jawa Timur merupakan provinsi yang paling banyak dikunjungi wisatawan lokal. Jumlahnya sebanyak 155,49 juta perjalanan atau setara 25,79% dari total perjalanan wisatawan nasional.
Provinsi yang paling banyak dikunjungi berikutnya adalah Jawa Tengah sebanyak 146,02 juta perjalanan. Persentasenya mencapai 24,22% dari total perjalanan wisatawan nusantara tahun lalu.
Kemudian, terdapat sebanyak 95,19 juta ke Jawa Barat. Diikuti perjalanan wisatawan lokal Banten dan DKI Jakarta yakni masing-masing sebanyak 37,36 juta perjalanan dan 36,73 juta perjalanan.
Jika menelisik lebih dalam, gaya hidup orang-orang Indonesia bida jadi merupakan penyebab utama rendahnya budaya piknik. Mulai dari sibuknya pekerjaan, tidak alokasi dana liburan, hingga rendahnya motivasi berwisata.