19 Agustus 2025
13:52 WIB
Olimpiade Robot AI Di China Tunjukkan Jarak Teknologi Dengan Manusia
Bak atlet manusia, robot-robot humanoid bertanding di berbagai cabang olahraga, layaknya di Olimpiade. Tapi, jauh dari kata luwes dan lincah sebagaimana atlet sebenarnya.
Penulis: Arief Tirtana
Editor: Andesta Herli Wijaya
Robot humanoid bermain sepak bola selama upacara pembukaan The 2025 World Humanoid Robot Games di Be ijing, ibukota China. ANTARA/Xinhua/Zhang Chenlin.
JAKARTA - Perkembangan teknologi kecerdasan buatan alias AI belakangan ini membuat orang-orang di dunia percaya masa depan akan berubah dan penuh kejutan. Di sisi lain, ada kalangan yang khawatir bahwa peran manusia akan segera tergantikan oleh robot AI.
Namun sebuah ajang bertajuk World Humanoid Robot Games yang untuk pertama kalinya digelar di Beijing, China akhir pekan lalu (17/8), justru menunjukkan pesimisme kalau revolusi industri itu akan terjadi dalam waktu dekat. Ajang ini menunjukkan secara jelas betapa jauh sesungguhnya jarak antara teknologi dengan manusia, bahwa kompleksitas manusia masih terlalu jauh untuk dijangkau oleh kecerdasan buatan.
Pandangan begitu muncul dari masih banyaknya kesalahan-kesalahan dasar yang ditunjukan robot-robot yang tampil. Bak atlet manusia, robot-robot humanoid bertanding di berbagai cabang olahraga, layaknya di Olimpiade. Tapi, jauh dari kata luwes dan lincah sebagaimana atlet sebenarnya.
Contohnya dalam pertandingan kickboxing, robot humanoid yang mengenakan sarung tangan dan penutup kepala selayaknya petinju manusia, banyak yang kesulitan bahkan untuk sekadar mendaratkan pukulan ke lawannya.
Begitupun juga pada pertandingan sepakbola, robot humanoid seukuran anak kecil banyak yang saling tersandung sehingga akhirnya menciptakan tabrakan beruntun di atas lapangan, alih-alih pertandingan yang menarik untuk ditonton.
Dalam kasus yang lebih parah, satu robot buatan perusahaan asal China, Unitree Robotics bahkan menabrak seorang staf manusia saat perlombaan lari, sehingga membuat staf tersebut terbanting, di saat robot tetap melaju dan berdiri tegak.
Di cabang olahraga lari, salah satu robot juga ada yang tiba-tiba saja terjatuh sendiri saat sedang melaju kencang, hingga mengalami kerusakan.
Potret pertandingan robot-robot tersebut menarik untuk diperhatikan, sekaligus juga menegaskan tentang beda mereka dengan manusia. Meski robot AI atau AI itu sendiri digadang-gadang bisa menggantikan berbagai sektor pekerjaan krusial, namun ajang olimpiade ini menunjukkan bahwa model tercanggih AI masih belum mampu mendekati level dasar kemampuan manusia, termasuk spontanitas, semangat dan insting yang dibutuhkan dalam olahraga.
Meski begitu, ajang World Humanoid Robot Games salah satu peserta asal Jerman menilai bahwa World Humanoid Robot Games merupakan ajang yang positif. Olimpiade robot ini mampu memberikan kesempatan bagi para insinyur di perusahaan-perusahaan teknologi yang terlibat, untuk menguji teknologi terbaru yang mereka kembangkan.
"Anda dapat menguji banyak pendekatan baru dan menarik dalam kontes ini. Jika kami mencoba sesuatu dan tidak berhasil, kami kalah. Itu menyedihkan, tetapi lebih baik daripada menginvestasikan banyak uang untuk produk yang gagal," kata Max Polter, anggota tim sepak bola HTWK Robots dari Jerman, kepada Reuters, dikutip dari livescience.
World Humanoid Robot Games 2025 melibatkan 280 tim dari 16 negara, seperti Jepang, Brasil, Jerman, hingga Amerika Serikat. Total ada 26 cabang olahraga yang dipertandingkan, mulai dari berbagai jenis olahraga atletik, senam, kickboxing, hingga sepak bola.
Tim-tim peserta yang berasal dari perusahaan teknologi atau Universitas itu hanya hadir dengan membawa teknologi perangkat lunak (software) buatan mereka saja, yang umumnya telah dikembangkan dengan AI. Sementara untuk hardware atau robot humanoid yang digunakan, berasal dari perusahaan atau pemerintah China.
Baca juga: NASA Dan Google Kembangkan Asistem Medis Luar Angkasa Berbasis AI
Digelar oleh Beijing Municipal Government, China Media Group, the World Robot Cooperation Organization, dan the Asia-Pacific RoboCup Council, World Humanoid Robot Games pada akhirnya memang menjadi sebuah ajang pamer berbagai robot buatan China.
Ajang ini menjadi tempat China menunjukkan kepada peserta global bagaimana bermitra dengan mereka akan memungkinkan perusahaan tersebut bisa menggabungkan perangkat lunak bertenaga AI mereka, dengan perangkat keras keras robotik mutakhir buatan China.
"Saya yakin ini akan menghasilkan lebih banyak robot humanoid Tiongkok yang berevolusi menjadi teknologi pemecahan masalah yang praktis," kata Presiden RoboCup Asia-Pacific Confederation, Zhou Changjiu kepada Xinhua.
Awal Tradisi Olimpiade
Zhou Changjiu menilai gelaran World Humanoid Robot Games memiliki makna yang penting dalam perkembangan teknologi robot di dunia. Dengan pengalamannya berkecimpung lama di dunia robotika humanoid ia meyakini bahwa China kini telah menyalakan obor untuk Olimpiade Robot Humanoid Dunia yang akan terus berkembang di masa depan.
"Ini menorehkan sejarah. Satu atau dua dekade dari sekarang, kita akan mengenangnya dan mengakui ini sebagai kelahiran Olimpiade robot humanoid. Sebagaimana Olimpiade berasal dari Yunani Kuno, generasi mendatang akan melihat Beijing sebagai tempat kelahiran Olimpiade robot humanoid modern," kata Zhou.
Baca juga: Tim Robotika ITS Sabet 16 Penghargaan Di Ajang FIRA 2025
Dengan keterlibatan perusahaan China secara dominan, tak mengherankan jika medali-medali juara di ajang World Humanoid Robot Games 2025 ini banyak dimenangkan oleh perusahaan asal China. Dua perusahan China, Unitree Robotics dan X-Humanoid menjadi peraih total medali terbanyak. Unitree meraih 11 medali, yang terdiri dari empat emas di nomor lari cepat 400 meter, lari 1.500 meter, lari gawang 100 meter, dan estafet 4x100 meter.
Sementara X-Humanoid memenangkan 10 medali, termasuk dua medali emas di nomor lari cepat 100 meter dan kontes "penanganan material" yang dirancang untuk meniru pekerjaan di pabrik.
Setelah sukses digelar tahun ini, World Humanoid Robot Games dijanjikan akan kembali digelar pada tahun 2026 mendatang, dan juga masih akan mengambil tempat di Beijing, China.