28 November 2024
16:10 WIB
Observatorium Timau Dilengkapi Teleskop Teknologi Canggih
Observatorium Timau akan dilengkapi dengan teleskop berteknologi canggih seperti pada James Webb Space Telescope.
Editor: Satrio Wicaksono
Pusat Observatorium Astronomi Itera Lampung (OAIL). itera/Dok
JAKARTA - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) tengah mengembangkan observatorium astronomi berteknologi canggih di Gunung Timau, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). Pengembangan fasilitas riset ini bertujuan untuk mendukung ekosistem penelitian antariksa yang lebih maju, khususnya dalam pengamatan fenomena luar angkasa.
Kepala Pusat Riset Antariksa BRIN, Emanuel Sungging Mumpuni mengatakan, dipilihnya NTT sebagai daerah pengembangan observatorium astronomi canggih itu berdasarkan hasil kajian yang panjang oleh komunitas astronomi. NTT disebut sebagai kawasan yang memiliki kondisi ideal untuk melakukan pengamatan.
"Sebanyak 66% malam di sana mendukung pengamatan selama 8 jam per malam sepanjang tahun," katanya, dikutip dari Antara, Kamis (28/11).
Sungging menjelaskan, observatorium ini dilengkapi dengan teleskop modern berukuran cermin 3,8 meter, yang menggunakan teknologi cermin segmentasi seperti pada James Webb Space Telescope.
Teleskop ini, lanjutnya, dirancang untuk mempelajari fenomena transien di luar angkasa, yaitu peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam domain waktu seperti supernova dan asteroid melintas. Teknologi ini dikembangkan melalui kolaborasi dengan Kyoto University di Jepang.
"Ini adalah salah satu inovasi besar yang melibatkan banyak teknologi kompleks, mulai dari sistem elektronik hingga kontrol presisi. Kami juga bekerja sama dengan pusat riset mekatronika cerdas untuk memastikan teleskop ini bisa beroperasi optimal dan menjadi platform riset bagi generasi berikutnya," ujarnya.
Sungging menyebut observatorium ini dirancang untuk mendukung berbagai tema riset astrofisika, seperti astrometri, fotometri, dan time domain astrophysics. Fasilitas ini juga diproyeksikan untuk mendukung penelitian terkait pertahanan negara, terutama dalam menjaga aset antariksa.
Di sisi lain, penelitian ini dapat memberikan manfaat keekonomian, seperti dalam pengembangan teknologi satelit dan mitigasi risiko bencana geomagnetik.
Selain itu, BRIN juga membuka peluang kolaborasi dengan perguruan tinggi dan lembaga penelitian lain, baik di dalam maupun luar negeri, sebagai katalis yang diharapkan mampu menarik kolaborasi yang lebih luas di bidang astronomi dan antariksa.
"Kami berkomitmen untuk menjadikan riset ini tidak hanya menghasilkan inovasi, tetapi juga memberikan manfaat nyata bagi masyarakat dan negara," tutur Emanuel Sungging Mumpuni.