10 Juni 2025
15:25 WIB
Merti Dusun, Wujud Syukur Dan Nilai Kerukunan Warga Lereng Sumbing
Warga lereng Dusun Lamuk Legok yang ada di lereng Gunung Sumbing punya tradisi Merti Dusini, sebagai wujud syukur atas rejeki yang diberikan Tuhan dan nilai kerukunan antar warga.
Dua gunungan dari hasil palawija dipikul warga keliling kampung dalam Merti Dusun di Dusun Lamuk Legok, Desa Legoksari, Tlogomulyo, Kabupaten Temanggun, Senin (9/6/2025). ANTARA/Heru Suyitno
JAKARTA - Setiap daerah punya tradisi kearifan lokalnya masing-masing, bahkan sampai ke lingkup masyarakat kecil, yakni dusun. Keragaman tradisi dan budaya tak lepas dari nilai-nilai filosofi yang secara turun menurun ada, dan lestari sampai hari ini.
Seperti halnya yang dilakukan oleh warga lereng Gunung Sumbing di Dusun Lamuk Legok, Desa Legoksari, Tlogomulyo, Kabupaten Temanggung. Ada sebuah acara adat yang mereka sebut Merti Dusun.
Kepala Desa Legoksari Bandel Sukoyo di Temanggung menyampaikan, kegiatan ini sebagai bentuk wujud syukur kepada Tuhan YME atas rejeki yang diberikan kepada masyaraakat lereng Gunung Sumbing selama setahun.
Tak hanya itu, ada nilai lain dari tradisi Merti Dusun yang sudah berlangsung sejak dulu, yakni sebagai bentuk persatuan dan kerukunan.
"Di situ bisa mewujudkan bahwa sebuah kesatuan akan menghasilkan sesuatu yang baik untuk masyarakat di desa kami dan sampai saat ini kami selalu menanamkan nilai-nilai dari sebuah kerukunan, persatuan kepada anak cucu," katanya.
Ia menyampaikan, anak-anak di Desa Legoksari sudah mengikuti apa yang dilakukan para sesepuh yaitu persatuan. Dijelaskan, sebelum acara Merti Dusun, pada malam hari dilakukan prosesi upacara adat umbul dungo atau doa bersama.
Kemudian dalam prosesi upacara adat sesaji puji jagat dan arak-arakan tumpeng robyong ulu wetu, diikuti pawai budaya menuju sumber mata air Kali Ringin yang ada di desa tersebut.
Dalam pawai tersebut dibawa dua gunungan dari palawija hasil bumi masyarakat setempat dan tiga tumpeng nasi beserta lauknya, berkeliling desa setempat yang diikuti oleh para pamong desa dan para pemuda.
Di akhir acara, dua gunungan palawija tersebut diperebutkan oleh para warga di sekitar sumber mata air Kali Ringin.