02 Juli 2025
18:31 WIB
Merayu Betina Berisiko Kematian Bagi Katak Jantan
Katak betina dapat membedakan mana calon pasangan potensial dan mana yang mangsa tergantung pada kualitas suara katak jantan saat "merayu" selama musim kawin.
Editor: Andesta Herli Wijaya
Ilustrasi katak. Dok Envato.
JAKARTA - Salah satu hewan yang menghadapi petualangan seksual paling menantang yaitu katak jantan. Bagaimana tidak, mereka harus menantang maut jika hendak kawin dengan katak betina. Pasalnya, katak betina bisa tiba-tiba menjadi kanibal di musim kawin.
Masalahnya sepele, katak punya sensitivitas berlebihan saat musim kawin. Mereka bisa menyerang dan membunuh hanya karena merasa sang pejantan tidak menarik.
Para ahli menjelaskan bahwa banyak spesies katak yang dimorfik seksual, yang berarti ada perbedaan ukuran tubuh yang mencolok antara yang jantan dengan betina. Katak betina dewasa seringkali jauh lebih besar daripada katak jantan.
"Ada peluang yang sangat bagus bahwa betina dapat mengeksploitasi pasangan jantannya, tidak hanya sebagai mitra pengembangbiakan, tetapi berpotensi sebagai mangsa," ungkap peneliti pascadoktoral ekologi populasi di Universitas Newcastle, Australia, John Gould, dilansir dari Live Science, Rabu (2/7).
Simpulan di atas berangkat dari penelitian para ilmuwan di Pulau Kooragang di New South Wales, Australia pada 2024, yang dipublikasikan di jurnal Ecology and Evolution. Peneliti menemukan bahwa katak lonceng hijau dan emas (Litoria aurea) betina dewasa yang menjadi objek penelitian mendominasi katak jantan selama musim kawin.
Katak betina dapat membedakan antara calon pasangan atau mangsa tergantung pada kualitas suara katak jantan saat "merayu" selama musim kawin. Katak jantan yang lebih besar dengan suara yang lebih dalam dapat dilihat sebagai mitra kawin yang lebih baik, tinimbang katak dengan suara lebih kecil atau rendah.
Jika kebetulan berhadapan dengan jantan yang suaranya rendah, katak betina bisa bereaksi dominan dan menjadikan pejantan malang tersebut sebagai mangsa.
Namun, Gould menggarisbawahi bahwa katak jantan yang lebih unggul mungkin juga tidak luput dari pemangsaan oleh betina. Setelah betina membuang semua telurnya setelah berkembang biak, mereka mungkin memilih untuk memakan pasangannya. Ini mirip perilaku belalang sembah betina, yang memenggal kepala dan memakan pasangannya selama atau setelah kawin.
"Ini berisiko bagi katak jantan di luar sana. Mereka berusaha sekuat tenaga untuk mencari pasangan, tetapi mereka juga harus menanggung risiko tambahan, yaitu mungkin digunakan sebagai mangsa," kata Gould.
Baca juga: Hewan Yang Bisa Berhitung Dan Punya Kemampuan Matematika Sederhana
Para peneliti yang melakukan pengamatan secara berturut-turut di tiga kali musim kawin, menemukan bahwa seringkali katak jantan dimangsa oleh betina. Kanibalisme yang terdokumentasi sebagian besarnya melibatkan amfibi dewasa yang memakan amfibi muda, biasanya dengan perbedaan ukuran yang mencolok antara predator dan mangsa.
Para ilmuwan masih belum tahu pasti apa yang memengaruhi perilaku kanibalisme ini. Pengamatan kanibalisme seksual jarang terjadi karena terjadi dengan cepat. Namun, ini mungkin tidak berarti bahwa hal itu jarang terjadi, kata Gould.
Para penelii menekankan bahwa penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan seberapa sering peristiwa kanibalisme ini terjadi dan bagaimana dampaknya terhadap populasi lokal katak lonceng hijau dan emas.