11 Maret 2023
12:32 WIB
Penulis: Mahareta Iqbal
Editor: Satrio Wicaksono
JAKARTA - Buat para pecinta aktivitas adrenalin, sepertinya Gua Hatusaka harus masuk dalam daftar penjelajahan kalian. Gua ini dikenal sebagai gua vertikal yang terdalam di Indonesia. Dengan kedalaman sekitar 424 meter, seperti akan sulit ditaklukkan.
Gua Hatusaka berada di Taman Nasional Manusela, di Pulau Seram Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku. Nama Hatusaka sendiri diberikan oleh masyarakat Saleman. ‘Hatu’ yang berarti batu atau gunung, dan ‘Saka’ yang berarti pusaka atau pemenang. Karenanya, Hatusaka memiliki arti Gunung Pusaka atau Gunung Pemenang.
Konon, seperti dilansir dari berbagai sumber, gua ini dijelajahi dan dipetakan pertama kali oleh tim ekspedisi gua gabungan dari Amerika Serikat, Inggris, Perancis dan Australia pada tahun 1996. Namun, upaya untuk mencapai dasar gua, gagal. Tim gabungan tersebut baru berhasil mencapai dasar gua di upaya keduanya, yakni di tahun 1998.
Kemudian, pada tahun 2011, Acintyacunyata Speleological Club (ASC), perkumpulan penjelajah gua dari Indonesia melakukan percobaan pertama melalui kegiatan Ekspedisi Speleologi Seram. Nahas, upaya penelusuran ini terhenti di kedalaman 190 meter karena air sungai yang membanjiri lorong gua.
Selanjutnya, tim ekpedisi gua dari Italia pada tahun 2016 berhasil mencatatkan diri sebagai tim kedua yang mencapai dasar Gua Hatusaka. Tim yang dipimpin oleh Andrea Benassi ini juga berhasil memetakan satu segmen lorong di Gua Hatusaka.
Termotivasi oleh keberhasilan tim penelusur Italia, pada tahun 2017, Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) Universitas Indonesia melakukan upaya mencapai dasar Gua Hatusaka, namun gagal di kedalaman 220 meter.
Faktanya, penelusuran atau ekspedisi yang telah dilakukan belum banyak mengungkap data dan informasi mengenai karakteristik dari ini. Hal demikian kemudian menggerakkan Balai Taman Nasional (BTN) Manusela untuk melakukan ekspedisi guna mengungkap potensi gua secara lebih lengkap.
Selain itu, misi terpenting dari ekspedisi ini adalah menjejakkan orang Indonesia pertama di dasar gua terdalam di negeri ini. Guna mewujudkan misi dan cita-cita tersebut, BTN Manusela menggandeng ASC untuk terlibat dalam penelusuran gua ini.
Mujur, upaya ini berhasil, tepatnya di tanggal 6 Agustus 2018. Tak hanya menjejakkan di dasar gua, tim penjelajah Indonesia ini juga berhasil memutakhirkan data mengenai kedalaman total dan luas ruangan di dasar gua, serta melakukan pencatatan tentang flora-fauna dengan segala karakter dari Gua Hatusaka.
Seperti Blender Raksasa
Berdasarkan pencatatan dari ekspedisi itu, diketahui dasar Gua Hatusaka memiliki luas ruangan 90x62 meter dengan tinggi atap 180 meter.
Mengutip cerita mereka yang pernah menginjakkan kaki di dasar Gua Hatusaka, berdiri di dasar Gua Hatusaka seperti berdiri di dalam stadion sepakbola dalam keadaan gelap gulita. Kondisi dasar Goa Hatusaka relatif datar, dengan endapan kerikil dan pasir hampir sepertiga luas dasar gua. Selebihnya, berupa endapan lempung yang mengindikasikan air yang masuk ke dalam gua sempat menggenang sebelum meresap ke dalam tanah.
Uniknya, meski di atas gua merupakan hutan lebat, namun tidak dijumpai batang-batang pohon besar di dasar gua, hanya serpih-serpih kayu berukuran kecil. Perkiraannya, batang-batang kayu yang terbawa banjir hancur berkeping-keping menjadi serpihan kecil, karena dalamnya dasar gua dan gerak turbulen air yang dahsyat di dasar gua. Sebab, ada juga yang mengatakan bahwa dasar Gua Hatusaka itu seperti blender raksasa.
Di dasar gua, terdapat sekelompok cacing tanah dan beberapa jenis serangga. Di beberapa spot lain, terdapat beberapa tumbuhan berdaun setinggi 15 cm dan kemungkinan pada saat-saat tertentu, cahaya matahari bisa mencapai dasar gua.
Kemampuan Telurus Gua
Penelusuran Gua Hatusaka membutuhkan tim yang solid. Secara individu anggota tim harus memiliki kemampuan penelusuran gua yang memadai, jam terbang penelusuran gua yang tinggi, hingga kemampuan penyelamatan di medan vertikal. Salah satu hal yang paling penting dalam mendukung keberhasilan menelusuri Gua Hatusaka adalah perhitungan cuaca yang cermat.
Cuaca di sekitar gua sangat berbeda dengan di Pulau Seram. Hal inilah yang menjadi tantangan utama dalam melakukan penelusuran. Selain itu, jika banjir terjadi, maka bisa berubah menyerupai air terjun berjenjang 100 hingga 220 meter.
Inilah alasan mengapa dasar Gua Hatusaka disebut menyerupai blender raksasa. Selain dipengaruhi oleh cuaca yang berbeda, medannya pun rapuh dengan batuan yang mudah rontok. Walaupun ada batu yang kokoh, hal itu tetap mempengaruhi friksi pada tali yang digunakan.
Bagi kalian yang penasaran ingin melakukan penelusuran ke dasar Gua Hatusaka, pastikan kalian memiliki faktor-faktor pendukung di atas agar keselamatan diri tetap terjaga dan terhindar dari hal yang tidak diinginkan.