24 Juni 2024
13:27 WIB
Menimbang Pilihan MPASI Yang Baik Untuk Anak
Menyiapkan sendiri MPASI yang menjadi asupan buat si kecil tentu jauh lebih baik ketimbang membeli. Selain dari faktor higienis, MPASI buatan sendiri bisa sesuai dengan takaran gizi yang dibutuhkan.
Editor: Satrio Wicaksono
Ilustrasi ibu sedang menyuapi MPASI ke anaknya. Freepik
JAKARTA - Saat bayi mencapai usia enam bulan, Makanan Pendamping ASI (MPASI) wajib diberikan untuk menambah asupan gizi untuk tumbuh kembang mereka. Dengan dukungan MPASI, kebutuhan nutrisi si kecil akan terpenuhi secara maksimal.
Adapun nutrisi yang terkandung dalam MPASI harus disesuaikan dengan kebutuhan tumbuh kembang anak yang sebanding dengan usia mereka. Utamanya adalah karbohidrat sebagai sumber energi dan protein untuk pembentukan sel-sel tubuh.
Namun, terkadang orang tua yang sibuk atau tidak mau repot, atau dengan alasan lainnya, lebih memilih untuk membeli asupan pandamping ASI yang ada di pasaran. Tidak salah memang. Akan tetapi, Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr. Titis Prawitasari menyarankan untuk membuat sendiri menu MPASI untuk anak.
Menurutnya, dengan menyediakan sendiri MPASI, takaran serta kandungan gizi yang ada didalamnya dapat benar-benar terkontrol. Belum lagi jika dilihat dari sisi kehigienisannya.
“Ini harus dicermati dari konteks mikronutriennya, itu sangat tertinggal. Walaupun labelnya ada ayam-bayam, brokoli-salmon, ini banyak dijumpai di perkampungan tapi yang dimaksud organik itu (standar) di pasaran industri atau rumahan?” katanya, seperti dikutip dari Antara, Senin (24/6).
Menanggapi maraknya MPASI dalam wadah yang dijual di berbagai tempat, dirinya menekankan bahwa makanan yang dijual tersebut belum bisa dipastikan kehigienisannya, karena adanya kemungkinan makanan tidak melalui proses pembuatan yang tepat. Dikhawatirkan, MPASI yang dijual tersebut mengandung bakteri karena dibiarkan di luar ruangan dalam waktu yang lama atau tidak tersertifikasi dan diakui Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
“Kalau organiknya sesuai definisi BPOM baru boleh diklaim sebagai organik, tapi kalau komersial rumahan itu patut dipertanyakan karena izinnya dari dinas setempat, bukan BPOM, ini harus dievaluasi,” kata dr. Titis.
Belum lagi, katanya, selain masalah perizinan hal lain yang patut dicermati adalah kandungan dan takaran nutrisi dari MPASI itu sendiri. Dirinya mencontohkan, terkadang ada MPASI yang dibuat dalam porsi banyak namun isi gizinya kurang.
Maka dari itu, ia tidak menyarankan orang tua seperti para ibu pekerja untuk bijak membeli MPASI agar asupan gizi anak lebih terjaga, terhindar dari berbagai macam bakteri dan tidak tergiur dengan harga yang murah saja.
Menurut dia, akan lebih baik jika MPASI yang diberikan pada anak dibuat langsung di rumah. Ibu dapat memastikan proses pembuatan terhindar dari berbagai kontaminasi bakteri. Selain itu baik cita rasa dan takarannya bisa disesuaikan langsung dengan kebutuhan sang anak. Menu yang dibuat pun dapat lebih bervariatif.
Lebih lanjut dirinya juga mengingatkan kepada seluruh orang tua untuk tidak memberikan MPASI sebelum anak menginjak usia enam bulan ke atas. Hal tersebut sangat berbahaya karena bisa membuat saluran cerna seorang anak tertutup atau tersumbat akibat ketidakmampuan anak mencerna tekstur makanan yang terlalu kasar di usianya.
"Ini juga bisa jadi jalan transfer infeksi dari ibu ke bayi. Sarannya kalau dia belum siap, kita harus kasih makanan yang cair karena dia mampunya baru menghisap dan menelan, belum bisa mengunyah. Mengunyah itu pada awal cuma mengantar makanan dari depan ke belakang, jadi perlunya yang halus," ucap dr. Titis.