10 Januari 2025
14:31 WIB
Mengenal Sejumlah Fakta Menarik Olahraga BASE Jump
BASE adalah akronim dari Building (bangunan), Antenna (menara), Span (jembatan), dan Earth (tebing atau alam) yang menjadi titik lompatan para pelaku olahraga ini.
Penulis: Gemma Fitri Purbaya
Editor: Satrio Wicaksono
Seorang BASE jumper dengan wingsuit. Unsplash
JAKARTA - Aksi melompat atlet binaan Red Bull Blue and Silver Frédéric Fugen dari Autograph Tower Jakarta pada tanggal 8 Januari lalu menorehkan sejarah baru di dunia olahraga ekstrem dunia.
Lompatan yang dikenal sebagai BASE jump ini tidak hanya semakin melambungkan karier Frédéric, tetapi juga Jakarta dan Indonesia ke radar atlet dan pecinta BASE jump dunia.
Sayangnya, masih banyak belum orang yang tahu mengenai BASE jump. Apakah itu BASE jump? Berikut sederet fakta menarik mengenai olahraga ekstrem BASE jump.
Tidak berarti lebih mudah
BASE adalah akronim dari Building (bangunan), Antenna (menara), Span (jembatan), dan Earth (tebing atau alam) yang menjadi titik lompatan para pelaku olahraga ini.
Berbeda dengan skydiving, BASE jump dilakukan dari ketinggian yang lebih rendah sehingga memberikan waktu yang lebih singkat untuk memperhitungkan waktu membuka parasut dan mendarat.
BASE jumpers menggunakan satu parasut yang dirancang khusus untuk pembukaan cepat karena jarak antara titik lompatan dan tanah jauh lebih dekat dibandingkan skydiving yang umumnya menggunakan dua parasut.
Selain itu, para BASE jumpers juga sering menggunakan wingsuit untuk mengontrol kecepatan dan arah lompatan. Kombinasi inilah yang menjadikan BASE jump olahraga yang membutuhkan keberanian dan keterampilan tingkat tinggi.
Berawal dari skydiving
Konsep BASE jump sendiri berawal dari skydiving sejak akhir abad ke-18. Namun, ide ini baru terealisasi pada awal abad ke-20 saat orang-orang mulai mencoba melampaui batas dan mengeksplorasi cara baru merasakan ketegangan dengan terjun bebas.
Salah satu pionirnya adalah Carl Boenish, seorang pembuat film asal Amerika Serikat, dan istrinya Jean Boenish. Mereka pertama bereksperimen BASE jump di awal 1970-an dan memproduksi film dokumenter bertajuk "Skydiving from Buildings" yang menunjukkan betapa menegangkannya dunia BASE jump pada penonton.
Dari sana, olahraga ekstrem ini berkembang pesat. Orang-orang mulai mengembangkan alat-alat yang menopang BASE jump dan teknik agar saat melakukan lompatan, terjun bebas, hingga pendaratan dapat tetap aman.
Perlu persiapan presisi
BASE jump dikenal dengan olahraga ekstrem menantang dengan risiko tinggi. Oleh karena itu, setiap aksi memerlukan pengalaman dan persiapan matang. Mulai dari penghitungan kecepatan dan arah angin, analisis titik lompatan dan pendaratan, hingga koordinasi dengan tim pendukung.
Saat melakukan lompatan di Autograph Tower Jakarta, durasi yang dibutuhkan Frédéric untuk sampai ke tanah sekitar 32 detik dengan durasi terjun bebas tanpa parasut 8 detik. Kecepatan maksimal saat terjun bebas pun mencapai 170 km per jam. Maka dari itu, dibutuhkan persiapan yang presisi sebelum BASE jumpers melompat.
Frédéric Fugen pemegang rekor BASE Jump
Frédéric Rugen adalah salah satu BASE jumper, pilot wingsuit, dan skydiver paling berbakat di dunia. Atlet asal Prancis ini melakukan lompatan solo pertamanya pada tahun 1996 di usia 16 tahun.
Dengan lebih dari 20 tahun pengalaman, Frédéric telah mencatatkan berbagai pencapaian fenomenal, termasuk lompatan dari gedung tertinggi di dunia, yakni Burj Khalifa setinggi 828 meter pada 2014.
Selain BASE jump, Frédéric juga dikenal dengan kreativitasnya dalam menggabungkan beberapa olahraga sekaligus. Semisal, skyskiing atau kombinasi antara skydiving dengan ski pertama di dunia. Dia melakukannya dengan terbang bebas dari balon udara dan lanjut ski menuruni lereng gunung La Clusaz Prancis di 2022.
Itulah sederet fakta menarik mengenai olahraga ekstrem BASE jump. Berminat mencoba BASE jump?