30 November 2024
12:12 WIB
Mengenal Konsep A-Frame House, Arsitektur Rumah Yang Estetik
Tren arsitektur dan desain rumah terus berkembang, salah satunya konsep A-Frame House. Berbentuk seperti huruf A yang menjulang hingga menyentuh tanah.
Penulis: Annisa Nur Jannah
Editor: Satrio Wicaksono
Arsitektur rumah A-Frame House. Freepik
JAKARTA - Tren arsitektur dan desain rumah terus berkembang seiring waktu, salah satu yang belakangan mencuri perhatian adalah konsep A-Frame House. Rumah dengan desain unik ini dikenal karena bentuknya yang menyerupai huruf A dengan atap segitiga, yang menjulang hingga hampir menyentuh tanah.
Tentunya desain rumah ini terlihat sangat estetik dan tidak biasa. Lantas, apa itu rumah bergaya A-Frame House?
Melansir laman Architectural Digest, A-Frame House adalah rumah yang didesain dengan atap segitiga curam, sekaligus berfungsi sebagai dinding samping. Model bangunan ini didirikan di Jepang selama 1603-1868 pada saat periode kerajaan Edo.
Pada zaman itu, bangunan tersebut dijadikan sebagai tipologi rumah pertanian Gassho. Rangka A pada bangunan ini dirancang untuk menutupi ruang tinggi yang dimanfaatkan sebagai tempat pemeliharaan ulat sutra dengan ruang tinggal komunal dan area kerja di sekitarnya.
Ciri khas atapnya curam menyerupai dua tangan yang saling merapat dalam posisi berdoa, sehingga dinamakan gassho. Gassho sendiri artinya gerakan simbolis menempelkan kedua telapak tangan dan membungkuk.
Rumah rangka A pertama kali dibangun di Amerika Serikat oleh Rudolf Schindler, seorang arsitek Austria, pada tahun 1934. Popularitas rumah ini meningkat setelah Gisela Bennati memesan rumah di Lake Arrowhead, California, pasca Perang Dunia II.
Tren rumah ini turut diperkuat oleh karya arsitek seperti Henrik Bull yang menciptakan kabin berbentuk A di Stowe, Vermont, pada 1953, dan Andrew Geller yang membangun rumah pantai serupa di Long Island, New York, pada 1955. Rumah-rumah ini menjadi inspirasi desain rumah liburan di berbagai tempat.
Salah satu alasan rumah rangka A diminati adalah biayanya yang terjangkau. Rumah ini hampir tidak memerlukan pondasi atau hanya sedikit sekali, sehingga penggunaan beton dapat diminimalkan dan biayanya jauh lebih murah.
Desainnya juga sangat cocok untuk orang-orang yang ingin membangun di tepi danau, pantai, pegunungan, atau dengan anggaran terbatas. Dengan denah lantai terbuka, penggunaan material kayu lapis, serta ujung atap pelana yang dilapisi kaca, desain Schindler dianggap melampaui zamannya hingga dua dekade.
Banyak arsitek muda di California Utara terus bereksperimen dengan bentuk segitiga ini. Hal ini menciptakan model baru seperti dinding atap pelana tertutup atau terbuka, jendela atap, hingga varian atap silang atau tipe T.
Sayangnya, rumah model ini memiliki dinding miring pada atapnya. Hal ini dapat mengurangi ruang vertikal di bagian tepi, sehingga membatasi fungsi ruangan.
Selain itu, adanya keterbatasan yang dapat menyulitkan penambahan ruang penyimpanan atau furnitur besar. Meskipun estetik, desain segitiga yang khas ini bisa kurang efisien dalam pemanfaatan energi dibandingkan dengan rumah berdesain konvensional.