JAKARTA - Dalam sebuah video yang beredar di media sosial beberapa waktu lalu, terlihat seorang pria yang takut pada air. Pria tersebut bahkan melompat ketakutan saat mencoba untuk minum air putih.
Meski sebagian orang menganggap reaksi itu berlebihan, tetapi hydrophobia merupakan kondisi yang cukup serius. Dilansir dari Medical News Today, hydrophobia adalah ketakutan pada air dan gejala tingkat lanjut dari penyakit rabies.
Rabies dapat menyebabkan kejang pada kerongkongan ketika seseorang mencoba minum air. Sensasi menyakitkan ini timbul ketika seseorang ingin minum air dan tubuh otomatis akan menolaknya. Dari sana, istilah hydrophobia atau ketakutan pada air pun timbul.
Hydrophobia pun berbeda dengan aquaphobia. Meskipun sama-sama takut pada air, tetapi aquaphobia disebabkan oleh kondisi psikologis seseorang dan gangguan kecemasan. Ketakutan pada air di aquaphobia tidak berkaitan dengan kondisi fisik seseorang ataupun penyakit, seperti hydrophobia yang berhubungan dengan penyakit rabies.
Lantas, apa yang harus dilakukan jika seseorang mengalami hydrophobia? Mengingat hydrophobia adalah gejala tingkat lanjut dari rabies, pengobatan yang diberikan oleh tenaga medis pun umumnya bersifat pendukung, bukan kuratif. Pasien rabies yang sudah mencapai tahap ini memiliki angka harapan hidup yang cukup kecil.
Dikutip dari Discover Magazine, saat seseorang sudah tidak mengalami hydrophobia, biasanya mereka akan koma atau tidak sadarkan diri selama beberapa saat sebelum akhirnya meninggal dunia. Tercatat hanya kurang dari 20 kasus manusia yang berhasil hidup setelah terinfeksi penyakit rabies dan 99% penyakit rabies bersifat mematikan.
Maka dari itu, apabila digigit oleh hewan liar yang diduga terinfeksi rabies, segera ke rumah sakit untuk mendapatkan vaksin postexposure prophylaxis (PEP) agar virus rabies tidak menyebar dan berkembang di dalam tubuh. Vaksin diberikan beberapa kali agar efektif dan menjaga seseorang tidak sampai ke tahap hydrophobia.
Rabies sendiri merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus mematikan yang dapat menyebar pada orang dan hewan yang terinfeksi melalui gigitan hewan yang terkena rabies. Rabies berdampak pada sistem saraf utama dan menyebabkan kerusakan pada otak dan bersifat cukup progresif, tergantung sistem kekebalan tubuh manusia.
Meskipun belum ada vaksin mencegah rabies pada manusia, vaksin rabies telah tersedia untuk hewan. Beberapa hewan seperti anjing, kucing, monyet, hewan pengerat, dan lainnya, menjadi hewan-hewan yang rentan terinfeksi rabies dan menularkannya pada hewan atau manusia lain.