22 Mei 2024
13:29 WIB
Mengenal Hidangan Khas Waisak Dari Berbagai Negara
Sama seperti perayaan hari besar keagamaan lainnya, saat Waisak juga terdapat makanan khas yang kerap disajikan di beberapa negara.
Penulis: Annisa Nur Jannah
Editor: Rendi Widodo
Ilustrasi foto kaju gulkand paan makanan khas Sri Lanka. Shutterstock/StockImageFactory.com
JAKARTA - Sebentar lagi umat Buddha akan merayakan Hari Raya Tri Suci Waisak 2586 Era Buddha (EB) pada tanggal 23 Mei mendatang. Momen ini digunakan untuk memperingati tiga peristiwa penting dalam kehidupan Buddha Gautama, yaitu kelahiran-Nya di Lumbini, pencapaian pencerahan di bawah pohon Bodhi di Bodh Gaya, dan parinirvana atau kematian-Nya di Kusinara.
Perayaan Waisak ini merupakan saat untuk refleksi spiritual, meditasi, dan upacara keagamaan yang diadakan di berbagai vihara dan tempat suci Buddha di seluruh dunia. Sama seperti perayaan hari besar keagamaan lainnya, saat Waisak juga terdapat makanan khas yang kerap disajikan.
Dilansir dari berbagai sumber, berikut ini adalah daftar makanan dari berbagai negara yang biasa disajikan saat hari raya bagi umat Buddha.
Sayur Dan Buah Di Tibet
Masyarakat Tibet merayakan hari raya Waisak dengan sebutan Saga Dawa. Selama bulan perayaan Saga Dawa, masyarakat Buddha di Tibet mematuhi praktik diet yang sangat khusus, di mana mereka hanya diperbolehkan untuk mengonsumsi sayur dan buah sebagai bentuk penghormatan terhadap ajaran Buddha.
Praktik ini mencerminkan nilai-nilai kehidupan sederhana dan pengendalian diri yang diajarkan oleh Buddha. Praktik diet yang ketat ini tidak hanya terbatas pada manusia, tetapi juga melibatkan pembebasan hewan-hewan yang biasanya dikonsumsi, seperti ayam dan ikan, ke alam bebas.
Tindakan pembebasan ini dilakukan dengan harapan agar makhluk tersebut dapat merasakan kebebasan dan mendapat pahala atas kebaikan yang diberikan kepada makhluk lain. Ini merupakan bentuk dari ajaran Buddhisme tentang belas kasihan dan kepedulian terhadap semua makhluk hidup.
Praktik diet yang khusus dan pembebasan hewan ini merupakan bagian penting dari perayaan Waisak di Tibet, di mana masyarakat Buddha berupaya untuk mengamalkan nilai-nilai ajaran Buddha dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Kaju Paan Di Sri Lanka
Masyarakat Sri Lanka biasanya merayakan hari raya Waisak dengan sebutan Vesak Poya. Sri Lanka selalu menyajikam makanan khas mereka saat perayaan keagamaan besar seperti Vesak Poya, Diwali, dan Natal adalah kaju paan.
Kaju paan salah satu hidangan khasnya. Kaju paan memiliki cita rasa manis yang mirip dengan kaju katli, hidangan khas India. Proses pembuatan kaju paan dimulai dengan menguleni adonan berwarna hijau yang terbuat dari campuran tepung kacang mete, tepung biji melon, dan rebusan daun sirih.
Selanjutnya, adonan tersebut diisi dengan kelopak bunga mawar, gula, kacang almond, dan bahan-bahan khas Sri Lanka lainnya. Kaju paan tidak hanya sekadar hidangan manis, tetapi juga menyiratkan makna mendalam tentang keberagaman budaya, kebahagiaan, penghormatan terhadap tradisi, dan pemujaan terhadap ajaran Buddha masyarakat Sri Lanka.
Kheer Di India
Masyarakat India yang menganut kepercayaan Buddha menyebut Hari Raya Waisak dengan Buddha Purnima. Selain sembahyang di kuil, masyarakat juga melibatkan tradisi lain yang dilakukan oleh penganut yaitu mengonsumsi kheer atau puding nasi.
Proses pembuatan kheer mirip dengan pembuatan bubur, di mana nasi dan susu direbus bersama sambil sesekali diaduk. Selanjutnya, tambahkan gula, kismis, dan kapulaga, kemudian aduk hingga semua bahan tercampur rata.
Kheer kemudian disajikan dalam mangkuk dan dihiasi dengan kacang almond. Hidangan ini juga memiliki simbol kebahagiaan dan kelimpahan dalam memperingati kelahiran, pencerahan, dan wafatnya Sang Buddha. Rasanya yang manis juga menggambarkan kebahagiaan dan kepuasan spiritual.
Nasi Gemuk Dari Indonesia
Nasi gemuk khas Jambi adalah salah satu hidangan tradisional yang sering disajikan saat perayaan Waisak. Nasi gemuk yang juga dikenal dengan sebutan nasi lemak di daerah lain merupakan nasi yang dimasak dengan santan dan disajikan bersama berbagai lauk pendamping seperti ikan teri, telur rebus, kacang tanah goreng, dan sambal.
Hidangan ini memiliki cita rasa yang gurih dan kaya akan rempah, menjadikannya sajian istimewa dan lezat untuk dinikmati pada saat-saat perayaan dan momen spesial seperti Waisak. Nasi gemuk yang dihidangkan saat Waisak memiliki beberapa makna penting dan simbolis.
Hidangan ini menjadi simbol kesejahteraan dan kelimpahan dengan teksturnya yang kaya dan rasanya gurih, mencerminkan harapan akan kemakmuran dan berkah bagi semua orang, keharmonisan dan kebersamaan yang tercipta saat makanan tradisional ini disajikan dalam suasana kebersamaan.
Selanjutnya, sebagai bentuk penghormatan terhadap tradisi dan leluhur terhadap warisan budaya, serta sebagai simbol persembahan, di mana makanan sering dipersembahkan sebagai tanda penghormatan kepada Buddha dan para biksu.