c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

KULTURA

20 Februari 2025

15:51 WIB

Mengenal Gejala Aritmia Sejak Dini Sebelum Terlambat

Aritmia tidak langsung terdeteksi karena gejalanya bisa muncul dan hilang secara tiba-tiba. Untuk memastikan apakah seseorang mengalami aritmia, dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan.

Penulis: Annisa Nur Jannah

Editor: Rendi Widodo

<p>Mengenal Gejala Aritmia Sejak Dini Sebelum Terlambat</p>
<p>Mengenal Gejala Aritmia Sejak Dini Sebelum Terlambat</p>

Ilustrasi serangan jantung. Shutterstock/Boyloso

JAKARTA - Penyakit kardiovaskular masih menjadi ancaman utama bagi masyarakat Indonesia. Perubahan gaya hidup yang tidak sehat, seperti kebiasaan merokok, pola makan yang tidak seimbang, hipertensi, obesitas, diabetes melitus, dan kurangnya aktivitas fisik, menjadi faktor risiko utama.  

Perilaku ini berkontribusi pada berbagai penyakit jantung, termasuk penyakit jantung koroner (PJK) yang dapat memicu gangguan irama jantung atau aritmia. Jika tidak ditangani, aritmia dapat menyebabkan komplikasi serius, seperti gagal jantung atau stroke.

Menurut data Riskesdas 2018, prevalensi penyakit jantung berdasarkan diagnosis dokter di Indonesia mencapai 1,5%. Sementara itu, pada 2013, prevalensi penyakit jantung koroner tercatat sebesar 0,5%.

Peningkatan kasus penyakit jantung ini juga berbanding lurus dengan risiko aritmia karena kondisi seperti PJK, hipertensi, dan diabetes dapat merusak sistem kelistrikan jantung.

Global Status Report on NCD 2019 yang diterbitkan oleh Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) juga menunjukkan bahwa sebanyak 17,8 juta kematian di dunia setiap tahun atau setara dengan 1 dari 3 kematian disebabkan oleh penyakit jantung. Dengan meningkatnya faktor risiko kardiovaskular, penting bagi masyarakat untuk memahami gejala aritmia.

Konsultan Intervensi Jantung & Aritmia dari Eka Hospital BSD, dr. Ignatius Yansen menjelaskan bahwa aritmia adalah gangguan irama jantung yang terjadi akibat sinyal listrik menuju jantung tidak bekerja dengan baik. Normalnya, jantung memompa darah ke seluruh tubuh dengan irama yang stabil, dikendalikan oleh impuls listrik yang mengatur kontraksi dan relaksasi otot jantung.

Ketika sinyal listrik ini terganggu, perintah untuk memompa darah menjadi tidak optimal, sehingga aliran darah ke organ vital berkurang.

"Ketika darah yang dipompa tidak maksimal, organ-organ tubuh, termasuk otak, bisa mengalami kekurangan oksigen dan nutrisi. Akibatnya, gejala aritmia seperti pusing, jantung berdebar, bahkan pingsan dapat terjadi," ujar dr. Ignatius Yansen saat ditemui di Jakarta baru-baru ini.

Ia menjelaskan bahwa terdapat berbagai faktor yang dapat menyebabkan gangguan sinyal listrik ke jantung, di antaranya ketidakseimbangan elektrolit, riwayat serangan jantung atau adanya jaringan parut akibat serangan jantung sebelumnya, sumbatan pada pembuluh darah jantung (penyakit arteri koroner), serta perubahan struktur jantung seperti kardiomiopati.

Selain itu, gangguan pada katup jantung, diabetes, tekanan darah tinggi, infeksi, gangguan kelenjar tiroid, dan sleep apnea juga dapat berkontribusi terhadap terjadinya aritmia. Beberapa faktor lain yang turut berperan meliputi penggunaan obat-obatan tertentu yang memengaruhi ritme jantung, stres dan kecemasan, serta kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol atau kafein secara berlebihan.

Cara Mendeteksi Aritmia
Sering kali, aritmia tidak langsung terdeteksi karena gejalanya bisa muncul dan hilang secara tiba-tiba. Untuk memastikan apakah seseorang mengalami aritmia, dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan.

"Untuk memastikan diagnosis aritmia, kami melakukan serangkaian pemeriksaan yang bertujuan untuk memahami kondisi jantung pasien secara menyeluruh," ucapnya.

Ia menjelaskan bahwa beberapa metode pemeriksaan yang umum dilakukan meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk mengetahui riwayat kesehatan serta keluhan pasien, elektrokardiogram (EKG) yang merekam aktivitas listrik jantung, serta tes treadmill digunakan untuk menilai respons jantung saat beraktivitas.

Selain itu, Holter monitoring dapat digunakan untuk memantau detak jantung selama 24 jam atau lebih, sementara studi elektrofisiologi menjadi pemeriksaan lanjutan guna mengidentifikasi sumber gangguan ritme jantung secara lebih detail.

"Aritmia bukanlah kondisi yang bisa diabaikan. Jika Anda mengalami gejala seperti jantung berdebar tidak normal, pusing, lemas, atau bahkan pingsan, sebaiknya segera konsultasikan dengan dokter spesialis jantung," tegasnya.

Ia juga menyarankan untuk segera deteksi dini dan penanganan yang tepat dapat membantu mengendalikan kondisi ini serta mencegah komplikasi yang lebih serius.

"Caranya sekarang sangat mudah. Jika Anda memiliki smartwatch, perangkat tersebut dapat merekam detak jantung saat Anda mengalami jantung berdebar. Rekaman ini bisa dibawa ke dokter untuk dianalisis lebih lanjut," pungkasnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar