14 Januari 2025
18:19 WIB
Mengenal Fenomena Popcorn Brain Dan Dampaknya Pada Kehidupan
Popcorn brain adalah istilah yang menggambarkan kondisi saat perhatian kita terus berpindah-pindah dari satu tugas atau topik ke yang lain.
Penulis: Annisa Nur Jannah
Editor: Rendi Widodo
Ilustrasi orang bermain ponsel. Unsplash
JAKARTA - Teknologi membawa perubahan besar dalam kehidupan manusia, khususnya dalam hal pengetahuan. Di era digital ini, akses terhadap informasi menjadi sangat mudah dan cepat. Hanya dengan beberapa klik, bisa mendapatkan jawaban atas hampir semua pertanyaan.
Salah satu sisi positif dari teknologi adalah kebebasan untuk mencari informasi tanpa batasan ruang dan waktu. Hal ini memungkinkan orang untuk belajar, berkembang, dan menemukan solusi dengan lebih efisien.
Namun, di balik manfaat yang luar biasa tersebut, teknologi juga membawa dampak negatif. Salah satunya adalah fenomena yang dikenal sebagai popcorn brain.
Melansir laman Real Simple, popcorn brain adalah istilah yang menggambarkan kondisi saat perhatian kita terus berpindah-pindah dari satu tugas atau topik ke yang lain, mirip dengan biji jagung meletup-letup di dalam microwave. Kondisi ini menjadi masalah ketika waktu layar (screen time) yang berlebihan dan notifikasi terus-menerus membuat seseorang sulit fokus pada satu hal secara penuh.
"Menjelajahi media sosial dapat menyebabkan apa yang secara umum disebut sebagai 'popcorn brain,' yaitu kondisi yang ditandai dengan mudah teralihkan, impulsif, dan menurunnya rentang perhatian," ujar psikolog klinis Sanam Hafeez, PsyD.
Istilah ini mulai populer setelah pertama kali digunakan oleh peneliti kualitas hidup yakni David Levy, pada tahun 2011. Levy menggambarkan kondisi ini sebagai ketergantungan pada multitasking elektronik yang membuat kehidupan offline yang lebih lambat terasa tidak menarik.
Aliran rangsangan digital yang terus-menerus kini mengubah cara kerja otak kita dalam memproses informasi. Hafeez memberikan contoh sederhana, misalnya dalam waktu lima menit, Anda akan memeriksa email, menonton berita, membaca notifikasi di Facebook, lalu menggulir video di TikTok.
"Perpindahan cepat seperti ini membuat otak sulit mempertahankan fokus," ungkap Hafeez.
Selain itu, niat untuk menyelesaikan tugas sering kali terganggu oleh notifikasi ponsel. Begitu seseorang berhenti, nyatanya konten yang dilihat seakan terasa tidak pernah habis.
“Banyak platform memang dirancang untuk mempertahankan perhatian pengguna selama mungkin. Fitur seperti infinite scroll membuat pengguna terus menggulir tanpa sadar, menciptakan kebiasaan distraksi dan perilaku impulsif," jelasnya.
Cara Mengatasi atau Mencegah Popcorn Brain
Berita baiknya, dampak popcorn brain ini tidak permanen. Ia menyebut bahwa rentang perhatian yang pendek akibat penggunaan ponsel berlebihan bisa dipulihkan.
"Coba atur Waktu Layar dengan menggunakan fitur pengaturan waktu layar di ponsel untuk membatasi akses ke aplikasi tertentu, membantu membangun kebiasaan mengurangi waktu layar," tambahnya.
Cobalah teknik pomodoro dengan mengatur timer selama 25 menit untuk fokus pada satu tugas, lalu istirahat selama 5 menit, dan ulangi sepanjang hari dengan istirahat lebih lama setiap dua jam. Ciptakan Zona Bebas Teknologi dengan menentukan waktu atau ruang di rumah sebagai area bebas ponsel, seperti ruang keluarga atau tempat tidur, dan jika memungkinkan, temukan tempat di alam untuk beristirahat tanpa perangkat.
Melatih tubuh dan pikiran dengan melakukan olahraga fisik teratur untuk meningkatkan fungsi kognitif, serta aktivitas yang menantang otak, seperti teka-teki, belajar keterampilan baru, atau diskusi intelektual. Jika Anda merasa kesulitan mengatasi fokus, pertimbangkan untuk mencari Dukungan Profesional melalui terapi seperti CBT (Cognitive Behavioral Therapy) untuk membantu mengatur kebiasaan dan emosi terkait media sosial.