c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

KULTURA

19 Agustus 2025

15:51 WIB

Mengapa Hewan Buas Tidak Menyerang Mobil Safari Terbuka?

Menjelajah alam liar di atas mobil safari terbuka tentu menjadi pengalaman yang menantang. Tapi amankah dari serangan hewan buas? 

Penulis: Annisa Nur Jannah

Editor: Satrio Wicaksono

<p>Mengapa Hewan Buas Tidak Menyerang Mobil Safari Terbuka?</p>
<p>Mengapa Hewan Buas Tidak Menyerang Mobil Safari Terbuka?</p>

Ilustrasi wisata alam di Masai Mara, Kenya. Shutterstock/Matyas Rehak.

JAKARTA - Berwisata safari dengan menggunakan kendaraan terbuka di Afrika Selatan atau Kenya tentu menjadi impian banyak pencinta alam liar. Menawarkan sensasi wisata yang tak biasa dan memacu adrenalin.

Angin savana yang menerpa wajah, kicauan burung dan dengung serangga terdengar jelas, bahkan derap langkah singa atau tawa hiena di kejauhan, membuat pengalaman terasa begitu nyata, seolah menjadi bagian dari kehidupan liar itu sendiri.

Namun sebelum memutuskan untuk mengikuti paket wisata seperti itu, banyak orang bertanya, apakah benar-benar aman berada dalam kendaraan terbuka di tengah satwa buas? Bagaimana mungkin hewan buas tidak menyerang para wisatawan yang tampak begitu dekat dengan mereka? 

Melansir laman Masai Mara National Reserve, alasan hewan buas tidak menyerang mobil safari terbuka karena singa memandang kendaraan tersebut sebagai satu kesatuan besar yang utuh dan tidak berbahaya. Mereka tidak melihatnya sebagai sekumpulan manusia yang bisa menjadi mangsa.

Dalam banyak kasus, hewan buas menganggap kendaraan safari hanya sebagai bagian dari alam sekitarnya, sehingga tidak menimbulkan reaksi menyerang. Bahkan, menurut riset dalam Journal of Animal Ecology, karnivora besar seperti singa sebenarnya cenderung menghindari manusia. 

Mereka lebih sering melihat manusia sebagai ancaman, bukan sebagai mangsa. Naluri menghindar ini semakin menguat ketika kendaraan hadir dengan cara yang konsisten, tidak agresif, dan tidak menimbulkan kesan sebagai sumber bahaya ataupun makanan.

Ada beberapa alasan yang memperkuat mengapa singa cenderung tidak menyerang kendaraan safari. Pertama, persepsi visual mereka mengategorikan kendaraan beserta penumpangnya sebagai satu objek solid yang utuh. 

Sistem penglihatan hewan bekerja dengan cara menilai ukuran, bentuk, dan gerakan suatu objek. Karena itulah, kendaraan safari yang terlihat utuh dan tidak terpecah dianggap sebagai satu kesatuan besar, sehingga tidak dipandang sebagai target serangan.

Kedua, singa pada dasarnya memiliki kecenderungan untuk menghindari manusia. Naluri ini terbentuk selama ribuan tahun sebagai strategi bertahan hidup, sehingga meski manusia berada di dekat mereka, singa justru memilih menjaga jarak. 

Ketiga, kendaraan safari umumnya beroperasi dengan pola yang dapat diprediksi seperti bergerak perlahan, tidak tiba-tiba, dan konsisten. Pola ini membuat singa terbiasa dengan kehadiran kendaraan, sehingga mereka tidak merasa terganggu apalagi terprovokasi untuk menyerang.

Keempat, cara kendaraan safari berperilaku juga sangat menentukan. Para pemandu safari dilatih untuk menjaga jarak aman, mengurangi kebisingan, dan tidak mengganggu aktivitas singa. Dengan begitu, hewan-hewan tidak merasa terancam dan tetap tenang meski ada manusia di sekitarnya.

Terakhir, sebagai predator besar pun cenderung berhati-hati dalam mengambil risiko. Mereka menghindari konfrontasi dengan objek asing yang ukurannya jauh lebih besar atau tidak menyerupai mangsa alami mereka.

Tetap Waspada dengan Serangan 

Meski demikian, bukan berarti singa sama sekali tidak berpotensi menyerang manusia. Serangan memang jarang terjadi, tetapi bisa muncul ketika singa merasa terpojok, terganggu, atau kelaparan. 

Menurut data Statista yang dipublikasikan tahun 2024, singa menewaskan sekitar 250 orang setiap tahun. Sebagian besar insiden terjadi di pedesaan Afrika, biasanya saat manusia beraktivitas di dekat wilayah jelajah singa. 

Risiko meningkat pada malam hari atau musim hujan, ketika mangsa alami singa menyebar lebih jauh sehingga peluang pertemuan dengan manusia jadi lebih besar. Selain itu, singa yang dulunya pernah dipelihara juga bisa menjadi lebih berisiko memangsa manusia. 

Hal ini terjadi karena mereka sudah terbiasa berinteraksi dengan manusia, lalu saat dilepaskan kembali ke alam liar, singa tidak lagi memiliki rasa takut alami terhadap manusia. Sebaliknya, mereka bisa menganggap manusia sebagai musuh atau ancaman perlu dilawan atau bahkan sebagai sumber makanan yang mudah didapat.

Singa yang terluka atau sudah tua dan kesulitan berburu juga cenderung lebih berisiko menyerang manusia sebagai alternatif mangsa. Kondisi seperti musim kawin atau ketika singa melindungi anaknya juga membuat mereka lebih sensitif terhadap gangguan dan lebih cepat bereaksi agresif, bahkan setelah memberi peringatan berupa geraman atau gerakan mengancam.

Saat berpetualangan ke safari, keselamatan selalu menjadi prioritas utama. Kendaraan tertutup, seperti Land Cruiser dengan bodi yang kokoh, biasanya dianggap lebih aman dibanding kendaraan terbuka. Hal ini karena dinding kendaraan berfungsi sebagai penghalang fisik sekaligus membuat singa melihat mobil sebagai satu kesatuan besar yang tidak berbahaya.

Sebaliknya, kendaraan terbuka memang memberikan pengalaman lebih leluasa untuk mengamati satwa, tetapi penumpang otomatis lebih terekspos. Karena itu, di wilayah dengan populasi predator besar yang dikenal lebih penasaran, kendaraan tertutup sering kali lebih dianjurkan untuk memberi rasa aman tambahan.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar