c

Selamat

Senin, 17 November 2025

KULTURA

30 Oktober 2025

16:43 WIB

Membaca Perubahan Tren Wisata Ala Gen Z Dan Milenial

Tren pariwisata global perlahan mengalami perubahan, mau tidak mau mengikuti pola dan kebiasaan dari kalangan gen z dan milenial. Mencari pengalaman baru untuk dieksplorasi.

Editor: Satrio Wicaksono

<p>Membaca Perubahan Tren Wisata Ala Gen Z Dan Milenial</p>
<p>Membaca Perubahan Tren Wisata Ala Gen Z Dan Milenial</p>

Wanita Asia mengenakan busana tradisional Thailand sesuai dengan budaya Thai di Air Terjun Pha Dok Siew, Chiang Mai, Thailand. Shutterstock/apiguide.

JAKARTA - Saat ini telah terjadi tiga pergeseran tren pariwisata secara global, dari sisi sumber wisatawan, demogradi dan pola pemilihan destinasi. Dengan keunikannya tersendiri, gen Z dan milenial menjadi motor baru pertumbuhan pariwisata dunia.

"Ada perubahan demografi, gen Z dan milenial kini menjadi motor baru pertumbuhan pariwisata dunia dengan minat pariwisata paling tinggi. Karena itu, kita perlu menghadirkan pengalaman yang sesuai dengan preferensi mereka,” kata Menteri Pariwisata, Widiyanti Putri Wardhana dalam Tourism Outlook.

Dari sisi demografi, gen Z dan milenial dinilai lebih aktif melakukan pencarian informasi dan inspirasi menggunakan media sosial. Kelompok usia ini juga gemar menjadikan konten para kreator sebagai salah satu cara mengetahui ulasan suatu destinasi wisata bahkan menggunakan generatif kecerdasan buatan (AI) untuk merencanakan perjalanan.

Sementara itu dari sisi motivasi, kedua generasi jauh lebih mementingkan pengalaman dan penyampaian informasi dari pengalaman tersebut.

"52% gen Z rela mengeluarkan uang lebih untuk pengalaman berwisata jauh lebih tinggi dibandingkan generasi sebelumnya, misalnya baby boomers (yang hanya 29%). Perubahan ini membuka peluang besar bagi promosi pariwisata Indonesia," ujarnya, seperti dikutip dari Antara.

Menurutnya, dengan pendekatan digital yang terarah dan berbasis pengalaman, Indonesia bisa menjangkau pasar global dengan cara yang lebih efisien dan lebih personal. Salah satu contoh yang disebutnya telah sukses dikenal dunia adalah Pacu Jalur yang masuk dalam agenda Karisma Event Nusantara (KEN) 2025.

Pacu Jalur meraih puluhan juta impresi di media sosial dan menarik 1,6 juta pengunjung karena promosinya disesuaikan dengan cara generasi muda dalam mencari informasi dan menekankan pengalaman yang autentik.

Selain perubahan demografi, destinasi yang sebelumnya tidak termasuk dalam top of mind atau detour (tempat yang dekat dengan destinasi utama), kini semakin diminati. Hal ini disebabkan karena wisatawan mencari pengalaman baru di destinasi unik yang berbeda dari destinasi utama. Perjalanan intra-regional juga akan semakin diminta dan diminati.

Di Asia Tenggara, katanya, perjalanan wisatawan diperkirakan akan meningkat dari 24% pada 2023 menjadi 30% pada tahun 2030.

"Ini membuka peluang bagi Indonesia untuk mengemas ulang dan memperkaya produk wisata. Menggabungkan destinasi populer dengan destinasi MICE di sekitarnya, menciptakan paket wisata yang lebih autentik," kata dia.

Potensi ini akan semakin menguntungkan bagi Indonesia,  karena sebagai negara dengan kekayaan yang beragam baik dari sisi alam atau budaya. Destinasi yang berdekatan pun akan menawarkan persona berbeda, mulai dari alam, budaya dan kuliner.

Misalnya, wisatawan ke Bali dapat menikmati pantai dan resort, sekaligus melanjutkan ke Banyuwangi untuk merasakan sisi lain di Pulau Jawa.

"Berdekatan ini juga memungkinkan kita untuk memaksimalkan potensi wisatawan intra-regional dengan mendorong mereka untuk tinggal lebih lama dan menjelajahi lebih banyak tempat di Indonesia," kata Widiyanti. 


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar