c

Selamat

Senin, 17 November 2025

KULTURA

18 Februari 2022

11:16 WIB

Memahami Waktu Ideal Dan Kandungan Gizi Sarapan

Tak hanya di soal sarapan atau tidak, waktu ideal dan kandungan gizi sarapan masih menjadi hal yang tidak mengemuka di Indonesia.

Editor: Rendi Widodo

Memahami Waktu Ideal Dan Kandungan Gizi Sarapan
Memahami Waktu Ideal Dan Kandungan Gizi Sarapan
Ilustrasi sarapan. Pixabay

JAKARTA – Kebanyakan orang mengenal sarapan hanya sampai di "sarapan atau tidak". Lebih dari itu, sarapan yang ideal juga ternyata memiliki waktu yang pas agar tidak mengganggu aktivitas sehari-hari.

Dokter Spesialis Gizi Klinik dari Persatuan Dokter Gizi Klinik Indonesia, dr. Diana F. Suganda, M.Kes, SpGK mengatakan, sarapan idealnya dilakukan setengah hingga satu jam sebelum beraktivitas.
 
"Jam sarapan sebelum aktivitas. Tujuan sarapan memberikan energi saat beraktivitas. Setengah jam atau sejam sebelum (beraktivitas) masih oke," katanya dikutip dari Antara, Jumat (18/2).
 
Menurut Diana, sarapan dapat menjadi semacam bahan baku atau energi pertama untuk seseorang beraktivitas. 

Pada anak-anak, khususnya sarapan bisa membantu mereka berkonsentrasi saat belajar.

Baca juga: Kebiasaan Sarapan Muncul Selama Pandemi
 
"Satu-satunya energi untuk otak yang paling mudah (didapatkan) yakni glukosa salah satunya dari karbohidrat. Butuh (juga) protein agar anak konsentrasi, (bisa melakukan) aktivitas harian," tutur dia.
 
Di Indonesia, data memperlihatkan sarapan belum menjadi kebiasaan khususnya di kalangan anak-anak. 

Riset yang dilakukan Pergizi Pangan Indonesia tahun 2013 menunjukkan, hampir 60% anak Indonesia belum memiliki kebiasaan sarapan dengan alasan beragam mulai dari tidak sempat hingga tidak terbiasa sarapan.
 
Sementara itu, berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, sebanyak 44,6% anak Indonesia mengkonsumsi sarapan dengan asupan gizi kurang dari 15% total kebutuhan energi.

Baca juga: Lima Kuliner Tionghoa Yang Punya Makna Saat Imlek
 
Bahkan, sekitar 26,1% anak hanya minum teh, air putih atau susu untuk sarapan. 

Sementara anak usia sekolah membutuhkan 1.550 kalori per hari, mulai dari karbohidrat, protein, hingga lemak, yang mengandung omega 3 dan 6 serta vitamin, mineral dan juga serat untuk mendukung kesehatan dan pertumbuhannya.
 
Jika ini tidak terpenuhi akan berdampak pada pertumbuhan, status gizi hingga penyerapan ilmu di sekolah.
 
Menurut Diana, anak yang tidak terbiasa sarapan mungkin tak akan merasa kelaparan tetapi kurang bisa berkonsentrasi saat belajar karena otaknya tidak cukup mendapatkan energi.
 
"Konsentrasinya kurang, banyak melamun karena otaknya tidak cukup mendapat energi. Anak terlihat mengantuk di sekolah, padahal tadi malam cukup tidur. Otak kurang mendapatkan energi asupan terutama karbohidrat dan protein," jelas dia.
 
Mengetahui fungsi sarapan untuk tubuh, menurut Diana, maka edukasi mengenai sarapan menjadi penting. Dia menuturkan, dari sisi porsi. Sarapan khususnya anak-anak bisa disajikan dalam porsi kecil namun tetap mengikuti kaidah gizi seimbang.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar