c

Selamat

Selasa, 4 November 2025

KULTURA

06 Februari 2024

16:36 WIB

Memahami Perbedaan Stunting Dan Gizi Buruk

Stunting dan gizi buruk adalah dua hal yang berbeda meskipun memiliki kaitan yang mirip di soal buruknya pertumbuhan anak.

Penulis: Annisa Nur Jannah

Editor: Rendi Widodo

Memahami Perbedaan <i>Stunting</i> Dan Gizi Buruk
Memahami Perbedaan <i>Stunting</i> Dan Gizi Buruk
Petugas kesehatan memeriksa pertubuhan fisik balita. Antara Foto/Irwansyah Putra

JAKARTA - Dalam debat capres yang diselenggarakan di Jakarta Convention Center (JCC) Jakarta beberapa waktu lalu, perbincangan tentang stunting dan gizi buruk sempat mengemuka. Secara garis besar, terdapat kerumitan pemahaman pula tentang stunting dan gizi buruk.

Lantas, apa perbedaan antara stunting dan gizi buruk seperti yang telah dibahas dalam debat tersebut?
 
Dilansir dari laman WHO, stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang dialami anak-anak. Anak-anak didefinisikan sebagai kerdil jika tinggi untuk usia mereka di bawah median Standar Pertumbuhan Anak WHO. Berdasarkan tinggi badan ini bisa menjadi indikasi potensi kekerdilan atau masalah pertumbuhan yang memerlukan perhatian lebih lanjut.
 
Seperti diketahui, hasil survei Kementerian Kesehatan tahun 2022 (SSGI 2022) mengungkapkan bahwa di Indonesia, 1 dari 12 anak balita mengalami wasting atau gizi buruk, sementara 1 dari 5 anak balita menderita stunting.
 
Stunting dapat dialami pada awal kehidupan, terutama dalam 1.000 hari pertama kehidupan (HPK). Permasalahan stunting sendiri terjadi sejak dalam kandungan dan akan terlihat saat anak telah menginjak usia dua tahun.
 
Umumnya, stunting terjadi karena asupan makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Selain pertumbuhan yang terhambat, stunting juga kerap dikaitkan dengan perkembangan otak yang tidak maksimal. Hal ini dapat memengaruhi kondisi mental dan kemampuan belajar anak.
 
Sementara itu, wasting atau gizi buruk adalah kondisi ketika tubuh tidak mendapatkan asupan gizi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar pertumbuhan. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar 2018, balita yang menderita gizi buruk di Indonesia setidaknya berjumlah 3,9%. Sedangkan, balita pengidap gizi kurang ada 13,8% di seluruh Indonesia.
 
Berbeda dengan stunting yang dimulai sejak bayi dalam kandungan, gizi buruk biasanya terjadi setelah seorang anak lahir. Di mana tubuhnya tidak mendapatkan asupan nutrisi yang memadai untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan yang sehat.
 
 Gizi buruk dapat menyebabkan pertumbuhan fisik yang terhambat, baik dalam tinggi maupun berat badan. Selain itu, gizi buruk mungkin melemahkan sistem kekebalan tubuh, meningkatkan risiko infeksi dan penyakit.
 
 Anak yang mengalami gizi buruk dapat mengalami penurunan kognitif, kesulitan berkonsentrasi, dan menghadapi masalah dalam pencapaian akademis. Kekurangan nutrisi juga dapat memengaruhi perkembangan fisik dan motorik, termasuk kemampuan motorik halus dan kasar.
 
Stunting merupakan permasalahan gizi yang bersifat lebih kronis dibandingkan gizi buruk karena melibatkan gagal tumbuh pada tingkat yang lebih dini.
 
Cara Mengatasi Stunting dan Gizi Buruk
Menurut laman Kementerian Kesehatan, tindakan yang relatif ampuh dilakukan untuk mencegah stunting pada anak adalah selalu memenuhi gizi sejak masa kehamilan.
 
 Lembaga kesehatan Millenium Challenge Account Indonesia menyarankan agar ibu yang sedang mengandung selalu mengonsumsi makanan sehat nan bergizi maupun suplemen atas anjuran dokter.
 
Selain itu, memberikan ASI sampai bayi berusia 6 bulan juga bisa mengurangi risiko stunting pada anak berkat kandungan gizi mikro dan makro. Selanjutnya, ketika bayi menginjak usia 6 bulan ke atas, ibu sudah bisa memberikan makanan pendamping atau MPASI.
 
 Jangan lupa memantau kesehatan anak lewat kunjungan posyandu, terutama untuk anak yang tampak sangat kurus. Gejala ini biasanya disertai dengan kulit kering, rambut tipis, rentan terhadap infeksi, dan gangguan pertumbuhan dan perkembangan.
 
 Sementara untuk gizi buruk dapat dicegah dengan mengadopsi langkah-langkah seperti memberikan makanan bergizi lengkap dan seimbang sesuai kebutuhan anak, menerapkan pola asuh yang baik, memberikan ASI eksklusif hingga usia 6 bulan.  
 
 Jika terdapat indikasi gizi buruk, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik seperti mengukur tinggi badan, menimbang berat badan, serta mengukur lingkar kepala dan lingkar lengan atas anak.

 


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar