06 Desember 2021
20:59 WIB
Penulis: Gemma Fitri Purbaya
Editor: Satrio Wicaksono
JAKARTA - Beberapa hari belakangan ramai diperbincangkan mengenai beredarnya video seorang perempuan yang memamerkan payudaranya di salah satu bandara yang ada di Indonesia. Pelaku kemudian segera ditangkap atas dugaan pelanggaran UU Pornografi.
Perbuatan yang dilakukan pelaku disebut dengan nama ekshibisionisme. Dilansir dari Psychology Today, ekshibisionisme merupakan kondisi yang ditandai dengan keinginan, fantasi, atau perbuatan yang memperlihatkan alat kelamin pada orang lain tanpa konsensus, khususnya orang asing.
Para pelaku ekshibisionisme ini umumnya mendapatkan gairah atau rangsangan seksual ketika melakukan tindakan tersebut sehingga memasukkan perilaku ini ke dalam gangguan parafilia.
Dikutip dari All About Counseling, ekshibisionisme terbagi menjadi empat kategori:
Penyebab pelaku terjebak dalam perilaku ini pun beragam. Salah satunya bisa jadi karena mengalami kekerasan emosional ketika masih kecil atau berada di keluarga yang disfungsi.
Perilaku ini sebenarnya sah-sah saja untuk dilakukan, asalkan dengan persetujuan. Hanya saja, perilaku ekshibisionisme yang terjadi cenderung tidak mendapatkan konsensus sehingga sering dicap sebagai tindakan kriminal.
Apakah ekshibisionisme bisa ditangani secara medis? Jawabannya, bisa.
Pelaku ekshibisionisme dapat mendapatkan perawatan untuk kondisinya seperti psikoterapi maupun obat-obatan. Namun, sering kali pelaku baru mau mendapatkan perawatan medis ketika perilaku tersebut sudah masuk ke ranah kriminal dan pelaku tertangkap petugas keamanan.
Akan tetapi, model perilaku disebut efektif untuk mengatasi gangguan ekshibisionisme dengan memberikan individu sebuah alat yang dapat mengontrol keinginan mereka dan mencari cara lain yang bisa diterima dibandingkan memperlihatkan genital mereka pada orang lain.
Terapi perilaku kognitif juga dapat membantu individu untuk mengetahui pencetus dari nafsunya dan mengontrol perasaan tersebut dengan cara yang lebih sehat.
Selain itu, ada pendekatan psikoterapi lainnya yang bisa dilakukan untuk mengatasi gangguan ini. Seperti latihan relaksasi, berempati, dan lainnya.