22 Januari 2025
15:09 WIB
Memahami Bagaimana Menguap Bisa Menular Pada Manusia
Walau penyebab pasti menguap menular masih diperdebatkan, tetapi dua hipotesis utama adalah hipotesis mimikri tanpa sadar dan hipotesis pemodelan empati.
Editor: Rendi Widodo
Ilustrasi monyet membuka mulut menangkap kacang. Pixabay
JAKARTA - Kita sering bertanya-tanya mengapa saat melihat seseorang menguap, kita pun entah bagaimana caranya tertular dan ikut menguap. Di level lebih ekstrem bahkan ada orang yang mendengar suara orang menguap atau hanya sekadar memikirkan orang lain menguap pun bisa tertular.
Dikutip dari Psychology Today, sekitar 40% hingga 60% orang tertular menguap saat melihat orang lain menguap. Perilaku ini telah diamati pada manusia dan banyak spesies hewan, seperti anjing peliharaan, simpanse, bonobo, kera, babon gelada, dan bahkan burung beo.
Walau penyebab pasti menguap menular masih diperdebatkan, tetapi dua hipotesis utama adalah hipotesis mimikri tanpa sadar dan hipotesis pemodelan empati.
Teori-teori ini menunjukkan bahwa menguap menular dapat berperan dalam meningkatkan kohesi sosial, baik dengan meniru perilaku orang lain atau dengan berbagi emosi (yaitu, empati).
Hipotesis mimikri tanpa sadar menunjukkan bahwa menguap menular adalah bentuk peniruan otomatis, sebuah fenomena yang dikenal sebagai "efek bunglon".
Konsep ini berpendapat bahwa individu secara alami meniru tindakan orang lain tanpa menyadarinya, yang membantu memperkuat ikatan sosial. Misalnya, dalam sebuah penelitian tentang burung beo, para peneliti menemukan bahwa perilaku menguap dan peregangan burung-burung ini terjadi secara sinkron, mendukung gagasan bahwa perilaku tersebut dapat meningkatkan kohesi sosial.
Mimikri ini kemungkinan membantu menumbuhkan rasa persatuan, karena hewan cenderung merasa lebih terhubung dengan hewan lain yang menunjukkan perilaku serupa.
Hipotesis pemodelan empati mengusulkan bahwa menguap menular terkait dengan empati, kemampuan untuk memahami dan berbagi perasaan dengan orang lain. Dalam pandangan ini, ketika seekor hewan melihat hewan lain menguap, ia merespons dengan empati, seolah-olah mengalami kelelahan atau stres yang sama.
Penelitian mendukung gagasan ini, dengan penelitian menunjukkan bahwa anjing peliharaan menguap lebih sering ketika mereka mengamati pemiliknya menguap daripada ketika mereka mengamati orang asing menguap. Demikian pula, simpanse dan bonobo cenderung menguap lebih sering saat mengamati individu yang mereka kenal.
Menguap menular lebih dari sekadar perilaku yang aneh; Ini terkait erat dengan interaksi sosial, empati, dan sistem neuron cermin.
Dengan memahami bagaimana dan mengapa menguap menular terjadi, para peneliti dapat memperoleh wawasan yang lebih dalam tentang biologi evolusi hewan sosial, termasuk manusia. Ketika penelitian terus mengeksplorasi peran empati dalam penularan menguap, mereka juga dapat menjelaskan mekanisme neurologis yang membantu hewan terikat, berkomunikasi, dan memahami satu sama lain.