10 Desember 2021
12:37 WIB
Penulis: Gemma Fitri Purbaya
Editor: Rendi Widodo
JAKARTA - Di tengah pandemi seperti ini, perubahan masyarakat dalam berkencan pun perlahan mulai beralih ke online. Ini juga didukung oleh banyaknya aplikasi kencan yang bisa diunduh dan digunakan secara gratis.
Sebut saja, mulai dari Tinder, OkCupid, Bumble, Badoo, Datingcom, dan masih banyak lainnya. Namun sayangnya, tidak semua orang yang ditemui di aplikasi kencan adalah orang baik.
Semisal yang dialami oleh Wulan (24), yang saat menggunakan salah satu aplikasi kencan tiba-tiba mendapatkan kiriman foto genital orang yang ditemuinya di sana. Meski ada fitur blokir di aplikasi kencan tersebut, tetapi kejadian itu bukan sekali dua kali dialami Wulan.
Perilaku tersebut dinamai cyberflashing. Cyberflashing sendiri adalah ketika seseorang mengirim foto genital miliknya tanpa konsensus di media sosial ataupun aplikasi kencan.
Cyberflashing merupakan tindak kriminal dan kebanyakan pelakunya adalah laki-laki. Tidak hanya itu, mayoritas korban juga jarang melaporkan insiden tersebut sehingga kasus cyberflashing tidak banyak dibicarakan, walau sering terjadi.
Data dari YouGov Inggris pun menunjukkan bahwa empat dari 10 perempuan yang menggunakan aplikasi kencan menerima foto genital dari laki-laki. Sementara penelitian yang dilakukan oleh Bumble di 2021 memperoleh hasil yang lebih besar lagi. Mereka menemukan kalau 48% pengguna berusia 18 sampai 24 tahun menjadi korban cyberflashing.
"Cyberflashing adalah bentuk intimidasi seksual yang bisa memberikan dampak yang merusak perempuan. Perempuan jadi merasa takut karena tidak nyaman dan berpikir apa yang akan dilakukan oleh mereka yang mengirim foto ini," tutur Clare McGlynn pengajar dari Durham University dikutip dari Cosmopolitan.
Apakah cyberflashing termasuk dalam bagian praktik ekshibisionisme?
Dilansir dari Women's Studies International Forum di 2018, cyberflashing bisa menjadi manifestasi perilaku eksibisionisme dan juga gangguan parafilia. Sebab keduanya sama-sama menunjukkan genital mereka pada orang lain, walaupun eksibisionis umumnya menampilkan genital mereka langsung pada korban, bukan melalui foto ataupun secara online.
Jika menjadi korban cyberflashing, berusahalah tetap tenang dan tidak usah merespon pelaku. Menunjukkan reaksi dikhawatirkan malah dianggap 'tertarik' sehingga pelaku bisa berbuat semakin nekat. Blokir dan laporkan pelaku agar ia tidak bisa melakukan perilaku tersebut di masa depan.
Selalu pastikan mendapatkan persetujuan dari lawan bicara sebelum mengirim foto-foto yang bersifat sensitif. Dengan begitu, perilaku cyberflashing bisa dihindari dan ruang nyaman untuk mencari teman ataupun pasangan di media sosial dan aplikasi kencan bisa tercipta.