c

Selamat

Senin, 17 November 2025

KULTURA

28 Oktober 2025

19:57 WIB

Manfaatkan AI, Hacker Kini Beroperasi Seperti Startup

Kawasan Asia Pasifik dan Jepang (APJ) menjadi medan utama pelaku kejahatan siber yang beroperasi layaknya startup.

Penulis: Arief Tirtana

<p id="isPasted">Manfaatkan AI, <em>Hacke</em>r Kini Beroperasi Seperti<em>&nbsp;Startup</em></p>
<p id="isPasted">Manfaatkan AI, <em>Hacke</em>r Kini Beroperasi Seperti<em>&nbsp;Startup</em></p>

Ilustrasi teknologi keuangan blockchain untuk mengamankan cryptocurrency sebagai bitcoin atau alat pembayaran online dan transaksi uang digital. Shutterstock/NicoElNino

JAKARTA - Kecerdasan buatan (AI) harus diakui telah mempermudah kehidupan manusia. Namun di saat yang sama, teknologi ini juga menghadirkan ancaman yang semakin berbahaya di dunia digital. Teknologi ini telah dimanfaatkan oleh para pelaku kriminal dunia digital atau hacker.

Laporan terbaru CrowdStrike 2025 APJ eCrime Landscape Report yang dirilis Selasa (28/10), mengungkap bahwa kawasan Asia Pasifik dan Jepang (APJ) menjadi medan utama pelaku kejahatan siber yang beroperasi dengan disiplin dan efisiensi, layaknya perusahaan rintisan (startup).

Fenomena ini dikenal dengan istilah enterprising adversary. Istilah ini pertama kali diperkenalkan dalam CrowdStrike 2025 Global Threat Report, menggambarkan pelaku ancaman modern yang bekerja dengan pola pikir korporat. Mereka membangun infrastruktur skalabel, menargetkan korban dengan strategi matang, dan berfokus pada hasil besar.

Serangan ini bisa dijalankan secara cepat, efisien, dan berorientasi dampak. Mengandalkan AI sebagai senjata utama dalam melakukan kejahatan siber. Misalnya, dengan melakukan rekayasa sosial berbasis AI yang meniru gaya bicara manusia, hingga pembuatan malware otomatis yang mempercepat setiap tahap serangan.

Dengan kemampuan AI, para pelaku kejahatan siber kini cenderung melakukan serangan ransomware terhadap organisasi besar, atau dikenal dengan istilah “Big Game Hunting”. Fenomena ini meningkat pesat di kawasan, terutama di India, Australia, dan Jepang.

Dua kelompok baru, KillSec dan Funklocker, memimpin tren Ransomware-as-a-Service (RaaS) dengan memanfaatkan malware berbasis AI yang menargetkan sektor manufaktur, teknologi, dan keuangan. Lebih dari 760 organisasi menjadi korban yang datanya tersebar di situs kebocoran publik, menunjukkan skala serangan yang kini lebih cepat, lebih luas, dan lebih berani.

Menariknya, laporan terbaru CrowdStrike juga mengungkapkan bahwa dunia kejahatan siber tidak hanya bergerak di level teknologi tinggi. Juga, terbentuk ekosistem 'bawah tanah' yang beroperasi dengan ekonomi gelap bernilai miliaran dolar.

Meskipun pemerintah China memperketat pengawasan internet dan menindak keras aktivitas ilegal, marketplace 'bawah tanah' berbahasa Mandarin seperti Chang’an, FreeCity, dan Huione Guarantee, ternyata mampu terus berkembang.

Di pasar digital anonim ini, kredensial curian, kit phishing, malware, dan layanan pencucian uang diperjualbelikan. Dengan nilai transaksi mencapai US$27 miliar hanya di satu platform.

Lebih jauh lagi, pelaku berbahasa Mandarin bahkan memanfaatkan kampanye pengambilalihan akun perdagangan di Jepang untuk memanipulasi harga saham China yang jarang diperdagangkan, menggunakan skema pump-and-dump versi digital.

Sementara di Asia Tenggara, tren serupa muncul dalam bentuk serangan terhadap akun bisnis media sosial bernilai tinggi. Para kelompok peretas yang disebut SPIDERs menargetkan brand dan influencer untuk mencuri akses serta memonetisasi popularitas daring mereka.

Menurut Head of Counter Adversary Operations CrowdStrike, Adam Meyers, laporan terbaru mereka menjadi bukti bahwa kejahatan digita telah mencapai titik kecerdasan buatan untuk saling menandingi.

Pelaku kejahatan siber kini mengkomersialisasi kejahatan digital di Asia Pasifik dan Jepang melalui pasar 'bawah tanah' yang terus berkembang, dan operasi ransomware yang semakin kompleks. Sementara tim pertahanan harus mampu merespons dengan langkah yang tegas, didukung oleh kekuatan AI, dipandu oleh pengalaman manusia, dan bersatu dalam menghadapi ancaman.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar