06 November 2021
17:51 WIB
Penulis: Chatelia Noer Cholby
Editor: Rendi Widodo
JAKARTA - Apakah kalian pernah mendengar fenomena mandela effect? Istilah tersebut memang cukup asing di telinga, namun mungkin secara tidak sadar kalian pernah mengalami fenomena mandela effect.
Dikutip dari Medical News Today, mandela effect merupakan situasi di mana seseorang atau sekelompok orang memiliki ingatan yang salah (terdistorsi). Mereka mempercayai suatu peristiwa terjadi, padahal faktanya itu tidak terjadi.
Salah satu contoh dari peristiwa tersebut adalah kartun "Curious George". Serial kartun ini menggambarkan tokoh George si kera pintar. Seperti diketahui, kera pasti memiliki ekor pada bagian belakangnya.
Banyak orang meyakini hal yang sama pada sosok George tersebut. Akan tetapi, banyak orang yang tidak sadar bahwa si kera pintar itu tak mempunyai ekor pada bagian belakangnya. Meski begitu, semuanya percaya bahwa ia adalah seekor kera.
Munculnya Mandela Effect
Dilansir dari Healthline, istilah ini muncul dari seorang paranormal consultant bernama Fiona Broome. Ia mencoba mengingat sosok Nelson Mandela, mantan Presiden Afrika Selatan sekaligus pejuang anti-apartheid.
Wanita itu meyakini, bahwa mantan presiden tersebut telah meninggal di penjara pada era 1980-an. Menurutnya, kematian itu telah ramai diberitakan dan istri Mandela pun telah memberikan pidato duka.
Faktanya, Mandela meninggal pada 5 Desember 2013 atau tepat pada usia 95 tahun. Ia pun meninggal karena sakit. Menariknya, banyak orang yang memiliki ingatan seperti Fiona. Dari peristiwa keliru tersebut, akhirnya muncul fenomena Mandela Effect.
Faktor Terjadinya Mandela Effect
Pada kondisi ini individu mengingat peristiwa yang tidak pernah terjadi. Selain itu, ada juga individu yang mengingat detail peristiwa tapi secara berbeda. Tentunya, kondisi seperti ini dipengaruhi beberapa faktor seperti;
Ingatan palsu
Individu tidak dapat mengingat dengan jelas peristiwa yang terjadi. Hingga akhirnya mengalami keliru terhadap suatu peristiwa. Sebab, ingatan manusia tidak bekerja layaknya kamera video yang mampu menangkap semua kejadian secara rinci.
Beberapa individu mungkin dapat mengingat suatu peristiwa. Akan tetapi, tidak dengan penggambaran yang akurat. Oleh karena itu, ada beberapa kekeliruan yang terjadi dalam penggambaran peristiwa tersebut.
Priming
Peristiwa mandela effect ini juga dipengaruhi oleh priming. Adanya sebuah proses menghubungkan dengan peristiwa lain atau pemberian sugesti. Hal ini pun membuat individu merasa yakin dengan ingatannya.
Apalagi biasanya kondisi ini kerap terjadi di kalangan masyarakat. Misalnya, kelompok masyarakat yang memiliki ingatan salah itu mendominasi. Hingga akhirnya kelompok minoritas tidak punya pilihan lain selain mempercayai ingatan golongan mayoritas.
Konfabulasi
Terakhir, peristiwa kepercayaan yang keliru ini terjadi karena konfabulasi. Individu mengingat rincian dari peristiwa tertentu yang sebenarnya tidak pernah terjadi. Biasanya, teknik konfabulasi ini digunakan untuk menyembuhkan penderita gangguan otak.
Sebab, cara ini dipercaya dapat membantu seseorang mengingat sebuah urutan peristiwa yang paling mungkin terjadi. Sayangnya, hal tersebut malah memicu mandela effect. Sebab, seseorang menambah, mengurangi, atau memelintir ingatan mereka.
Dengan demikian, mungkin tidaklah mudah untuk mengidentifikasi ingatan yang keliru. Apalagi bila sebuah kekeliruan tersebut telah dipercaya oleh kelompok mayoritas. Akan tetapi, kita dapat menanyakan dan mengklarifikasi kebenaran ingatan kita kepada orang lain.