06 Desember 2022
11:41 WIB
Penulis: Tristania Dyah Astuti
Editor: Rendi Widodo
JAKARTA - Genjer merupakan salah satu tanaman yang kerap menjadi musuh bagi para petani karena kehadirannya dinilai dapat menurunkan hasil produksi pertanian. Oleh karena itu, genjer biasanya akan dicabut dan dibuang begitu saja.
Tapi meski dianggap sebagai tanaman hama, di tangan lima mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM), genjer diolah menjadi produk berkhasiat dan bernilai jual.
Annisa Nur Wijayanti, dari Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan UGM bersama rekannya mengolah genjer menjadi minuman yogurt yang kaya manfaat bagi kesehatan.
Minuman ini diberi nama Yoger atau Yoghurt Genjer. Produk ini dibuat dengan mengombinasikan olahan susu yang difermentasikan dengan bakteri lctobacillus bulgaricus, dengan genjer yang sudah dikeringkan dan diolah menjadi tepung genjer.
Annisa mengatakan, produk ini diciptakan dengan tujuan untuk membantu masyarakat memenuhi kebutuhan serat harian. Mengingat rata-rata konsumsi serat harian masyarakat Indonesia masih dalam kategori rendah.
“Produk ini untuk melengkapi gaya hidup sehat bagi masyarakat dengan menghadirkan cara baru yang lebih unik dan kreatif sebagai solusi baru untuk mengonsumsi sayuran,” kata Annisa seperti dikutip dari laman UGM.ac.id, Selasa (6/12).
Ia menambahkan, kombinasi dari yoghurt dan genjer dipilih karena kandungannya diketahui bermanfaat untuk mencegah dislipidemia serta gangguan pencernaan.
Dislipidemia adalah kondisi di mana kadar lemak dalam darah tidak normal. Lemak tersebut meliputi lipoprotein densitas rendah (LDL), lipoprotein densitas tinggi (HDL), dan trigliserida.
Jika LDL terlalu tinggi dapat memicu kolesterol tinggi yang menyebabkan terjadinya gumpalan atau plak di dinding arteri. Sementara kadar kolesterol HDL yang rendah dapat meningkatkan risiko pembekuan darah. Artinya, dislipidemia dapat menyebabkan masalah jantung.
Di sisi lain, genjer sebagai sayuran hijau kaya akan serat sehingga baik untuk mendukung kelancaran dan kesehatan ekosistem pencernaan.
Dosen pendamping dalam tim ini, sekaligus tenaga pengajar di Departemen Gizi Kesehatan UGM, Fatma Zuhrotun Nisa menilai inovasi ini memiliki prospek yang baik. Karena mengangkat jenis tanaman yang memiliki banyak manfaat bagi kesehatan, namun jarang dikonsumsi bahkan kurang dikenal oleh masyarakat luas.
“Bahan produksi juga cukup tersedia di daerah tertentu dan produknya mudah dibuat. Hanya saja mungkin perlu proses untuk mengenalkan produk ke masyarakat, seperti melalui iklan ataupun pameran-pameran agar semakin dikenal,” terang Fatma.
Menariknya lagi, inovasi ini juga tidak mengesampingkan kepedulian terhadap lingkungan. Seluruh kemasan Yoger ini terdapat QR code, jika di scan akan muncul poster yang berisi edukasi daur ulang kemasan Yoger yang diberi nama Yo-recycle.
Yo-recycle adalah wadah pengumpulan kemasan khusus botol produk yoger agar tidak menjadi sampah dan mencemari lingkungan. Wadah ini pun bagian dari pengembangan inovasi yoger Annisa dan rekan-rekannya.
Inovasi yoger ini merupakan bagian dari Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Kewirausahaan (PKM-K) UGM yang memperoleh pendanaan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek). Dalam menjalankan program ini Annisa juga bekerjasama dengan rekan-rekannya dari fakultas lain.