c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

KULTURA

19 Februari 2025

18:50 WIB

Luhut Ingin RI Buat Tandingan Deepseek Dan ChatGPT

Luhut meyakini Indonesia memiliki talenta digital yang mumpuni untuk mengembangkan sistem teknologi serupa

<p id="isPasted">Luhut Ingin RI Buat Tandingan Deepseek Dan ChatGPT</p>
<p id="isPasted">Luhut Ingin RI Buat Tandingan Deepseek Dan ChatGPT</p>

Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan saat ditemui usai acara The Economic Insights 2025 di Jakarta, Rabu (19/2/2025). ANTARA/Imamatul Silfia

JAKARTA - Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan menginginkan Indonesia untuk membuat sistem kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) seperti DeepSeek dan ChatGPT.

“Saya kira ini penting. Orang bicara DeepSeek, kenapa kita tidak studi mengenai itu? Tidak selalu mahal, harga itu bisa,” kata Luhut dalam acara The Economic Insights 2025 di Jakarta, Rabu (19/2).

Dia meyakini Indonesia memiliki talenta digital yang mumpuni untuk mengembangkan sistem teknologi serupa. Sebagai contoh, aplikasi seperti PeduliLindungi, Simbara, hingga e-katalog dikembangkan oleh talenta digital dalam negeri.

Maka, dia yakin Indonesia mempunyai kemampuan yang memadai untuk mengembangkan sistem digital. “Masa hanya China dan Amerika Serikat saja yang bisa,” tandasnya.

Untuk diketahui, DEN mengusung empat pilar terkait layanan digital pemerintah atau government technology (govtech).

Pilar pertama terkait dengan optimalisasi penerimaan negara, baik pajak maupun penerimaan negara bukan pajak (PNBP). Sistem digital dalam pilar ini yaitu Coretax untuk pajak dan Simbara untuk PNBP melalui mineral dan batu bara.

Pilar kedua menyoal efisiensi belanja negara, yakni lewat sistem e-catalogue versi 6.0. Sistem ini hadir dengan fitur baru seperti pengawasan real-time, integrasi lintas kementerian dan lembaga, analisis kebutuhan otomatis, serta evaluasi vendor berbasis data untuk memastikan belanja negara tepat sasaran dan bebas dari pemborosan.

Pilar ketiga terkait dengan pelayanan publik, seperti administrasi kependudukan, SIM, paspor, pendidikan, dan kesehatan. Sistem digital pada bidang ini dirancang untuk mengurangi birokrasi berlebih dan memberikan pengalaman yang lebih mudah serta cepat bagi masyarakat.

Adapun pilar terakhir menyangkut kemudahan berusaha lewat sistem Online Single Submission (OSS). Menurut Luhut, Presiden Prabowo Subianto ingin govtech dapat terintegrasi pada Agustus 2025.

Masih Mengeksplorasi
Sebelumnya, Wakil Menteri Komunikasi dan Digital (Wamenkomdigi) Nezar Patria mengatakan, Pemerintah masih mengeksplorasi teknologi kecerdasan artifisial (artificial intelligence/AI) untuk mengoptimalkan pengembangan teknologi tersebut di Indonesia.

"Kami masih mempelajari ya perkembangannya karena ini kan inovasi-inovasi teknologi, dan kita melihat tentu saja apa yang dihasilkan oleh DeepSeek itu tentu saja bisa menjadi satu alternatif ya (untuk pengembangan AI di Indonesia)," kata Nezar ditemui Kantor Kementerian Komdigi, Jakarta Pusat, Senin (17/2).

Hal itu disampaikan Nezar menanggapi langkah dari negara-negara lain yang saat ini justru memblokir dan tidak mengizinkan DeepSeek beroperasi di negaranya. DeepSeek sendiri, pada awal 2025 menciptakan kehebohan global dengan merilis model AI terbaru mereka yaitu DeepSeek R1 yang dapat digunakan secara gratis oleh banyak pengguna.

Dengan layanan yang mirip seperti dengan ChatGPT dari OpenAI, startup asal China tersebut ternyata mendapatkan banyak pelarangan dan pembatasan di beberapa negara karena dianggap membawa potensi ancaman keamanan siber. Beberapa negara yang telah melakukan pembatasan dan pelarangan penggunaan teknologi dari DeepSeek, di antaranya seperti Korea Selatan, Italia, Australia, dan Taiwan..


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar