02 Oktober 2025
19:51 WIB
Live Streaming Jadi Sarana Menyebarkan Keindahan Kain Batik Indonesia
Kreator Indonesia memanfaatkan momen Hari Batik Nasional untuk menampilkan busana batik dalam siaran langsung mereka.
Penulis: Annisa Nur Jannah
Editor: Satrio Wicaksono
Proses Pembuatan Batik Ciwaringin. Shutterstock/Adjie Rosadi |
JAKARTA - Tepat pada 2 Oktober, Indonesia memperingati Hari Batik Nasional, sebuah momen yang sekaligus menjadi pengingat akan perjalanan panjang batik sebagai warisan budaya bangsa. Jejak batik di Nusantara telah ada sejak berabad-abad lalu.
Bukti tertua terlihat pada prasasti dan relief candi yang menggambarkan orang-orang mengenakan kain bermotif. Pada awalnya, batik dibuat secara manual menggunakan canting dan malam yang digambar langsung di atas kain.
Proses yang rumit dan penuh ketelatenan ini menjadikan batik pada masa itu hanya dikenakan oleh kalangan bangsawan dan keluarga kerajaan. Di masa kerajaan Jawa, batik tidak sekadar berfungsi sebagai pakaian, melainkan juga sarat makna simbolis.
Beberapa motif bahkan memiliki aturan khusus, seperti motif parang rusak yang hanya boleh dikenakan raja atau keturunan bangsawan karena melambangkan kekuasaan dan keagungan. Sementara itu, motif lain dipakai dalam berbagai upacara penting, mulai dari pernikahan, kelahiran, hingga kematian, sebagai simbol doa dan harapan.
Seiring waktu, tradisi batik menyebar ke berbagai daerah di Indonesia dan melahirkan kekayaan corak yang khas. Salah satunya dari Yogyakarta dan Solo dikenal dengan batik klasik bernuansa filosofis. Ragam corak inilah yang menjadikan batik bukan hanya busana, melainkan juga representasi keberagaman budaya sekaligus identitas bangsa.
Memasuki abad ke-20, batik semakin dekat dengan kehidupan sehari-hari. Tidak lagi terbatas pada upacara adat, batik hadir dalam bentuk kemeja, gaun, hingga aksesori.
Perkembangan teknologi tekstil juga melahirkan batik cap dan printing yang lebih cepat diproduksi, meski batik tulis tetap dianggap paling bernilai karena proses pembuatannya yang penuh makna. Puncaknya, pada 2 Oktober 2009, UNESCO menetapkan batik sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpiece of the Oral and Intangible Heritage of Humanity).
Sejak saat itu, setiap tanggal 2 Oktober diperingati sebagai Hari Batik Nasional, sebagai bentuk penghargaan dunia sekaligus pengingat bagi masyarakat Indonesia untuk terus menjaga dan melestarikan warisan budaya yang menjadi identitas bangsa ini.
Batik di Era Digital
Seiring berkembangnya era digital, cara merayakan batik pun ikut bertransformasi. Jika dahulu batik hanya hadir dalam acara budaya atau perayaan formal, kini batik juga tampil di panggung global melalui ruang digital.
Salah satu platform live streaming, Bigo Live, menjadi sarana baru bagi para kreator untuk memperkenalkan batik kepada audiens internasional. Beberapa kreator Indonesia bahkan memanfaatkan momen Hari Batik Nasional untuk menampilkan busana batik dalam siaran langsung mereka.
Salah satunya adalah Lilypop, kreator yang pernah mewakili Indonesia di ajang internasional dan dengan bangga mengenakan batik di hadapan penonton dunia.
"Batik selalu menjadi dan akan selalu tetap menjadi warisan budaya Indonesia. Saya merasa bangga setiap kali mengenakannya, terutama saat mewakili negara saya di luar negeri. Bagi saya, mengenakan batik adalah salah satu cara paling bermakna untuk memperkenalkan kekayaan warisan kita kepada dunia," ujar Lilypop dalam keterangan yang diterima.
Keterlibatan para kreator ini menunjukkan bagaimana batik dapat hidup kembali dalam bentuk baru dengan sentuhan modern sekaligus menjangkau generasi muda. Kehadiran batik di platform digital membuat warisan ini tetap terjaga sekaligus semakin dikenal luas lintas negara.
Melalui siaran langsung yang dapat diakses dari berbagai belahan dunia, batik mendapat panggung baru untuk diperkenalkan kepada audiens global.