c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

KULTURA

13 Oktober 2025

14:19 WIB

Limbah Kelapa Sawit Disulap Jadi Wadah Makan Styrofoam Ramah Lingkungan

Keprihatinan akan masih tingginya penggunaan plastik sekali pakai termasuk styrofoam, melahirkan ide untuk membuat inovasi produk serupa dari bahan ramah lingkungan, dinamakan Bioflaeis.

Editor: Satrio Wicaksono

<p>Limbah Kelapa Sawit Disulap Jadi Wadah Makan <em>Styrofoam</em> Ramah Lingkungan</p>
<p>Limbah Kelapa Sawit Disulap Jadi Wadah Makan <em>Styrofoam</em> Ramah Lingkungan</p>

Bioflaeis, styrofoam ramah lingkuan dari limbah kelapa sawit buatan mahasiswa USU. Sumber foto: usu.ac.id.

JAKARTA - Berawal dari keprihatinan dari tingginya limbah plastik dari penggunaan styrofoam sebagai wadah makanan, tercetusnya ide untuk melahirkan inovasi produk serupa namun ramah lingkungan. Dinamakan Bioflaeis, tim mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU) menciptakan styrofoam dari limbah kelapa sawit dan daun pepaya.

Tim ini terdiri dari Shintia Florensia Silaban, Yeggin Damanik, Feodora Nicole Holongy Sitompul, dan Gita Triani Sinaga, dari Teknik Kimia, serta Letminda Oftavya Purba dari Ekonomi Pembangunan, dengan dosen pembimbing Ilham Perkasa Bako. 

Ilham mengatakan, Bioflaeis bukan sekadar karya kewirausahaan, tetapi juga bukti ilmu pengetahuan dapat menjawab persoalan sehari-hari. Hal ini merupakan bagian dari esensi pendidikan tinggi, tidak hanya melahirkan teori, tetapi juga solusi yang membumi dan berdampak langsung. 

"Bioflaeis menunjukkan bahwa kreativitas mahasiswa bisa menjembatani sains, teknologi, dan kebutuhan masyarakat. Dari bahan yang sering dianggap sampah, lahir produk bernilai yang ramah lingkungan,” ujarnya.

Selain berinovasi untuk sesuatu yang lebih ramah lingkungan, oroduk ini juga diharapkan bisa menjadi jawaban atas tingginya penggunaan plastik styrofoam yang mengandung zat berbahaya bersifat karsinogenik.

Karenanya, kata dia seperti dikutip dari Antara, tim mahasiswa melihat peluang dari limbah yang kerap terabaikan. Pelepah kelapa sawit yang hanya menumpuk, ternyata kaya selulosa dan hemiselulosa. Sementara daun pepaya yang produksinya melimpah namun jarang dimanfaatkan, menyimpan senyawa bioaktif dengan sifat antibakteri dan antijamur.

Kedua bahan baku ini kemudian dikombinasikan menjadi Bioflaeis, kemasan makanan ramah lingkungan yang tidak hanya mudah terurai (biodegradable), tetapi juga mampu menjaga kualitas daya simpan makanan. Inovasi produk ini bisa menjadi solusi inovatif untuk menggantikan plastik dan styrofoam sekali pakai.

Bioflaeis, lanjut dia, diharapkan hadir sebagai jawaban atas tumpukan sampah plastik, sekaligus memberi nilai baru pada limbah pertanian yang sebelumnya terbuang sia-sia.

Siap Dipasarkan 

Lebih lanjut dia mengatakan, produk itu sudah siap untuk dipasarkan dengan memanfaatkan kekuatan media sosial dan promosi langsung ke pelaku UMKM kuliner, kafe, dan restoran. Strategi itu dipilih karena konsumen muda dan usaha makanan kecil menengah, kini semakin peka terhadap gaya hidup berkelanjutan.

Dengan pendekatan ini, lanjutnya, Bioflaeis diharapkan lebih cepat dikenal, diterima, dan membuka ruang kolaborasi dengan industri yang peduli lingkungan. 

Dukungan berbagai pihak diyakini dapat memperkuat posisi Bioflaeis sebagai solusi nyata dalam mengurangi limbah plastik, sekaligus mengoptimalkan potensi limbah pertanian Indonesia.

Sementara itu, Rektor USU, Prof. Muryanto Amin menyebut program ini menjadi wadah yang tepat bagi mahasiswa untuk mengaplikasikan ilmu dan keterampilan mereka dalam menghasilkan solusi inovatif.

Menurutnya, melalui produk, seperti Bioflaeis, mahasiswa tidak hanya menunjukkan kreativitas, tetapi juga komitmen mereka terhadap kelestarian lingkungan.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar