03 September 2024
20:51 WIB
Kontroversi Tiket Tur Konser Oasis, Harga Naik Lebih 2 Kali Lipat
Meski sebenarnya sistem tiket dinamis legal, namun yang terjadi untuk tiket reuni Oasis dianggap sangat tidak wajar. Seakan menjebak mereka yang sudah mengantri dengan lonjakan harga yang tak wajar.
Penulis: Andesta Herli Wijaya
Editor: Satrio Wicaksono
Penampilan Liam Gallagher dalam konser bertajuk Liam Gallagher of OASIS World Tour 2018 di Ecovention Hall Ancol, Jakarta, Minggu (14/1/2018). ANTARA FOTO/Wahyu Putro A/foc/aa.
JAKARTA – Antusiasme penggemar terhadap rencana tur konser reuni Oasis terganggu karena masalah penjualan tiket. Kini, banyak penggemar kecewa karena berhadapan dengan harga tiket yang melonjak, setelah mereka menghabiskan waktu lama mengantri di situs pembelian.
Banyak penggemar yang akhirnya gagal membeli tiket setelah mengantri berjam-jam. Sebagian lainnya tetap membeli tiket meski harus membayar jauh lebih tinggi daripada harga yang diumumkan semula oleh promotor bersama pihak penyedia platform penjualan tiket.
Diketahui, tiket konser reuni Oasis di Inggris dan Irlandia pada 2025 mendatang dijual melalui Ticketmaster mulai akhir pekan lalu. Penjualan itu memantik kehebohan dan juga beragam komentar karena harga yang melambung secara mengejutkan.
Beberapa penggemar melaporkan, mendapatkan penawaran harga mencapai 350 poundsterling (sekitar Rp7,1 juta), sebagaimana dikutip dari BBC, Selasa (2/9). Harga tersebut adalah pembaruan untuk harga tiket (menonton berdiri) yang sebelumnya diumumkan di harga 135 poundsterling.
Harga yang berubah tanpa sepengetahuan calon pembeli, membuat banyak orang melontarkan kritik tajam terhadap penyelenggara dan juga penyedia layanan penjualan tiket. Banyak yang geram karena penerapan harga dinamis, terasa seperti eksploitasi ekonomi bagi penggemar.
Ticketmaster selaku penyedia layanan mengatakan kepada BBC bahwa mereka tidak bertanggung jawab dalam penetapan harga, termasuk sistem harga dinamis, melainkan tergantung pada penyelenggara acara. Maka penyelenggara dalam hal ini, SJM bersama Live Nation yang merupakan induk bisnis Ticketmaster.
Sistem ‘tiket dinamis’ sendiri adalah sistem yang legal secara hukum. Konsep ini mengacu pada praktik peningkatan harga seiring tingginya permintaan atas suatu produk, dalam hal ini tiket konser.
Namun mengingat gelombang antusiasme publik yang besar atas reuni Oasis mendatang, banyak pihak menyebut sistem yang diterapkan penyelenggara, termasuk juga penyedia layanan penjualan tiket, cenderung eksploitatif.
Sistem tersebut seperti menjebak calon pembeli, di mana mereka telah menghabiskan waktu berjam-jam untuk antri membeli, dan ketika tiba waktunya, harus memutuskan untuk membeli atau batal hanya dalam beberapa detik.
Dengan kata lain, praktik ini seolah mengeruk keuntungan dari ketiadaan pilihan publik untuk mengakses konser tersebut. Ini sekaligus dianggap mencoreng jiwa Oasis, band yang mereka promosikan, yang terkenal akan kedekatan mereka dengan kelas pekerja, berikut isu-isu keadilan ekonomi di dalamnya.
Ticketmaster sendiri pertama kali memperkenalkan harga dinamis pada tahun 2022, diperkenalkan sebagai upaya meminimalisir calo. Sebelum ini, beberapa musisi juga telah menggunakan, atau paling tidak menyetujui konsep harga dinamis ini, termasuk untuk konser Harry Styles, Coldplay hingga Blackpink di Inggris. Sementara beberapa musisi tampaknya tak bersetuju, menolak tegas penerapan harga dinamis, seperti tampak pada Eras Tour-nya Taylor Swift.
Pemerintah Inggris Turun Tangan
Kontroversi penjualan tiket Oasis membuat Pemerintah Inggris turun tangan. Pemerintah baru-baru ini mengatakan akan menyelidiki Ticketmaster, khsusunya terkait sistem penjualan tiket dengan harga dinamis, termasuk aspek transparansi penyedia layanan.
“Ada sejumlah teknik yang dilakukan di sini, di mana orang membeli banyak tiket, menjualnya kembali dengan harga yang sangat mahal. Dan itu tidak adil - itu hanya membuat orang tidak mampu membeli tiket,” kata Perdana Menteri Keir Starmer dalam laporan BBC.
Dari sisi lainnya, dalam konteks negara-negara Eropa, anggota Parlemen Eropa dari Dublin Regina Doherty telah meminta agar Ticketmaster diselidiki oleh Komisi Perlindungan Konsumen dan Persaingan Usaha Irlandia (CCPC), menurut laporan Reuters. Badan ini meyakini ada kekhawatiran yang sah seputar pengalaman konsumen akhir pekan ini dan sedang meninjau situasi tersebut, kata seorang juru bicara.
CCPC akan mempertimbangkan semua opsi untuk memastikan hukum perlindungan konsumen dipatuhi.
Ini bukan pertama kalinya Ticketmaster, unit usaha Live Nation mendapat kritik dan sorotan publik. Selama bertahun-tahun, penggemar konser dan politisi telah menyerukan pemeriksaan ulang sistem pembelian Ticketmaster yang beberapa kali menunjukkan adanya masalah. Pada 2022 lalu, Ticketmaster dikecam setelah kekacauan penjualan tiket tur konser Taylor Swift tahun tersebut.
Departemen Kehakiman Inggris pada April lalu bahkan mengajukan gugatan anti monopoli terhadap Live Nation dan unit penjualan tiketnya Ticketmaster pada bulan April lalu. Di luar soal kontroversi ‘harga dinamis’ perusahaan ini diduga memonopoli pasar di seluruh lini industri konser langsung.
Oasis akan menggelar tur konser reuni mereka di Inggris dan Irlandia pada musim panas 2025, sepanjang Juli s.d. Agustus. Agenda konser ini menjadi salah satu konser terpenting di industri musik masa kini, karena akan menandai momentum pertama kalinya reuni Noel dan Liam Gallagher setelah 15 tahun bubar.
Adapun tiket tur Oasis di Inggris dan Irlandia dilaporkan sudah ludes terjual pada Minggu (1/9) lalu, meski ada kontroversi soal pelonjakan harga tiket.