27 Agustus 2025
20:26 WIB
Koneksi Sosial Jadi Alasan Gen Z Gabung Komunitas Olahraga
Laporan Strava menunjukkan alasan terbesar di balik semangat Gen Z masuk komunitas olahraga untuk mencari koneksi sosial.
Penulis: Arief Tirtana
Editor: Satrio Wicaksono
Warga berolahraga di kawasan Stadion Utama Gelora Bung Karno (SY GBK), Senayan, Jakarta, Minggu (21/8/2022). Kawasan SU GBK menjadi salah satu alternatif lokasi warga Ibu Kota berolahraga. ANTARA FOTO/Galih Pradipta
JAKARTA - Tren hidup sehat lewat olahraga yang berkembang di Indonesia dalam beberapa tahun belakangan, masih terus mengalami peningkatan. Peningkatan diungkapkan dalam laporan salah satu aplikasi olahraga populer, Strava, dalam "Year in Sport Trend Report".
Laporan tren tahunan ini merangkum 50 jenis olahraga dan data aktivitas dari seluruh dunia, yang menggambarkan beragam cara kebugaran membentuk kehidupan di berbagai negara. Bukan hanya peningkatan, secara spesifik laporan ini juga mengungkapkan tren yang berkembang, bagaimana kalangan masyarakat menjalani aktivitas olahraganya sehari-hari.
Salah satu yang menonjol dari laporan ini adalah alasan mereka melakukan olahraga. Bukan sekadar mendukung kesehatan, tapi juga untuk membuka koneksi sosial atau jaringan pertemanan.
Temuan Strava menunjukkan 55% Gen Z yang berolahraga, mengaku bahwa koneksi sosial menjadi alasan utama mereka bergabung ke dalam grup kebugaran (komunitas olahraga).
Data ini membuktikan bahwa mereka tak hanya terdorong oleh sensasi di setiap latihan, tetapi kebersamaan dari sebuah komunitas. Bergabung dengan klub kebugaran tidak hanya bermanfaat untuk memperluas koneksi, tetapi juga membantu pengguna tetap konsisten mencapai target.
Data tersebut juga didukung meningkatnya jumlah komunitas di Indonesia. Dalam laporan Strava, peningkatan paling banyak terjadi pada komunitas lari. Di Indonesia, jumlah klub lari baru di Strava tumbuh 5,8 kali lipat dibanding periode yang sama tahun lalu.
Sebagai aplikasi olahraga, Strava juga menghadirkan kesempatan penggunanya untuk tergabung dalam komunitas olahraga, Untuk lari, ada lebih dari 1 juta klub di Strava seperti Strava Runners Indonesia, Indonesia Berlari, atau She-Runs.
Selain tren berolahraga untuk membuka jaringan, terungkap pula bahwa jiwa kompetisi para pegiat olahraga di Indonesia semakin meningkat. Baik itu kompetisi dengan diri sendiri, dengan upaya meningkatkan catatan pribadi, hingga kompetisi dengan orang lain.
Laporan Strava mengungkapkan, 66% pelari dan pesepeda di aplikasi mereka telah mencapai rekor pribadi baru di tahun ini. Namun menariknya, pemecahan catatan rekor pribadi itu lebih banyak ditorehkan oleh Baby Boomers, alih-alih Gen Z yang lebih muda.
Jumlahnya, 58% generasi Baby Boomer telah mencapai rekor pribadi dalam suatu segmen kegiatan yang dilakukan di tahun 2025 ini. Sementara hanya 36% Gen Z yang bisa menggapai capaian terbaiknya.
Di olahraga lari, dengan banyaknya ajang maraton yang digelar jelang akhir tahun, 42% pelari telah mencatatkan waktu terbaik pribadi untuk jarak 5k, 10k, 21k, atau full marathon. Sementara di olahraga sepeda, target 5.000 km menjadi tujuan jarak tempuh bersepeda paling populer.