09 Oktober 2025
20:19 WIB
Kehidupan Rahasia Si Monyet Berhidung Pesek Yunnan
Monyet Yunnan memiliki beragam keunikan, dari hidungnya yang pesek hingga menjadi spesies yang tinggal di ketinggian hingga 4.700 mdpl. Kawanannya memiliki kebiasaan yang unik pula.
Penulis: Annisa Nur Jannah
Editor: Satrio Wicaksono
Monyet Hidung Pesek Yunnan. neprimateconservancy.org
JAKARTA - Di antara lembah bersalju dan hutan berkabut di barat daya Tiongkok, tepatnya di Provinsi Yunnan hingga sebagian wilayah Tibet, hidup satu spesies langka menawan dan juga penuh keunikan, yakni Yunnan snub-nosed monkey atau monyet berhidung pesek Yunnan.
Monyet ini mendiami kawasan Pegunungan Yunling, di ketinggian luar biasa antara 3.000 hingga 4.700 meter di atas permukaan laut, wilayah yang terbentang di antara Sungai Yangtze di timur dan Sungai Mekong di barat.
Bayangkan, mereka hidup di tempat dengan udara sangat tipis dan suhu yang sering turun di bawah nol derajat. Namun bukannya menyerah pada dinginnya alam pegunungan, spesies ini justru menjadi satu-satunya primata selain manusia yang mampu bertahan di ketinggian ekstrem tersebut.
Rahasianya ada pada adaptasi luar biasa yang mereka miliki. Tubuh mereka diselimuti bulu tebal untuk menahan dingin, sementara sistem metabolisme mereka menyesuaikan diri dengan udara tipis dan suhu ekstrem.
Mereka hidup di hutan gugur, konifer, hingga hutan campuran rimbun, rumah alami yang melindungi mereka dari cuaca keras pegunungan. Secara fisik, monyet Yunnan termasuk besar.
Jantan dewasa bisa mencapai berat 14 kilogram, sementara betina sekitar 9 kilogram. Panjang tubuhnya berkisar antara 50 hingga 80 sentimeter dengan ekor yang bisa memanjang hingga 75 sentimeter.
Perbedaan ukuran antara jantan dan betina ini disebut dimorfisme seksual atau perbedaan fisik yang jelas antara dua jenis kelamin. Namun, di balik tubuh kokohnya, ada satu hal yang bikin banyak orang tersenyum karena mereka mudah bersin saat hujan.
Melansir laman Animal World, monyet ini akan bersin setiap kali hujan turun. Hal ini bukan karena sakit, tapi karena bentuk hidungnya yang pesek dan menengadah membuat air mudah masuk ke lubang hidung.
Sahabat dekat mereka, golden snub-nosed monkey, bahkan lebih mencuri perhatian. Dengan bulu keemasan yang tebal, mata biru seperti kristal, dan hidung mungil yang seolah hasil sketsa kartunis, mereka tampak seperti boneka hidup.
Tapi saat hujan mulai turun di hutan lembap pegunungan Tiongkok, keindahan itu berubah jadi tantangan lucu. Lubang hidung yang menghadap ke atas membuat mereka sangat sensitif terhadap air.
Begitu hujan mengguyur, satu kelompok bisa terdengar bersin bersama dari atas pepohonan seperti paduan suara kecil yang kompak. Penduduk lokal bahkan sering melihat mereka menunduk, membungkuk, atau berpelukan rapat agar air tak masuk ke hidung mereka.
Ironis memang. Alam memberinya wajah yang memesona, tapi lupa menambahkan fitur payung alami.
Di balik tingkah lucunya, monyet berhidung pesek ini adalah pejuang sejati. Mereka hidup di hutan bersalju yang dinginnya menusuk tulang, dan untuk bertahan, mereka membentuk kelompok besar dan bisa mencapai 600 monyet dalam satu komunitas.
Mereka saling menghangatkan diri dengan berpelukan, merawat satu sama lain melalui ritual grooming, dan hidup dalam sistem sosial yang kompleks, lengkap dengan drama, persahabatan, dan hierarki khas primata. Kehangatan sosial inilah yang membantu mereka bertahan di lingkungan ekstrem.
Sayangnya, di balik pesonanya yang unik, monyet berhidung pesek Yunnan termasuk spesies terancam punah. Perusakan habitat akibat penebangan hutan dan perubahan iklim menjadi ancaman utama bagi keberlangsungan hidup mereka.
Di balik bulu lembut dan wajah lucu yang tampak seperti karakter animasi, mereka menyimpan kisah ketangguhan dan kerentanan. Mereka adalah simbol betapa alam bisa menciptakan makhluk luar biasa dengan keindahan, keanehan, dan kelemahan yang membuatnya begitu mengharukan.