15 November 2025
17:58 WIB
Kebiasaan Sehari-hari Pemicu Diabetes
Kebiasaan yang bisa memicu diabetes antara lain konsumsi makanan tinggi lemak dan berpemanis serta gaya hidup sedenter
Penulis: Ananda Putri Upi Mawardi
Ilustrasi seorang anak perempuan memakan permen kapas. Shutterstock/CHAIWATPHOTOS
JAKARTA - Dosen ilmu gizi dari Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Sudrajah Warajati Kisnawaty menjelaskan, ada sejumlah kebiasaan sehari-hari yang bisa memicu diabetes. Salah satunya adalah konsumsi makanan tidak sehat yang tinggi energi, tinggi lemak, dan berpemanis yang menjadi penyebab terbesar diabetes melitus tipe 2.
Sudrajah menjelaskan, makanan-makanan tersebut berkalori tinggi dan bisa meningkatkan berat badan bahkan obesitas. Kondisi itu menurunkan sekresi hormon insulin yang berfungsi mengatur kadar glukosa darah. Ketika organ pankreas tidak optimal mensekresikan hormon insulin, kadar glukosa darah pun meningkat.
"Jika kadar glukosa darah melebihi angka normal, maka sudah masuk kategori diabetes," terang Sudrajah dikutip dari laman resmi UMS, Sabtu (15/11).
Dia melanjutkan, kebiasaan makan rendah serat, jarang mengonsumsi sayur dan buah, dan gaya hidup sedenter turut memperbesar risiko diabetes. Kebiasaan begadang dan stres juga berkontribusi meningkatkan kadar hormon kortisol yang bersifat antagonis terhadap insulin.
Tak hanya itu, kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol juga menjadi penyebab utama lain yang berpengaruh terhadap produksi insulin. Lalu, kebiasaan minum kopi yang dicampur krim, gula, sirup, atau topping manis lain turut meningkatkan risiko diabetes.
Untuk mencegah diabetes melitus tipe 2, Sudrajah menyarankan masyarakat untuk menerapkan pola makan sesuai Pedoman Gizi Seimbang (PGS) yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes).
Di antaranya, membatasi konsumsi gula maksimal empat sendok makan per hari, membatasi konsumsi lemak/minyak hingga lima sendok makan per hari, rutin makan minimal tiga porsi sayur dan dua porsi buah, berolahraga setidaknya 30 menit setiap hari, dan memantau berat badan sebulan sekali.
Sudrajah juga mengingatkan, masyarakat dapat memantau kesehatan secara gratis di Posyandu Integrasi Layanan Primer (ILP). Di sini, semua kelompok usia mulai dari balita, ibu hamil, remaja, dewasa, hingga lansia bisa mengetahui kondisi kesehatan sejak dini dengan menimbang berat badan, tinggi badan, hingga mengukur lingkar lengan atas.
"Dengan demikian, ketika ditemukan penyakit tidak menular, rujukan dan penanganan dapat segera dilakukan," pungkas Sudrajah.