07 November 2025
13:42 WIB
Kata Kita, Gim Terapi Anak Speech Delay
Mahasiwa UGM menciptakan inovasi berupa gim untuk terapi anak yang mengalami keterlambatan bicara (speech delay) akibat cerebral palsy (CP).
Penulis: Arief Tirtana
Editor: Satrio Wicaksono
Gim Kata Kita buatan mahasiwa UGM sebagai terapi keterlambatan bicara akibat cerebral palsy (CP). Sumber foto: UGM.
JAKARTA - Cerebral Palsy (CP) merupakan gangguan yang mempengaruhi kemampuan mengontrol gerakan dan koordinasi otot. Kondisi ini diakibatkan kerusakan pada otak yang berkembang sejak dini.
Dampaknya dapat memengaruhi aspek tumbuh kembang anak, termasuk kemampuan berbicara dan berkomunikasi. Banyak anak dengan CP mengalami keterlambatan bicara (speech delay) karena kelemahan otot oromotor yang mempengaruhi proses pelafalan kata.
Melihat tantangan tersebut, Tim Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian Masyarakat (PKM-PM) Universitas Gadjah Mada (UGM) menciptakan inovasi pembelajaran digital untuk anak Cerebral Palsy dengan keterlambatan bicara, dalam bentuk gim yang dinamakan "Kata Kita".
Gim Kata Kita ini merupakan permainan edukatif berbasis augmented reality (AR) dan audio sensory, yang didesain untuk melatih kemampuan oromotor dan bahasa anak secara menyenangkan. Secara khusus, gim ini dirancang sebagai alat bantu komprehensif dalam terapi wicara bagi anak-anak dengan kebutuhan khusus.
"Tim kami berinisiatif untuk menghadirkan solusi inovatif berbasis teknologi dengan menggunakan pendekatan game-based learning yang memadukan teknologi audio sensory dan augmented reality," ungkap Nabila Sabna Haqi, Mahasiswa Program studi Bahasa dan Sastra Indonesia UGM yang menjadi salah satu anggota tim pengembang gim Kata Kita, dikutip dari laman resmi UGM, (6/11).
Dengan tujuan sebagai media belajar yang interaktif, gim ini menghadirkan beberapa level permainan. Semakin naik levelnya maka kosakata yang akan dilafalkan anak akan semakin banyak.
Gim Kata Kita juga dilengkapi dengan petualangan digital AR 3D bertema hewan untuk memperkaya pembelajaran kosakata. Fitur pengenalan suara dalam gim memberikan umpan balik langsung terhadap pengucapan anak, menjadikan latihan berbicara bersama orang tua atau pendamping lebih menyenangkan.
Karena bersifat digital dan inklusif, produk ini dapat diterapkan di berbagai komunitas disabilitas, sekolah inklusi, maupun pusat terapi wicara.sekolah inklusi, dan pusat terapi wicara karena bersifat digital dan inklusif.
Selain berfungsi sebagai media permainan, tim pengembang gim Kata Kita yang juga terdiri dari Muhammad Zufar Syaafi’ dan Muhammad Haidar Syaafi’ (Teknologi Informasi, 2023), serta Keisha Tiara Ramadhania dan Nenden Kalma Syafiyah Afiyatani (Psikologi, 2023), juga menyediakan website pemantauan yang didukung teknologi kecerdasan buatan, dan dapat diakses oleh orang tua atau pendamping kapanpun dengan mudah.
"Melalui website ini, orang tua bisa memonitor kemajuan anak secara real-time dan mendapatkan ringkasan perkembangan melalui teknologi Artificial Intelligence (AI)," terang Nabila.
Untuk memastikan inovasi ini sesuai dengan kebutuhan dan memberikan dampak positif berkelanjutan, pengembangan gim Kata Kita ini dilakukan bekerja sama dengan komunitas yang fokus memberikan dukungan bagi anak-anak dan keluarga CP di Yogyakarta, yakni Wahana Keluarga Cerebral Palsy (WKCP).
Melalui kerja sama tersebut, gim ini telah melalui tahap uji coba bersama beberapa anak Cerebral Palsy di WKCP Yogyakarta. Hasilnya bervariasi tergantung tingkat speech delay masing-masing partisipan. Pada anak dengan tingkat ringan hingga sedang, terlihat adanya perubahan positif, anak mampu melafalkan lebih banyak kosakata dalam satu kalimat.
"Salah satu anak yang sebelumnya tidak dapat mengucapkan huruf ‘k’ kini sudah mampu melafalkannya dengan benar," jelas Nabila.
Dengan inovasi yang mereka buat, Tim PKM-PM Kata Kita ini berharap
Pihaknya berharap inovasi ini dapat menjadi media pembelajaran yang inklusif dan berkelanjutan bagi anak-anak Cerebral Palsy dengan keterlambatan bicara. Melalui teknologi audio sensory dan augmented reality, mereka berharap anak-anak dapat berlatih berbicara dengan cara yang menyenangkan dan efektif.
"Kami juga berharap Kata Kita dapat diterapkan secara luas di berbagai komunitas disabilitas dan sekolah inklusi sehingga membantu pemerataan akses pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus di Indonesia," pungkas Nabila.